Haiiii maaf telattt huhuu ada yang belum tidur nungguin The Story Of Janeta 2 Update????
Sebelum baca aku mau tauu alasan kalian nungguin cerita ini updatee?? Wkwkkw
Selamat membaca!
****
Terduduk menatap kosong pemandangan anak fakultas Ilmu Keolahragaan yang tengah berlatih sepak bola mungkin sudah menjadi salah satu kebiasaan gadis itu beberapa hari ini.
Gadis itu terduduk di salah satu kursi kosong tribun sambil menghela nafasnya pelan, walaupun tatapannya mengarah kearah lapangan namun pikirannya tidak, ia masih memikirkan kejadian beberapa hari lalu.
"Jadi kenapa? Lo masih gamau cerita? Gue jauh-jauh loh dari gedung Fakultas Hukum dateng kesini buat nyamperin lo,"
Gadis itu mengerjapkan matanya seolah sadar oleh suara di sampingnya, ia lupa. Daritadi Dinda tengah memasang wajah penuh kerut nya meminta penjelasan.
"Lo lagi mikirin apasih emangnya? Gue panik tau pas si Lily bilang lo ga sengaja nusuk tangan lo sendiri pake jarum jait!"
Janeta, gadis itu mengerutkan alisnya menatap jari telunjuknya, terdapat perban berwarna putih disana. "Buka nusuk, ga sengaja ketusuk," jelasnya.
"Sama aja! Liat tuh bawah mata lo! Udah ga tidur berapa hari?!"
Janeta terkekeh pelan. "Ini mascara gue luntur," ucapnya beralasan.
Dinda berdengus sebal. "Lo pikir gue bego? Hampir tiga tahun gue temenan sama lo Jane gue tau lo gaakan bisa tidur kalo lagi ada masalah!" kesal Dinda. "Nih gue yakin bukan cuma ga tidur aja, lo pasti udah jarang makan,"
Janeta terkekeh geli mendengar ocehan Dinda. Dia memang benar-benar sahabatnya, ia tau segala sesuatu tentang Janeta. Jika pada Lily ia bisa berbohong tapi berbeda pada Dinda, ia akan ketahuan jika berbohong.
Kekehan itu kini berubah menjadi senyuman getir, matanya kini mengarah kearah langit sore yang nampak mendung.
"Gue pikir kalaupun suatu saat gue bakal ketemu lagi, gue bakal kuat banget karna gue tau resikonya gue bakal dibenci banget, dia bakal jijik banget sama gue, dan gue pikir gue gamasalah ko kalo
kaya gitu—" Janeta, gadis itu menarik nafasnya pelan, mencoba mengontrol emosinya.Dinda tak menimpal, ia menatap Janeta dengan tatapan iba. Ia tau maksud gadis itu.
"Kemarin— Yaampunn.." Gadis itu dengan malu mengarahkan jari tangannya menepuk-nepuk pelupuk matanya yang berkaca-kaca.
Dinda mengarahkan tangannya kearah punggung gadis itu, mengelusnya pelan. "Gapapa, nangis aja. Cuma ada gue ko disini."
"Gue malu banget Din, sorry ya," ucapnya meminta maaf, jujur ia benar-benar tak ingin menangis tapi mungkin karna hanya Dinda yang bisa Janeta ceritakan hal ini semua ingatan kemarin rasanya menyerang nya kembali.
"Gapapa, ceritain aja pelan-pelan, gue pasti dengerin."
Janeta menganggukan kepalanya menggigit bibir bagian dalamnya mencoba kuat. "Kemarin gue ketemu Kak Dirga, ga sengaja. Gue— Ga nyangka aja ternyata pas tau di emang sebenci itu sama gue bikin gue—" Janeta terkekeh getir. "Apa ya namanya Din— Nyesek aja gitu, gue beneran pengen nangis kenceng depan dia."
Dinda mengangguk-anggukan kepalanya mengerti. "Udah berapa lo ga ketemu sama Kak Dirga?"
"Dua tahun?" balas Janeta getir.
Dinda menatap Janeta lekat, tanda ia ingin serius berbicara dengan Janeta. "Gue disini gabisa ngomong apa-apa Jane, gue juga gamau denial dengan tenangin lo, karna gue tau alasan kalian putus waktu itu jelas bukan putus baik-baik wajar dia benci sama lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Janeta 2
Novela Juvenil"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia banyak yang lebih cantik dari gue." "Iya, tapi gue yakin yang bisa bikin Dirga cinta mati cuma lo!" jawa...