Chapter 10 END

876 61 2
                                    

Disclaimer : Naruto dan segala isinya hanya milik Masashi Kishimoto

Rating : M (No Lemon just Semi)

Genre : Romance, Family, Drama, mungkin? Crime

WARNING: TYPO MENYEBAR, GAJE, OOC, BAHASA TIDAK BAKU, JIKA TIDAK SUKA TIDAK USAH DI BACA. TINGGAL KLIK BACK SAJA

.

.

.

.

Happy Reading

Matahari baru saja menampakkan sinarnya, ketika aku membuka tirai tempat praktekku. Sudah dua tahun berlalu setelah kepergian Hinata dari hidupku. Selama dua tahun ini aku tidak berhenti untuk mencarinya, Konoha bukan tempat yang bagus untuk bersembunyi. Konoha begitu luas, walau pun tidak seluas Tokyo dan itu membuatku kesulitan untuk menemukan seseorang di kota ini. Bukan hanya Konoha, aku juga meminta bantuan Ino, sahabat Hinata di New Zealand. Dia begitu marah mengetahui hilangnya Hinata. Tidak usah bertanya bagaimana aku bisa mendapat bantuan itu dari Ino, aku memanfaatkan ayah kekasihnya. Aku bersyukur ini sangat membantuku

Aku berhasil membuka tempat praktek di dekat kantor ayah, dan terkadang aku juga menghadiri rapat di sana. Bagaimanapun juga aku tidak mau membuat ayahku bangkrut gara-gara Itachi. Aku tidak percaya dia tidak bisa menghandle semuanya, dasar tidak berguna.

Baru saja aku ingin memeriksa Roxi, seekor anjing yang ku rawat 2 hari ini, dia di antar kemari oleh pemiliknya setelah mengalami patah tulang akibat kakinya tersangkut di selokan.

"Apa Roxi ku akan baik-baik saja?" ucapnya sambil membuka pintu klinik.

"Ya dia akan baik-baik saja." Ujarku. Tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu klinik ku dengan sangat kasar dan itu membuatku dan pemilik Roxi atau sebut saja Hana terkaget karenanya. Seorang pria berambut merah darah dengan wajah pucatnya menggendong seekor anjing yang terkulai lemah.

"Tolong Shiro!"

Segera aku mengambilnya dari gendongannya dan segera memeriksanya dengan teliti, aku selalu kasihan melihat hewan-hewan seperti ini.

"Apa Shiro tidak apa-apa?"

"Sebelumnya, dia makan apa?" tanyaku memasang jarum infus di kaki bagian depannya.

"Aku tidak tahu, aku meninggalkannya bersama adik dan sepupuku di hotel. Apa dia akan mati?" wajahnya semakin panik.

"Telat sedikit saja dia tidak akan selamat." Aku mengusap anjing berbadan pendek tersebut, ngomong-ngomong soal pendek, apakah dia bertambah tinggi atau masih saja pendek ya? Aku menghela napas sejenak.

"Jika sampai Shiro mati, aku pastikan mereka juga mati." Sebelah alisku terangkat. Aku memilih diam dan mengambil catatan beserta sebuah bolpoin dari dalam laci. Kemudian menulis beberapa hal penting di sana.

"Maaf, nama anda?" tanyaku padanya.

"Ah, namaku Sabaku Gaara. Aku tidak begitu mengetahui tempat ini. Aku berasal dari Suna." Aku menganggukkan kepala dan kembali menulis

"Sebaiknya Shiro tinggal disini. Mungkin dalam dua hari ini dia akan pulih." Aku menyerahkan kertas itu padanya, dan di sambut dengan senyum olehnya. Aku kembali ke sisi Roxi, melepas perban di kakinya. Lukanya sudah kering, dan tinggal perbaiki tulangnya yang patah.

"Ah, maaf dok, apa kita pernah berjumpa sebelumnya?" aku mengalihkan pandanganku pada orang yang masih setia di samping anjing berbulu hitam itu. Nama anjing itu Shiro, tapi kenapa dia memberi nama anjingnya Shiro? Bukankah lebih baik di beri nama Kuro saja? Aneh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang