Chapter 3

1.1K 85 0
                                    

Disclaimer : Naruto dan segala isinya hanya milik Masashi Kishimoto

Rating : M (No Lemon just Semi)

Genre : Romance, Family, mungkin? Crime

WARNING: TYPO MENYEBAR, GAJE, OOC, BAHASA TIDAK BAKU, JIKA TIDAK SUKA, TIDAK USAH DI BACA. TINGGAL KLIK BACK SAJA

.

.

.

.

Happy Reading

Aku cukup bersyukur, karena setelah mengantar Hinata tidak terjadi hal-hal yang tidak ku inginkan. Tapi itu bohong. Jelas-jelas aku menginginkannya. Aku mengharapkannya. Oh sial.

Ini hari minggu dan aku bosan di rumah, sebaiknya aku berkunjung ke rumah Hanabi saja. Aku mengambil benda canggih berbentuk persegi itu, lalu mencari nama Hanabi di dalamnya, tapi sebuah ide cemerlang datang begitu saja di kepalaku. Aku akan membuat kejutan. Kembali ku masukkan benda itu ke dalam saku celanaku dan bergegas mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja belajarku. Ini akan menyenangkan, aku sudah membayangkan hal-hal yang akan ku lakukan bersamanya.

"Sasuke kau mau kemana?" Ibu menghadangku di pintu depan dengan membawa sebuah gayung dan ember. Aku berpikir apakah ibu sehabis menyirami bunga? Kenapa dia membawa ember dan gayung?

"Rumah Hanabi." Jawabku sambil menggeser Ibu yang menghalangiku ke samping.

"Jangan pulang terlambat!" Ibu mengangkat gayungnya saat aku membuka pintu mobilku. Dan aku hanya bisa tersenyum menanggapinya.

.

.

.

.

Aku tiba di rumah Hanabi, tapi rumahnya begitu sepi tidak seperti biasanya. Aku mencoba melihat ke dalam, tetapi sebelum itu aku sempat melihat paman Hiashi dan? Hinata? Sedang apa mereka? Dengan penasaran aku semakin mempertajam pendengaranku.

"Paman, ini tehnya." Ucap Hinata disertai senyum sambil menaruh teh itu di bangku bundar di halaman depan. Ya mereka sedang berada di halaman depan, makanya aku bisa menguping pembicaraan mereka.

"Aku sudah bilang padamu Hinata, jika tidak ada Hanabi dan ibunya kau panggil aku ayah." Ucap Hiashi, menggengam tangan Hinata. Tunggu? Ayah? Apa maksudnya ini? Aku panik saat paman Hiashi bangkit dari duduknya dan mengecup kening Hinata sebelum paman Hiashi berjalan kearah ku. Segera saja aku kembali ke mobil dan berpura-pura seakan baru saja tiba. Paman Hiashi tersenyum melihatku keluar dari mobil(lagi), dan dia menghampiriku dengan sebuah telepon genggam di telinga kanannya.

"Kau mencari Hanabi? Dia baru saja pergi dengan temannya." Ucapnya menepuk pundakku dan kembali melanjutkan pembicaraannya di telepon. Sementara pandangan mataku mengikuti paman Hiashi berjalan ke dalam rumah, sebuah tangan kembali menepuk ku dan membuatku kaget.

"Kenapa kau kembali ke mobil? Bukannya akan lebih baik jika kau ikut bergabung minum teh bersama kami?" Hinata bertanya dengan sebuah nampan ditangannya dan 3 buah gelas yang satu gelas masih terlihat penuh. Aku menatapnya penuh tanya dan tatapan mengintimidasi. Aku meminta penjelasan melewati tatapan mataku dan aku harap si pendek ini mengerti. Oh Hinata seharusnya kau meminum obat peninggi badan agar aku tidak terlalu susah untuk menciummu. Ah lupakan dan kembali pada tatapanku yang meminta jawaban.

"Kau mendengarnya?" dia nampak mengangkat sebelah alisnya dan sedikit berjalan di depanku. "Aku adalah anak haramnya Hiashi." Mataku melebar mendengar kalimat itu keluar dengan mulus dari bibir lembutnya. Napasku berhenti untuk sesaat. Dia berbalik dan menatapku." Hanabi tidak tahu mengenai hal ini. Yang tahu hanyalah ibunya." Matanya berkaca-kaca, raut wajahnya berubah menjadi sedih namun dingin.

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang