Chapter 4

997 77 2
                                    

Disclaimer : Naruto dan segala isinya hanya milik Masashi Kishimoto

Rating : M (No Lemon just Semi)

Genre : Romance, Family, mungkin? Crime

WARNING: TYPO MENYEBAR, GAJE, OOC, BAHASA TIDAK BAKU, JIKA TIDAK SUKA TIDAK USAH DI BACA. TINGGAL KLIK BACK SAJA.

.

.

.

.

Happy Reading

"Sasuke... Sasuke... aku mohon berhentilah, dan dengarkan penjelasanku." Aku sama sekali tidak memperdulikan teriak Naruto di sepanjang koridor kampus. Aku terus saja berjalan di depannya dengan tergesa. Demi apapun juga aku tidak ingin bertemu dengannya setelah kemarin kami adu kepalan untuk mengeluarkan segala emosi kami. Mengingat kejadian kemarin, membuat langkah kakiku semakin cepat.

"Sasuke!" Akhirnya dia meraih tanganku untuk membalikkan badanku mengarah padanya. Aku menyentakkan tangannya kasar dan aku terus saja diam mengamati apa yang akan terjadi setelah ini. Bekas pukulanku masih sangat kentara di sudut matanya nampak membiru, sedangkan di sudut bibirnya masih nampak memerah. Apa mungkin separah itu pukulan ku hingga membuat sudut bibirnya sobek? Aku sebenarnya tidak mau melakukan ini, karena tidak bisa mengendalikan emosiku yang memuncak pada akhirnya aku menghajarnya.

Bagaimana aku tidak emosi jika melihat kekasihku jalan berdua dengan sahabat baikku dengan alasan menemaninya membeli kado untuk ibunya. Itu alasan yang tidak masuk akal, padahal ulang tahun ibu Naruto sudah lewat 2 bulan yang lalu. Apa Naruto pikir aku telah melupakan ulang tahun ibunya yang jelas-jelas dia mengundangku? Aku memang tidak membawa Hanabi waktu itu, karena dia sedang pergi bersama ibunya.

Emosiku bertambah saat Hanabi membela Naruto habis-habisan. Dari situ aku mulai menyimpulkan bahwa mereka memang memiliki suatu hubungan yang tidak ku ketahui.

"Ok. Aku akui, aku memang bersalah. Kau tahu aku menyukai Hanabi sebelum kau mengenalnya." Aku memang mengetahui fakta itu jadi aku tidak heran. Apakah perempuan yang menyandang sebagai kekasihku itu murahan? Aku rasa tidak. Lalu kenapa dia tidak menolak ajakan Naruto yang notabennya adalah sahabatku? Aku semakin tidak mengerti dengan ini semua.

"Aku memang seorang pengecut Sasuke, karena aku tidak mengatakan perasaanku padanya sebelum kau menembaknya 3 bulan yang lalu." Aku masih berdiam diri membiarkan sahabatku mengatakan unek-uneknya selagi aku belum beranjak dari situ juga.

"Aku mengatakannya setelah kau mengatakannya." Mataku membulat sempurna mendengar penjelasannya barusan. Dengan gerak cepat aku mencengkram kemejanya. Nafasku memburu menahan amarahku. Tanganku terkepal siap menghajarnya, namun sebelum aku sempat melakukannya seorang perempuan berambut coklat berhasil menahannya. Hanabi menghalangiku melakukannya. Lagi. KEKASIHKU.

"Aku mohon jangan lakukan itu!" Langsung saja aku melonggarkan cengkraman ku dan berbalik. Aku sudah tidak sudi untuk melihatnya.

"Lagi-lagi kau membelanya. Sebenarnya kau itu kekasihku atau kekasih Naruto?" Aku menolehkan kepalaku. Sorot mataku jelas tidak menyukai pemandangan ini. Hanabi hanya menundukkan kepalanya, aku sama sekali tidak bisa melihat ekspresinya. Aku kembali menolehkan kepalaku ke depan dan siap berjalan menjauhi mereka.

"Aku adalah kekasihmu dan juga kekasih Naruto." kalimat itu berhasil membuatku berhenti berjalan. Apa maksud semua ini? Hanabi benar-benar sudah gila?

"Aku tidak bisa menahan perasaanku padanya Sasuke, aku juga tidak bisa mengabaikan perasaanmu. Terlebih lagi kau terlihat senang saat aku mau menjadi kekasihmu." Aku mengambil napas dalam-dalam kemudian aku tidak lagi memperdulikan teriakan Hanabi yang disertai dengan isakan-isakan kecil. Aku benar-benar muak dengan tingkah mereka.

DIFFERENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang