Life After Loss

987 52 0
                                    

Memberi suatu tanda tangan bukan suatu hal yang mudah terlebih jika tanda tangan itu harus ditorehkan pada selembar kertas kesepakatan untuk berpisah. Dengan tangan yang bergetar Tio menandatangani surat perceraiannya dengan Jeffrey, perasaannya menjadi campur aduk hingga membuat berkeringat dingin. 10 tahun menikah tak menjadi jaminan bahwa keduanya dapat tetap bertahan sampai maut memisahkan, kelalaian yang jeffrey lakukan padanya membuat tekadnya bulat untuk berpisah dari jeffrey dan memulai hidup baru dengan putranya.

"Bubu?" Tio segera mengusap air matanya yang menetes setelah ia mendengar panggilan dari putra bungsunya.

"Ya?" jawab Tio sembari menengok kearah putra bungsunya berdiri.

"Ayo bobo, adek pengen bobo sama bubu" dengan senyum yang dipaksakan, tio mengangguk dan beranjak dari tempat duduknya.

Tio menggendong tubuh putra bungsunya yang masih berusia 4 tahun dan membawanya menuju kamar utama, setelahnya Tio dan Jeri langsung berbaring sembari berpelukan.

"Bubu adek kangen abang, abang sekarang dimana ya bu?" tanya Jeri dengan mata yang sudah terkantuk-kantuk.

Tio mencoba untuk menahan tangisannya "abang pasti ada ditempat yang aman sekarang, jeri tenang aja ya abang baik-baik aja kok" jeri hanya mengangguk sebagai jawabannya.

Matteo adalah anak pertama dari jeffrey dan tio yang menghilang 2 bulan lalu. Matteo masih berusia 5 tahun dan ia hilang saat jeffey mengajaknya ke tempat wisata hingga jeffrey ceroboh dan kehilangan matteo di tempat itu karena pekerjaan yang mendesak. 1 bulan setelah menghilangnya matteo barulah ditemukannya tubuh matteo yang terkapar dibelakang tepat wisata itu dengan tubuh yang kurus kering dan luka lebam disekujur tubuhnya serta bekas jahitan yang tidak rapi. Saat diautopsi pun dokter bilang bahwa ada beberapa organ dalam matteo yang hilang.

Jika Teo hancur, maka tak jauh beda dari jeffrey. Ia sama hancurnya dengan Teo apalagi setealh ia mendapat kabar bahwa teo mengajukan gugatan cerai padanya. Jeffrey benar-benar merasa bersalah pada Teo, ia akui memang ia ceroboh hingga meninggalkan matteo berjalan sendiri dibelakangnya hingga menghilang dari jangkauannya. Jeffrey semakin menyesal ketika melihat secara langsung tubuh putra sulungnya yang terbujur kaku dengan kulit yang pucat biru, belum lagi pipi matteo yang terlihat sangat cengkung seakan dibiarkan mati kelaparan. Memang mudah bagi seorang jeffrey untuk menemukan siapa pelakunya, hal itu terbukti setelah 2 hari tubuh matteo ditemukan pelakunya langsung tertangkap namun tetap saja dilubuk hatinya ia tetap menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi terhadap putra sulungnya.

"Jeff lo mau gak pulang lagi?" John, pemilik bar tempat jeffrey tiap malam menghabiskan sisa waktunya yang juga teman jeffrey.

"Gue udah resmi cerai sekarang john, gue gak punya rumah lagi" Jeffrey menenggelamkan kepalanya dalam lipatan kedua tangannya yang berada diatas meja.

"pulang ke rumah orang tua lo, lo masih punya orang tua" jeffrey menggeleng.

"mereka marah sama gue, semua marah sama gue dan gue juga marah sama diri gue sendiri john" jeffrey mengangkat kepalanya menatap john dengan matanya yang sudah dipenuhi air mata.

"anak gue john, anak sulung gue yang gue tunggu-tunggu datengnya, malah gue sendiri yang bunuh dia. Anak yang punya dimple sama kayak gue, anak yang selalu kasih gue pelukan saat gue capek kerja, anak yang selama ini selalu lari ke gua ngasih cium, anak gue john, gue bunuh anak gue sendiri" john menarik napasnya dengan berat hati, ia tak ingin ikut menangis, ia harus bisa menguatkan jeffrey.

"itu bukan salah lo jeff, bukan lo yang bunuh dia-"

"tapi gue ninggalin dia, gue gak gandeng tangan dia, gue malah jalan sambil pegang hp, ANJING!"

Jung Fams OneshootTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang