"jen, tak ada manusia yang kucintai selain dirimu. Aku tau dosa ku padamu terlampau memupuk. Tolong ampuni aku, aku ingin dicintaimu sekali lagi, aku tak akan sia siakan lagi dirimu. Aku membutuhkan mu untuk ada dihidupku Jen. Tolong maafkan aku dan kembalilah. Dengan segala maaf yang tak termaafkan, demi nafas terakhirku, aku tak bisa hidup tanpamu Jen. Kumohon maafkan aku, aku tak peduli seberapa tebal dinding penghalang cintaku, aku tak peduli berapa bab dari lembar buku yang tertulis digaris hidupku, tapi aku tetap ingin ada kau didalamnya. Kumohon, akan kulakukan apapun untukmu, untuk menebus dosaku, membawamu kembali. Aku berjanji tak akan ada lagi alasan untuk melepasmu, atau pergi darimu. Jika kau yang akan pergi, aku akan tetap mengejarmu Jen"
"Betapa mudah nya kata kata itu keluar dari mulut mu Manoban. Berapa kali aku harus luluh padamu, berapa kali hati ku harus jatuh padamu, berapa lama lagi rasa ku tetap bertahan jika kau seperti ini. Aku tak bisa, tentu aku tak bisa menjauh dari mu Lisa, tapi hatiku sakit saat kau tetap disini."
Aku mengenang percakapan semalam. Ketika wanita sialan berhasil pergi setelah Lisa datang. Dihadapanku, Lisa mati matian membela dan melindungiku. Tapi apalah artinya sebuah alasan "materi" jika aku tersia siakan.
Berapa harta yang kau pertahankan sebenarnya Lisa, hingga tega dan egoismu menghantam mentalku secara bertubi-tubi.
Kukira kesalah pahaman itu menjadi alasan, tapi ternyata, biarlah Tuhan dan pembaca cerita yang paham sekalipun lupa ingat dengan alur cerita ini.Setelah ku maki perempuan bernama Minatozaki Sana, yang mengaku masih menjalin hubungan dengan Lisa yang katanya demi perusahaan, sang pemilik perusahaan datang dan menarik tangan Sana dan membawanya pergi. Aku tak tau apa yang mereka bicarakan, yang ku dengar hanya teriakan dan suara satu tamparan yang kurasa cukup keras, sedang aku memegangi dadaku yang berdebar.
Sepersekian menit Lisa kembali dan bersujud dibawah kakiku, memohon ampun dengan kata puitis dengan kata indah setiap bait nya. Tapi hatiku sakit, semakin panjang dia berbicara semakin dalam luka yang ia tusukkan.
"Bajingan!"
Kata terakhir yang kuucap padanya sembari pergi menutup pintu kamar dan aku kunci rapat. Keadaan kembali seperti semula dimana dia menangis, merengek depan pintu sedang aku tak peduli. Dia terus memohon pengampunan padaku yang bukan Tuhan yang maha pemaaf.
Hatiku beribu ribu kali lipat menahan sakit yang tak kunjung sembuh, padahal obat yang kucari sudah ada disini, Lisaku.
"Jen, aku lelah. Biarkan aku masuk sebentar, aku kedinginan disini. Jen aku butuh kamu, jika saja kau tak mau bersamaku lagi, aku lebih baik tak bersama siapapun dalam peti mati"
Aku tidak peduli Lisa, sunggu aku sangat tidak peduli lagi. Saat itu juga keheningan menyelimuti suasana. Hanya suara detik jam dinding yang terdengar. Perlahan keheningan membuatku merinding, sedang apa dia diluar? Aku bergurau dalam diri apa dia sudah berjalan menuju peti matinya seperti apa yang ia katakan, apa dia hanya tidur setelah mengatakan lelah. Sungguh lemah.
Aku pergi menuju kamar mandi, menghujani diri berharap semua pikiran dan bebanku mengalir hanyut dari puncak kepalaku hingga tak kutemui lagi. Lelah, akupun lelah dengan semuanya. Terlalu dramatis memang, tapi itu yang aku rasakan.
Keheningan berlalu, dan keheningan membuatku semakin penasaran sedang apa Lisa diluar. Beberapa pertanyaan dan rasa penasaran mengetuk gengsiku yang semula enggan. Aku membuka pintu dan tak kutemukan siapapun disana. Hanya beberapa paper bag berisi berbagai macam makanan dan cokelat. Saat itu juga aku berjalan menuju basement untuk mengamb beberapa botol alkohol yang ingin kuminum sekarang juga. Namun aku menemukannya, Lisa sedang berbaring ditepi kolam dengan mata tertutup. Aku tak tau apa yang sedang ia lakukan disana, namun pada akhirnya aku yang mendekatnya untuk memastikan dia belum mati. Dan dia masih hidup dengan sebotol anggur ditangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAR BAD GIRL (season 2)
FanfictionLanjutan dari MY DEAR BAD GIRL Yang belum baca MYBG pertama mending baca dulu sebelum kesini ya darling