Jennie pov
Setelah 3 hari mengurung diri, aku tak melihat tanda tanda Lisa telah menyerah. Dia terus datang sekalipun tak ku temui. Dia terus bercerita bagaimana harinya, bagaimana cara dia melewatinya, atau sekedar menggodaku agar mendengarku tertawa. Tak jarang dia juga membawa makanan yang tentu tak pernah ku sentuh, aku enggan melihat dunia dengan segala permainan dan kelicikkannya, aku enggan melihat Lisa.
"Kau tahu Jen, tadi ketika aku membeli makanan aku bertemu seorang wanita paruh baya yang terus menatapku sejak aku masuk restoran. Tapi ketika aku hendak keluar, wanita itu menahan langkahku, dia bilang apakah kau single? Aku ingin kenalkan anakku"
Dia tertawa dan dia berhasil membuatku tertawa juga meski tak bersuara. Gagasan ibu itu tertarik pada Lisa seolah tak mengherankan lagi, seisi bumi tau bahwa dia sempurna. Apa aku harus bersyukur dia mengejarku disaat penghuni dunia menggilainya?
"Hihi. Aku bilang aku tak suka pria, wanita itu diam dengan mulut terbuka dan Jiwa ketidak sopananku menggebu gebu. Rasanya aku ingin memasukkan sandwichku kemulutnya, tapi dia bilang tunggulah 2 tahun lagi, anak perempuanku baru masuk SMA, i think what the hell. Apa dia berpikir aku pedofil, mana mungkin aku meninggalkan calon istriku yang masih marah demi anak SMA yang tak ku kenal, jadi kubisikkan padanya katakan pada anakmu aku akan datang jika aku sudah menjadi Janda, hahahaha"
Cerita itu lucu, tapi aku sedang marah. Persetan cerita, dia tak melihatku tertawa juga kan.
"Tapi aku berpikir lagi Jen, aku tidak akan menjadi janda, aku tetap istrimu sampai alasanku jadi janda adalah kematian, eh kau juga akan jadi janda jika aku mati kan? Apa kau suka gagasan tentang janda jen?"
What? Pembahasan macam apa ini.
Aku menjauh dari pintu dan meraih ponselku yang mati karena tak ku charge. Aku mencoba menyalakan dan beruntung ponselku selalu sanggup temaniku begadang hingga daya nya yang terakhir.Tiba tiba muncul pesan dari Lisa, mengirimkan foto makanan yang sebenarnya membuat orang berselera, tapi aku sedang bergengsi. Aku akan mengusirnya dulu sebelum memakan makanan itu.
Memiliki Lisa adalah sesuatu.
Lisa tak pernah berhenti membujukku, persetan gengsi.
Aku menyandarkan kepalaku di tepian kasur, mendengar ocehan nya menceritakan tentang bagaimana hari nya, bagaimana ia menjalani hari tanpaku.
Lisa? Apa kau tau apa itu karma?
"Jen, kau tau. Aku terlihat kesepian karena makan sendirian"
Damn! Lis, aku bahkan menjalani hidupku sendiri saat kau pergi. Aku mampu menjalani itu karena aku yakin kau akan kembali, namun rasanya sangat sakit melebihi apapun.
Kumohon sempatkanlah berkaca dan merenungi perbuatanmu."Aku ingin memelukmu Jen"
Aku mengepalkan tangan alih alih menahan air mataku. Mendengar suaramu kenapa sesakit ini Lisa?
"Aku sudah bicara dengan Sana, aku pikir semua sudah berakhir. Tapi aku takut Jen, aku sangat takut dia melakukan sesuatu padamu karena tak terima. Jadi aku akan berada didekatmu, aku akan menjagamu Jen aku janji"
Secara otomatis janjimu terekam diotakku Lisa.
Selam beberapa saat dia bicara, kemudian deringan ponselnya lalu kudengar dia menjawab telepon. Dan aku mengabaikannya untuk pergi ke kamar mandi. Terasa lelah dan dingin. Aku menenggelamkan kepalaku di bathub, sejenak hanya untuk membuat pikiran buruk dan hal negatif ikut tenggelam dan hilang, meski itu tidak mungkin.
Setelah beberapa saat aku berendam, aku mandi dan melilitkan handuk ditubuhku juga rambut. Aku berjalan keluar mendengar kesunyian dari luar, aku tak mendengar ocehan Lisa. Tapi kemudian aku mendengar notifikasi pesan dari Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAR BAD GIRL (season 2)
FanficLanjutan dari MY DEAR BAD GIRL Yang belum baca MYBG pertama mending baca dulu sebelum kesini ya darling