Ada segala hal yang wajar dan perlu dimaklumkan, tapi tidak segala hal itu juga bisa dimaafkan. Lalu luka Jennie bagaimana? Berusaha sembuh tak sanggup, disembuhkan tak mau. Jennie masih saja merasa bodoh seperti biasanya, membiarkan lukanya sembuh dengan sendirinya meskipun Jennie tau itu membunuhnya secara perlahan.
Jennie tau hari ini akan terjadi, dengan sendirinya, tanpa dia sadari dan tanpa dia rencanakan. Betapa Jennie menggenggam harapan yang runtuh dan pergi terpa angin. Tak semua orang bisa memegang janji, dan pula tak semua orang bisa dititipi sebuah harapan. Rasanya semakin sakit jika semakin dia ingat, tapi mengapa cinta mampu membuat otak dan logika jadi tak berguna seketika. Apa ada ilmuan yang bisa menjelaskan ? Mengapa kebodohan didasari cinta tak mampu ditoleransi oleh otak!
"Tenang Jen, kakimu masih sanggup membantumu tegak, tinggal hatimu yang harus kau buat tegar."
Jennie menemukan satu dari sekian banyak hal dari kemungkinan yang dia pikirkan. Dan dia merasa bahwa dia hanya perlu meyakinkan lagi. Dan memastikan segalanya pantas atau tidak mendapat pengampunan dan kesempatan
Pagi ini Jennie dan Irene pergi berbelanja berdua, sebab beruang selalu hibernasi saat musim dingin tiba. Salju salju turun perlahan menambah dinginnya udara dan semilir angin menggelitik telinga. Kopi panas dalam genggaman hanya cukup menghangatkan telapak tangan. Lalu apa yang kau pikir Jennie butuhkan wahai pembaca cerita? Jawab
"Jennie ya, kau lapar?"
"Iya Unnie, kau dan aku baru minum susu saja"
Irene mengangguk dan membawanya ke foodcurt disupermarket. Dan makanan yang mereka pesan tiba setelah 15 menit. Irene membeli ramen kuah pedas sedangkan Jennie memesan sup kimchi. Sarapan dengan makanan pedas tak baik, tapi ini pilihan terbaik.
"Unnie"
"Uhum?"
"Seulgi pulang jam berapa semalam?"
"Uuhhh,, aku lupa karena aku tidur bersamamu Jen."
"Ouh betulkah?"
"Wae?"
"Tidak, hanya saja aku seperti mendengar seseorang menangis tadi malam"
"Aku tidak mendengar apapun Jen, sudah habiskan saja makananmu. Seulgi pasti sudah bangun karena kelaparan"
Jennie tak terlalu menggubris kecanggungan sesaat yang sangat tiba tiba, jadi Jennie hanya menurut untuk segera menghabiskan makanan dan menyelesaikan belanjaan.
"Unnie bukankah nanti malam Yeri pulang? Apa kita harus menyambutnya?"
"Omo, aku hampir saja lupa, tentu saja! Ayo kita BBQ nanti"
"Ide bagus"
Mereka kembali ke rencana awal, berbelanja bahan makanan dan bahan bbq untuk nanti malam. Irene fokus memilih segala hal yang harus ia beli, dan Jennie mengikuti dari belakang mendorong troli yang sudah hampir penuh, sesekali Jennie memasukkan makanan ringan yang ia ingin.
"Unnie, aku ingin beli itu."
Jennie menunjuk kearah beberapa jelly meminta Irene mengambilkan untuknya. Irene tanpa ragu memenuhi keinginan Jennie, mengambilkan beberapa dengan varian rasa berbeda.
"Ini?"
"Ya Unnie, itu kesukaan Lisa."
"O-ohh? Begitukah, kalo begitu ambil lagi beberapa"
Jennie terlihat sangat senang dibalik tatapan miris Irene. Irene terbawa suasana dan hatinya mengajak untuk menangis. Tapi ketika melihat senyum dan sorot matanya yang begitu teduh, Irene bertanya pada dirinya sendiri, bagaimana dia begitu kuat dengan kewarasannya ketika banyak orang yang merasa bahwa dia hampir gila.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY DEAR BAD GIRL (season 2)
Fiksi PenggemarLanjutan dari MY DEAR BAD GIRL Yang belum baca MYBG pertama mending baca dulu sebelum kesini ya darling