Terik matahari menusuk keras. Dalam, hangat, namun tak membuat gerah. Angin dingin dari pegunungan masih terasa kencang. Membuat tubuhku panas dingin setiap saatnya. Alz yang sedari tadi berjalan di depan terus berinteraksi dengan sekelilingnya. Baik hewan, maupun tumbuhan. Semua ia temui, semua ia sapa, lalu ia jongkok di depan bunga. Menghirupnya, dan meninggalkannya begitu saja. Ia naik ke atas pohon, melompat darinya, kemudian terbang ke udara.
Sungguh, apa dia tidak bisa diam sebentar?
Pandangan ini terus menggangguku. Mata tak bisa beristirahat, selalu melihat dan mengikuti tingkah lakunya. Namun, dari jauh tiba-tiba sebuah pertigaan jalan telah terlihat.
Di sana tertulis dua tanda. Menuju Kerajaan Astrafar, atau menuju Kerajaan Gideran. Gideran merupakan Kerajaan di arah timur Pegunungan Elbach. Namun bukan sebuah opsi yang baik.
Alz kemudian turun, menghampiriku yang sedang melihat tanda.
"Ada apa Arslan?"
Dia berdiri dengan tegak, menanyakan, kenapa aku berhenti. Setelah melihat arah pandang ku yang menatap ke tanda jalan. Alz tiba-tiba langsung membuka tas punggungnya. Membuka, serta mengeluarkan sesuatu dari sana. Sebuah peta, Peta Benua Clayrien. Cukup besar, tak biasanya seseorang memegang peta sebesar itu dalam petualangan. Tapi entah kenapa, ia bisa memasukkannya di dalam tas kecil itu. Mungkin karena ia tahu cara melipat dengan benar.
Dari sana, ia kemudian menjajakan petanya di tanah. Membukanya lebar-lebar sambil mencari posisi kita saat ini. Tak hanya peta, ada buku lainnya yang dipegang oleh dia. Buku itu berjudul "Jurnal Geografi Lisa". Aku tidak tahu itu buku apa, namun sepertinya buku itu merupakan kumpulan dari deskripsi tentang nama sebuah daerah.
"Mari kita lihat ya, sebentar, sebuah tanda pertigaan dengan danau luas di depannya."
Alz mencari-cari deskripsi itu di bukunya. Matanya menatap dengan detail, ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Terus memperhatikan, mencari dari halaman antar halaman. Sampai akhirnya menemukan sebuah lokasi yang ia kira sebagai lokasi yang tepat dengan kita sekarang.
"Danau besar di pegunungan. Di ujung danau sebelum menuju lembah, ada pertigaan yang saling bersilang ke tiga daerah. Selatan menuju jantung dari Pegunungan Elbach, barat menuju Kerajaan Astrafar, serta timur menuju Kerajaan Gideran. Ketiga jalan itu bercabang dengan pemandangan danau yang memenuhi cakrawala di utara."
Aku terus memperhatikan monolognya, membiarkannya asik sendiri sambil menyiapkan bekal yang sudah diberi Ibu Herta. Sudah ku duga supnya mulai dingin, namun masih terasa sedikit hangat. Jadi tidak apa-apa, aku tak perlu memanaskannya lagi. Aku menuangkan semuanya ke mangkuk yang telah ku bawa di tas. Menghidangkannya, serta mulai menghirup sup itu dengan perlahan.
Alz terus berkutak-kutik dengan petanya, memperhatikan dengan detail, sambil mencocokkannya dengan jurnal petualangan yang ia bawa. Aku kemudian menghangatkan teh, serta mulai menyeruputnya. Menjadikan wanita dan danau itu sebagai tontonan di waktu pagi. Nikmat, bersandar di batu memang pilihan yang tepat.
"Oh! Sekarang kita ada di Furstendorf Arslan, dan menurut peta kita bisa lebih dekat menuju Kekaisaran Timur jika lewat Gideran dibandingkan Astrafar. EH, HEY, Kenapa kau makan dan minum tanpa mengajakku!?"
Reaksinya berlebihan, aku terus memperhatikannya yang komplain. Tak lama, aku melambaikan tangan dan menyuruhnya kemari menghampiriku.
"Duduk di sini."
"Eh, gimana?" tanya Alz kebingungan.
"Duduk saja dulu."
Aku berjalan ke belakang batu. Menuangkan sup sisanya untuk dihangatkan di tungku. Mengaduknya dengan pelan, serta menambah beberapa garam di atasnya. Jujur, sup hari ini kekurangan garam, entah apa yang menimpa Ibu Herta.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rattleheart
Adventure(Cerita Update setiap 3-10 hari sekali) Arslan adalah seorang tentara bayaran yang mencari arti dari dunia. Baginya dunia tak lagi sama semenjak dia terpaksa menjadi tentara bayaran. Peperangan, rasa sakit, hubungan antara manusia. Apa sebenarnya it...