"Mari menjalin hubungan dengan konsep saling mencintai, bukan mengasihani."--Algio Kazelo
Perkara jaket Gio yang hilang kemarin pun, tak kunjung selesai. Cowok itu masih saja kelimpungan tidak jelas, bahkan semalam Gio tidak bisa tertidur dengan lelap. Ia merasa seperti dihantui rasa bersalah karena hilangnya jaket tersebut.
Gio bersumpah, ia akan memberikan ganjaran yang setimpal pada orang yang berani-berani mengusik hak miliknya.
Cowok dengan topi hitam polos itu segera memasukkan buku acak ke dalam tasnya, dikarenakan waktu sudah menunjukkan pukul 07.10 itu artinya Gio hanya butuh waktu 5 menit agar tidak telat.
Sebenarnya, Gio tidak tahu mata pelajaran apa yang akan mereka pelajari hari ini. Itu sebabnya ia mengambil buku acak, Gio datang ke sekolah hanya untuk melihat Raya dan mencari kegiatan agar tidak bosan sendirian.
Semenjak kepergian sang mama 2 tahun silam, Gio seperti tak memiliki tujuan hidup dan berjalan tak tentu arah. Benar kata orang, dunia akan terhenti, bila ibu sudah tidak ada lagi. Sekarang Gio tengah berada di situasi tersebut.
Gio memilih untuk menetap sendiri di apartemennya, semenjak kepergian mamanya, Gio seolah menjauhkan diri dari keluarga. Sang papa sudah menikah 2 tahun lalu, di saat Audrey---Mama Gio belum genap 40 hari dimakamkan. Gio tahu, papanya sudah lama selingkuh, hanya saja cowok itu berusaha abai.
"Anjir, tiga menit lagi. Apa gue bolos aja ya, sekalian?" gumam cowok dengan topi hitam polos itu.
Sudah menjadi ciri khas Gio, selalu menggunakan topi hitam polos ke mana pun ia pergi.Bila di hitung, sudah puluhan topi yang Gio sumbangkan pada sekolahnya. Ya, razia, sudah jelas-jelas ada aturan bahwa tidak boleh menggunakan topi bebas ke sekolah tapi tetap saja Gio gunakan. Peraturan dibuat untuk dilanggar bukan?
"Tapi hari ini jam olahraga, ya kali gue engga dateng."
••••
Di lain sisi, seorang gadis dengan rambut hitam pekat tengah kebingungan kala melihat jaket yang ia bawa ternyata salah. Di sana sudah jelas-jelas tertulis, 'Ini Gio Punya'. Ini bukan milik kakaknya, jantung Bila langsung berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya kala membayangkan sosok Gio yang begitu menakutkan.
Selama bersekolah di SMANTRA (SMA NEGERI SENTRA) sosok ALGIO KAZELO lah yang paling Bila takuti. Walaupun Gio teman dekat kakaknya.
"Jadi gue harus gimana?"
"Ya kali balikin ke Kak Gio, ngeliat wajahnya aja gue udah mau pipis rasanya. Tapi kalo engga di balikin, bisa-bisa gue jadi buronan."
Bila memutar otaknya, berusaha memikirkan solusi apa yang dapat membebaskannya dari masalah ini. Walaupun terkesan berlebihan, tapi percayalah berurusan dengan orang yang kita takuti itu sangat menegangkan.
"Apa gue drama aja, ya? Pas selesai balikin pura-pura kesurupan biar engga di marahin?" Berbagai solusi tidak jelas mulai memenuhi kepala Bila.
"Gue balikin besok aja deh, hari ini full nyiapin mental dulu."
"Bil? Masuk, ya."
Suara Aksel kembali membuat Bila kebingungan, sebelum diberikan beruntutan pertanyaan menegangkan dari Aksel, Bila buru-buru melemparkan jaket Gio ke dalam keranjang baju kotor.
"Tumben diem doang," ucap Aksel lalu duduk di sofa.
"Bareng engga? Kalo bareng buru, entar telat." Bila masih diam, jika boleh jujur, ia tidak ingin masuk sekolah hari ini. Takut kedoknya kebuka dan di cecar habis-habisan oleh Gio.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALGIO KAZELO
Fiksi Remaja❝𝐑𝐚𝐲𝐚, 𝐭𝐨𝐥𝐨𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐬𝐞𝐤𝐞𝐝𝐚𝐫 𝐬𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐡.❞ Singkatnya begini, Gio menjadikan Raya sebagai 'rumah' untuk tempat ia pulang. Sedangkan Raya? Hanya menjadikan Gio sebatas 'tempat singgah' yang bisa ia tinggal kapan s...