E m p a t

18 0 0
                                    

"Aku pikir aku satu-satunya, ternyata salah satunya."--Algio Kazelo

Beberapa hari ini, Gio sudah koar-koar di akun media sosialnya perihal jaket yang hilang. Waktu itu, mereka tengah mengikuti lomba basket di lapangan Pentagon yang mana penonton begitu banyak. Tak menutup kemungkinan beberapa dari mereka menggunakan media sosial, yang bisa membuat Gio terbantu untuk menemukan jaketnya. Gio juga menulis di laman instagramnya bila ketahuan yang maling jaket itu tak segan-segan ia beri hukuman. Ingat, Gio bukan cowok baik-baik ala-ala di novel. Cowok itu kasar, toxic, sangat jauh dari kata idaman.

Sebenarnya ia sudah curiga pada seseorang, hanya saja ia tak memiliki bukti yang kuat. "Kalo bener ampe tu orang, engga gue kasih ampun!" Gio mendumel.

Mood-nya benar-benar buruk hari ini, Raya tidak bisa dihubungi, jaketnya masih hilang, kucing kesayangannya sakit, benar-benar tertimpa masalah sekaligus.

"Andai Mama masih ada, pasti hidup gue engga semenyedihkan ini."

Gio memandangi foto ibunya yang tengah tersenyum di hadapan kamera, cowok itu menyeka kasar air matanya lalu tersenyum perih. "Mah, Zelo kangen."

Altarian Gio Kazelo, laki-laki yang paling dekat dengan ibunya. Gio benar-benar menjadikan mamanya sebagai rumah, jadi saat mamanya sudah tidak ada, Gio kehilangan itu semuanya, Gio kehilangan tempat pulang.

Gio tertawa."Bangsat, yakali gue nangis."

Tanpa sadar, suara notifikasi handphone membuat Gio segera mengecek. Nomor tak di kenal, Gio langsung melihat pesan tersebut.

0852××××
[Send picture]
Cewek lo, kan?

Haha, iya, kenapa?

"Sialan!"

Gio langsung melempar asal ponselnya, mood-nya belum membaik. Tapi pesan sialan itu berhasil memancing emosi dalam diri yang sudah lama ia tahan.

Bagaimana tidak? Seorang sudah mengirimkan foto raya tengah berpelukan dengan laki-laki lain, bukan hanya sekali, tapi sudah berulang kali. Ini bukan pesan yang pertama, jika di hitung, mungkin sudah puluhan.

Gio tahu Raya selingkuh, hanya saja Gio berusaha acuh, selagi ia belum melihat sendiri dengan mata kepalanya. Cowok itu tidak perduli.

Ini memang terkesan bodoh, tapi inilah cinta yang sesungguhnya, buta akan semua hal.

Gio ingin mendengarkan langsung dari mulut Raya, menjelaskan mengapa ia tega mengkhianatinya, dan memutuskan Gio. Sampai kapan pun, Gio tidak akan pernah memutuskan Raya.

Karena pada nyatanya, cinta Gio sudah habis di Raya, selamanya.

Gio menjadikan Raya sebagai 'rumah' tempat ia pulang, sedangkan Raya hanya menjadikan Gio sebagai tempat singgah yang bisa ia tinggalkan kapan saja.

Ini namanya grup😘

HAHAHA, ketawain

Gue dong, udah capek nih,
N

getawain diri sendiri

Aksel
Raya lagi?

Aghara
2

Danuk
3

Klau
Emang siapa lagi yang bisa bikin
Gio GOBLOK, EDAN STRES, BEGO?

ALGIO KAZELOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang