-01-

71 7 4
                                    

Aku ingin mengunjungi pemakaman mama ku dan nenek ku, satu persatu aku melewati makam orang-orang. Berjalan menelusuri pemakaman sendirian, tanpa sadar, hujan pun mulai turun. Aku memilih untuk meneduh di salah satu gubuk, dari kejauhan aku melihat seorang laki-laki yang berlari menuju gubuk yang aku duduki.

"Kak, aku izin neduh juga ya?" Izinnya

"Iyaa, silahkan." Jawabku

Hari sudah mulai gelap, dan hujan pun tambah deras. Sudah setengah jam aku dan laki-laki itu menunggu untuk hujan reda di gubuk itu.

"Kak, kalau boleh tahu, kakak habis dari makam mana??" Tanya nya

"Aku ingin menemui makam mama ku dan nenek ku, tetapi aku tidak bisa menemukannya," aku menghela nafas "mungkin karena aku sudah lama tidak menemui makam mama ku dan nenek ku, karena aku sibuk dengan tugas kuliah, dan makam nya juga sepertinya di renovasi tanpa sepengetahuan ku."

Laki-laki itu mengangguk, yang berarti paham dengan apa yang aku ceritakan.

"Mau aku anterin sampai depan?? Kebetulan di situ ada ojol, kayaknya kalau nunggu hujan reda bisa sampai tengah malam deh.."

"Sebenernya bisa aja, tapi aku gak ada payung"

"Pakai jaket aku saja, kebetulan lumayan tebal sih.. nanti kita lari saja, bagaimana?" Ajaknya

"Beneran?? Boleh deh!" Jawabku.

Aku menerima ajakan tersebut, dari pada aku menunggu hujan yang tidak kunjung reda, mendingan aku berlari dengan jaket yang laki-laki itu tawarkan, lagi pula internet di sini sedang error.

Lalu aku berancang-ancang dengan laki-laki itu, "nanti, kamu ikuti perintah ku saja ya? Kalau kau takut, kau bisa pegang jaket nya."

Aku mengangguk paham, lalu dalam hitungan 3, aku dan dia berlari sekuat mungkin. Selang beberapa menit aku dan dia berlari, akhirnya sampai juga pada tujuan.

Sebelum aku menaiki motor ojol tersebut, aku berkenalan dengan laki-laki tersebut.

"Terimakasih ya! Maaf sudah membasahi jaket mu, kalau boleh tau, nama mu siapa??" Tanya ku

"Tidak masalah, nama ku Ruiyaka. Dan kau??" Sebutnya

"Aku Artsanao, panggil saja Sanao atau Nao. Sekali lagi, terimakasih!" Ucapku sambil melambaikan tangan ku kepada Rui, dan di balas dengan lambaian tangan Rui.

Setelah aku sampai di rumah, aku lagi-lagi melihat rumah yang sama sekali tidak ada cahaya, dan sunyi sekali. Aku tidak suka dengan suasana nya, aku kangen dengan sambutan hangat dari mama ku..

Saat aku sedang duduk di meja belajarku, aku merenungi berbagai macam hal, tiba-tiba aku teringat dengan sosok laki-laki yang aku temui di kuburan.. pikiran negatif ku muncul secara tiba-tiba, aku berpikir "apa jangan-jangan, itu bukan.." aku langsung menggelengkan kepala ku, membuang jauh-jauh pikiran negatif ku, "mana ada hantu tapi aku bisa menyentuh tangan nya?" Sedangkan aku tidak sengaja menyentuh tangan nya, jelas-jelas dia nyata.

Aku memilih untuk tidur, siapa tahu aku bisa bertemu dengan laki-laki itu lagi, jika aku bertemu lagi maka Rui bukan hantu. Beberapa menit kemudian aku terlelap dalam tidur ku...

Beberapa jam kemudian, ada suara,

*PRANGGG!!

Suara pecahan piring yang sangat keras memenuhi rumah, aku segera berlari menuju asal suara tersebut, yaitu dapur.

Aku melihat Papa ku sedang memecahkan piring-piring yang ada di dapur, sontak aku terkejut, Papa ku juga terlihat frustasi dan marah se akan akan aku membuat kesalahan yang sangat besar bagi dia.

Papa ku menghampiri ku dengan membawa sebuah piring beling ke arah ku, tiba-tiba Ia langsung melempar piring beling itu ke dahi ku.

Aku meringis kesakitan, mencoba berlari dengan dahi ku yang di lumuri dengan darah, ternyata aku terlambat.. pintu itu sudah di kunci dari awal olah Papa ku.

"MAU KEMANA KAMU?? DASAR ANAK GAK BERGUNA!!" Teriak nya sambil menjambak rambut ku

"PAPA JAUH LEBIH GAK BERGUNA!! BUKANNYA NGURUSIN ANAKNYA, MALAH DI TINGGAL NIKAH SAMA PEREMPUAN JELEK ITU!!!" Teriak ku balik

"SIALAN KAMU!! UDAH BERANI YA???" Ancam nya kepada ku yang tambah kencang menjambak rambut ku, aku berusaha melepaskan tangan Papa ku dari rambut ku, tetapi hasilnya nihil.. cengkraman tangan Papa ku sangat kuat, aku tidak kuat untuk melepaskannya. Sambil aku berusaha melepaskan tangannya, Papa ku menampar wajahku dengan sekuat tenaga.

Sakit.. sakit sekali.

Saat papa ku menampar ku berkali-kali, tiba-tiba ada seseorang yang mengetuk pintu rumah. Papa ku melepaskan cengkraman tangannya dari rambut ku, aku bergegas membuka pintu tersebut. Aku sontak kaget, seseorang yang datang ialah Rui.

Rui memberi ku isyarat untuk segera ke belakangnya, aku langsung ke belakang Rui untuk berlindung dari Papa ku. Papa ku yang melihat itu sangat marah besar, Ia mencoba menangkap ku dari Rui. Tetapi Rui langsung membawa ku ke tempat yang jauh, agar Papa ku tidak tahu aku sedang berada dimana.

Aku di bawa ke rumah sakit oleh Rui, orang-orang yang melihat dahi ku yang dilumuri darah, Bergidik ngeri.
Rui mencoba menutupi nya, agar penglihatan orang-orang tidak tertuju kepada ku. Sesampai nya aku di ruang dokter, aku langsung di obati dan dokter bilang kepada ku, bahwa luka ku yang ada di dahi cukup parah, maka harus membutuhkan waktu lama untuk menyembuhkan luka tersebut.

Setelah urusan di rumah sakit selesai, Rui menawarkan kepada ku untuk menginap di rumahnya agar aku tidak di carikan oleh Papa ku. Aku mengikuti perintah dari Rui, kalau aku pulang ke rumah, mungkin luka ku bakalan jadi tambah parah dan menambah.

Mobil Rui pun berhenti di depan rumah nya, yang menandakan aku dan Rui telah sampai. Aku kagum, rumah Rui benar-benar luas dan mewah. Aku yakin, Rui adalah seorang anak dari pengusaha besar.

"Ini kamar mu, Sanao. Kamu bisa pulang ke rumah ku kapan saja" tunjuknya.

"Tapi, beneran tidak apa-apa?? Orang tua mu, dimana?" Tanya ku

"Orang tua ku sudah cerai, mereka meninggal kan ku. Tetapi kebutuhan ku tetap di cukupi oleh mereka, hanya saja mereka berada di jalan nya masing-masing."

Aku diam sejenak, "Rui? Maaf.." aku yang bertanya seperti itu kepada Rui, aku jadi merasa tidak enak.

"For what, Sanao? Itu bukan masalah besar." Senyum nya kepada ku, "oh, ya! Jika kamu butuh sesuatu atau kepala mu masih sakit, just call me, okay??"

Aku mengangguk, lalu Rui berjalan menuju pintu kamar ku, "Rui!" Panggil ku

"Yaaa??" Tanya nya sambil berbalik badan

"Terimakasih banyak.." Jawabku sambil menunduk

Rui lagi-lagi tersenyum, dan Ia keluar dari kamar ku, dan menutup pintu kamar ku.

Hari mulai berganti, sekarang pukul 05.40, Rui keluar dari kamar nya, lalu Rui menghampiri ku.

"Wah! Kau ternyata-

꒰。⁠•⁠ BERSAMBUNG ⁠•⁠。꒱⁠

Heyhooo!!
Dukung cerita ini dengan Vote dan Komen, tunggu kelanjutannya yaa!

I hope you like it! And thank you~

✧✧✧

AR-2023!!

Love, For Unreality..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang