Sudah satu bulan lamanya, kini Cherly sudah terbiasa dengan perhatian yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Walaupun sebelumnya selalu menolak dan tidak terlalu peduli, namun sekarang ia mulai akrab dan dekat dengan keluarganya. Tapi tidak dengan Vincent, karena Cherly sangat membatasi dirinya dengan lawan jenis. kecuali, Devan dan teman-temannya yang lain, karena mereka sudah akrab sejak Cherly masih ada di rumah sakit.
Cherly sudah mulai pergi keluar rumah sendiri, sekarang ia menjadi gadis mandiri yang sangat tangguh. Langkah kakinya terhenti saat mendengar suara bayi tengah menangis dengan kencang. Niatnya untuk pergi ke meja VVIP disalah satu restourant yang sudah di pesan ia urungkan. Terlihat seorang laki-laki tengah berusaha menenagkan bayi seorang diri. Merasa kasiha, akhirnya Cherly mendekat.
"Permisi tuan, boleh saya membantu menenangkan putra anda?" Tanya Cherly, dengan menatap bayi yang baru berusia beberapa bulan itu kasihan. Wajahnya terlihat begitu merah karena terlalu banyak menangis.
Ayah dari bayi itu terpaku melihat Cherly ada disampingnya dengan memandang sang putra. Ia segera menyadarkan dirinya dan segera menyerahkan sang putra pada Cherly. Gadis itu masih belum sadar anak siapa yang sedang ia gendong, karena terlalu fokus dengan bayi mungil yang ada di dekapannya.
cklek
Suara pintu dari salah satu ruangan vVIP terbuka, menampakkan seorang laki-laki berusia sekitar 30-an keluar. Menghampiri ayah dari bayi yang di gendong oleh Cherly dengan wajah serius.
"Tuan, anda harus segera mengikuti rapat sekarang." berutahu laki-laki iyu denga tidak enak hati.
Cherly yang mendengar itupun menoleh, alangkah terkejutnya ia saat melihat sosok laki-laki yang satu bulan lalu ia temui di toilet mall. Melihat laki-laki itu tampak bingung, mau tidak mau Cherly harus membantu. Hal ini ia lakilkan hanya sebagai bentuk kepedulian sesama manusia.
"Anda pergilah rapat, saya akan membantu menjaga putra anda. Setelah pekerjaan anda selesai, anda bisa menjemput putra anda di ruangan VVIP yang ada di sebelah sana." Kata Cherly terlihat tidak keberatan sama sekali membantu menjaga putra dari orang yang tidak ingin ia temui lagi sejak kejadian di mall.
"Terima kasih banyak Cher, aku akan segera menyelesaikan pekerjaan ku agar kamu tidak terlalu lama direpotkan. kalau begitu aku pergi dulu." Ujar Joshua senang.
Cherly tidak memberikan tanggapan apapun, ia langsung membawa bayi laki-laki yang ada didalam gendongannya ke ruangan yang sudah ia persan. Tak lupa juga mendorong kereta bayi yang sudah tersedia dengan perlengkapan bayi itu.
Niat awal Cherly pergi ke restouran itu untuk menghabiskan waktunya meneliti resep makanan dengan menikmati berbegai macam menu. Restouran itu milik ibunya sendiri, jadi ia bebas ingin mengetahui apapun resep makana yang ada di sana. Setelah berpikir cukup lama selama menjadi pengangguran yang tidak memiliki kesibukan apapun. Kini Cherly berpikir ingin menkadi koki handal dan akan mendirikan restoutan sendiri kelak di masa depan.
Sambil menikmati makanan yangs udah disediakan untuk dirinya, Cherly juga sesekali berbincang dengan bayi yang ada dipangkuannya. Meskipun tidak mengerti dengan gumaman bayi itu, tapi Cherly tetap menanggapinya dengan baik.
"Bawa semua makanannya kembali, aku akan kembali lain kali." Pinta Cherly pada manager restouran yang sejak tadi menemaninya bersama beberapa chef.
Cherly tidak bisa belajar tentang semua menunya sekarang. Keberadaan bayi mungil menggemaskan itu sungguh membuat Cherly tidak bisa fokus. Tak lupa ia mengabadikan kebersamaanya dengan si bayi mungil, mengirimkan hasil foto bersamanya denga Vincent yang kini menjadi teman baiknya. Ya, Cherly memutuskan untuk berteman baik dengan Vincent. Karena pemuda itu yang memaksa, dan selama satu bulan ini mereka sering menghabiskan waktu bersama sebagai teman.
"Kamu lucu banget sih, pipi kamu juga gembul banget, jadi pengen aunty gigit." ujar Cherly, sembari menoel-noel pipi yang sangat menggemaskan itu.
Saking asiknya bermain berdua, Cherly sampai tidak sadar jika ayah sang bayi sudah datang untuk menjemput. Laki-laki itu menyempatkan untuk mengambil foto putranya dengan sang mantan kekasih yang masih menempati hatinya hingga saat ini.
"Andai dia anak kita, pasti sekarang kita sudah bahagia dengan keluarga kecil kita sendiri." gumam laki-laki itu.
"Apa dia rewel?" tanyanya setelah berada di dekat Cherly.
Cherly sedikit terkejut dengan kedatangan laki-laki itu yang ternyata sudah ada di dekatnya saat ini. Ia segera beranjak dari duduknya untuk memberikan si bayi pada sang ayah. Entah kenapa ia sangat ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan bayi itu.
"Dia sangat baik dan tidak rewel tuan." kata Cherly memberitau.
"Maaf sudah merepoykan kamu." ucap Joshua, ia merasa tidak enak hati pada Cherly yang harus menjaga putranya.
"Ya, tidak masalah. Lagipula putramu sangat pintar, dia cukup menghiburku." Ujar Cherly.
"Sebagai rasa terima kasih, saya akan mentraktir anda apapun yang anda mau." tawar Joshua.
Cherly menggeleng, dia tidak merasa dirugikan hanya dengan menjaga seorang bayi. Malah dia sangat senang dengan keberadaan bayi itu, karena bisa menemani kebosanannya selama ini.
"Tidak perlu, saya senang bisa menghabiskan banyak waktu dengan anak anada. Kalau begitu saya permisi dulu." Pamit Cherly.
"Ya, terima kasih banyak antas bantuan anda nona." ucap Joshua dengan tersenyum lembut.
Cherly segera pergi meninggalkan Joshua, namun sebelum iyu dia meminta izin untuk mencium bayi gembul itu sebelum berpisah. Dengan senang hati joshua memberika Cherly izin untuk mencium putranya.
"Sayang, terima kasih banyak karena kamu, Papa bisa bicara sama aunty Cherly." Joshua mencium pipi putranya yang tadi bekas dicium oleh Cherly.
Anggaplah dia tidak waras karena tingkahnya sekarang ini. Joshua terlalu bahagia karena sekara ia mendapatkan alasan untuk mencari Cherly, dan mungkin nanti mereka bisa bersama kembali. Sejak awal Joshua hanya mencintai Cherly, namunkarena paksaan dari sang ayah, dia harus menikah dengan wanita lain yang tak lain adalah teman lamanya. Dan mereka dijodohkan karena suatu hal.
Di sisi lain Vincent tak bisa berheni tersenyum setelah mendapatkan kiriman foto dari Cherly. Entah dapat dari mana gadis itu seorang bayi lucu, Vincent jadi ingin menikahi Cherly dan memiliki anak mereka sendiri nantinya. Tapi lagi-lagi dia harus menerima kenyataan, jika hubungan mereka sekarang hanya sebatas teman baik.
"Vincent, besok tolong kamu pergi ke Singapura untuk menghadiri rapat sama klien kita yang ada di sana. Papa ada rapat lain di Bandung, jadi tolong kamu atur rapat yang di Singapura dengan baik." kata sang Papa.
Vincent dengan berat hati mengangguk, jika bole, ia tentu daja tidak ingin pergi. Alasannya karena tidak mau berjauhan dengan Cherly, dan ia takut gadis itu akan dekat dengan orang lain. Dia ingin Cherly bergantung pada dirinya, itu sebabnya Vincent selalu berusaha untuk selalu ada jika Cherly butuh.
"Papa sudah mengurus Universitas yang akan kamu masuki tahun depan, Universitas terbaik di Amerika. Kamu pasti bisa langsug mengimbangi mereka, mengingat kamu selalu memiliki nilai terbaik." jelas sang Papa, Vincent hanya menyimak apa yang Papa-nya ucapkan.
Satu tahun adalah waktu yang sangat singkat, Vincent takut disaat dirinya sudah harus pergi Cherly masih tak mengingat dirinya. Dia tidk mau kehilangan gadis itu hanya karena kecelakaan yang membuat tunangannya lupa ingatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive me, please!
Teen Fiction"Jangan bersikap seperti ini, lo boleh hukum gue tapi jangan tinggalin gue. Gue Mohon kembali!" Vincent menatap tubuh kaku tunangannya dengan tatapan memohon.