Vincent pergi ke toko bunga milik sang ibu, selama dua hari ini dia tidak pulang karena menyelidiki kasus perselingkuhan yang tengah memanas di antara kedua orang tuanya. Masih belum ada informasi lebih lanjut tentang perselingkuhan yang menyangkut sang ayah. Karena wanita yang bersangkutan mendadak hilang bak ditelan bumi. Tidak ada sedikitpun informasi yang didapatkan karena tidak banyak orang yang tahu tentang wanita yang sedang Vincent cari.
Vincen merasa sedih saat melihat ibunya tanpa lebih pendiam dari sebelumnya. Bahkan sekarang sang Ibu sering sekali melamun dan terkadang tidak berbicara apapun.
Terlihat ada begitu banyak perubahan yang terjadi pada Risa sejak pertengkaran dengan suaminya malam itu. Bisa juga jarang sekali tersenyum, dia hanya memperlihatkan bahwa tidak ada semangat di setiap harinya.
Vincent berjalan mendekati sang ibu, ia tersenyum saat sang ibu tidak sadar dengan kehadirannya. Mungkin karena terlalu banyak pesananan, jadi tidak memperhatikan sekitar.
"Ehm, saking sibuknya cari uang, sampai nggak sadar anaknya ada di depan mata." Dehem Vincent, sambil melihat bunga mawar merah didepannya.
Risa langsung mendongak, ia menatap putranyaa dengan malas. Vincen tidak pulang selama dua hari karena ada banyak pekerjaan, dan sekarang putranya itu malah menyindir dirinya.
"Mama pikir kamu lupa kalau masih punya mama, makanya lebih memilih pekerjaan, sampai nggak pulang begitu. Pasti uangnya udah banyak dong," Risa membalas sindiran putranya, sambil terus meraangkai bunga pesanan.
Vincent tertawa mendengar apa yang ibunya katakan, ia sangat bersyukur jika sang ibu masih bisa bercanda dengan dirinya. Walaupun, saat ini wanita yang dicintainya itu sedang merasa sedih yang luar biasa, setidaknya Vincent masih bisa bercanda dengan sang ibu.
"Udah waktunya makan siang nih, makan yuk Ma." Ajak Vincent, membuat Risa menatap heran putranya.
"Kenapa, Mama lihat Vincent begitu? takut Vincent suruh bayarin?" Vincent bertanya denga wajah yang dibuat seolah dirinya sedang kesal.
"Nah, itu tahu, kamu kan sudah kerjaa di perusahaan papa, jadi uang kamu pasti lebih banyak dari uang mama mu yang hanya penjual bunga ini kan?" Ujar Risa, sembari menaik turunkan alisnya, membuat Vincent mendengkus menanggapinya.
"Vincent belum gajian, mama bayarin dulu ya, nanti Vincent ganti kalo udah gajian." Candanya sembari membalas sang ibu dengan menggerakkan keua alisnya naik turun.
***
Vincent tak henti-hentinya menatap Cherly yang sibuk memilih berbagai macam bunga, untuk dirangkai bersama karyawan sang ibu. Kebetulan hari ini ada begitu banyak pesanan yang datang, sehingga Risa sebagai pemilik toko bunga harus ikut turun tangan juga. Sebetulnya toko bunga ini baru dibangun dua minggu yang lalu. Risa berencana membuka toko bunga karena Cherly akan pindah ke luar negeri. Dia yang begitu dekat dengan gadis itu tentu saja akan merasa sangat kesepian, jadi untuk menghilangkan rasa sepinya ia memilih untuk membangun toko bunga. Tapi ternyata Tuhan memberinya kesempatan untuk bersama gadis itu kembali, walaupun dalam keadaan yang sangat berbeda. Namun ia tidak menyesal mendirikan toko bunga itu, karena sekarang bisa menghabiskan waktu di sana bersama Cherly yang terlihat tertarik dengan rangkaian bunga.
"Vincent, tolong bantu mama potong pita ini." Pinta Risa, sejak tadi ia memperhatikan putranya yang terus saja menatap Cherly dari jauh. Semalam Vincent memang mengatakan tidak ingin terlalu memaksa Cherly untuk mengingatnya. Dia akan mengikuti proses penyembuhan gadis itu agar tidak semakin jauh, dirinya memaksakan Cherly untuk mengingat dan dekat dengannya.
Vincent yang merasa dirinya dipanggil segera menatap sang ibu, dari senyuman yang diberikan oleh ibunya ia sudah tahu jika wanita yang sudah melahirkannya itu sengaja. Untuk saat ini ia memang hanya akan meminta bantuan ibunya untuk dekat dengan Cherly. Karena dari semua orang yang ada di sekitar gadis itu hanya ibu Vincent lah yang membuat Cherly nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive me, please!
Teen Fiction"Jangan bersikap seperti ini, lo boleh hukum gue tapi jangan tinggalin gue. Gue Mohon kembali!" Vincent menatap tubuh kaku tunangannya dengan tatapan memohon.