05/12/23
"Gue juga mau ikut sama kalian!" Keempat remaja itu langsung menoleh ke sumber suara, di mana telah berdiri sosok Vincent di belakang mereka.
Menunjukkan senyum lebarnya dan berjalan mendekat ke arah kursi di samping kanan Cherly, udah disiapkan oleh Peter. Ia harus mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena Peter sudah bersedia memberikan semua informasi. Bahkan teman baiknya itu juga menyiapkan kursi untuk dirinya duduk di samping Cherly.
"Bukannya Lo bilang lagi sibuk ya? Kenapa tiba-tiba ada di sini?" Tanya Cherly, merasa heran karena Vincent yang biasanya sibuk dengan pekerjaan yang begitu banyak tidak akan pernah mau meninggalkan kantor sebelum semuanya selesai. Tapi sekarang secara tiba-tiba pemuda itu datang dan sudah duduk di sampingnya.
"Oh, kebetulan tadi habis meeting di sekitar sini." Peter akting sahabatnya yang sangat bagus.
Vincent pandai berakting, apakah dinamakan kekuatan cinta? Vincent selama ini terkenal cuek dan selalu berbicara apa adanya malah dengan santainya berakting di depan mereka semua.
Cherly hanya mengganggu setelah mendengar jawaban dari Vincent. Lalu ia beralih kembali menatap ke arah Devan.
"Jadi nggak jalan-jalannya?" Devan langsung menunggu cepat mendengar pertanyaan Cherly.
"Gue ikut!" Sahut Vincent dengan tidak tahu malu.
"Lo kan lagi sibuk sama pekerjaan di kantor, mending lo nggak usah ikut. Kapan-kapan aja kita jalan-jalan berdua kalau pekerjaan lu udah beres." Larang Cherly, bukan karena ia ingin pergi berdua dengan Devan. Tapi karena dia memikirkan bagaimana sibuknya Vincent saat ini di perusahaan ayahnya. Jika nanti pemuda itu ikut maka pekerjaannya akan berantakan.
"Nggak apa-apa, gue bisa kok ngerjain sambil jalan-jalan sama kalian." Kata Vincent dengan percaya diri.
Akhirnya Cherly hanya bisa mengangguk pasrah, toh, lebih baik mereka pergi bersama-sama agar lebih menyenangkan.
"Ya, udah besok ikut semua aja jalan-jalan. Biar sekalian buat perpisahan sebelum Alina kembali ke Amerika." Putus Cherly.
Devan menghela nafas pelan, padahal ia ingin pergi berdua bersama Cherly. Tapi ia tidak akan menyerah untuk mendapatkan gadis yang sudah lama tercintanya itu. Mengingat Cherly yang mengalami lupa ingatan tentu saja ia memiliki peluang besar untuk membuat gadis itu membalas perasaannya. Kali ini dia tidak akan membiarkan Cherly menjadi milik orang lain, sudah cukup dirinya selama 3 tahun memendam perasaannya pada gadis itu.
Setelah mereka semua selesai makan, Cherly meminta pada tiga pemuda itu untuk segera pergi. Karena dia ingin menghabiskan waktu bersama Alina di rumah gadis itu. Awalnya ketiga pemuda itu menolak karena mereka beralasan masih ingin mengobrol. Namun Cherly menolak dengan tegas karena hari ini adalah hari yang sudah ia tumbuh-tunggu yaitu, menghabiskan banyak waktu bersama Alina.
"Gue peringatin agar lu jauh-jauh dari Cherly, meskipun dia lupa ingatan tidak bisa mengubah kemungkinan kalau kita masih sebagai sepasang tunangan." Peringkat Vincent dengan tegas.
Devan terkekeh pelan mendengar perkataan Vincent, ia tidak pernah takut pada siapapun. Bahkan untuk merebut Cherly dari Vincent tentu saja ia sangat berani. Selama ini dia hanya diam karena menghargai perjuangan Cherly untuk mendapatkan Vincent.
"Meskipun lo tunangan Cherly, percuma karena dia mengalami lupa ingatan. Dia hanya menganggap lo sebagai teman baik, Jadi jangan terlalu besar kepala. Dan gue nggak akan pernah menyerah lagi untuk perasaan yang selama ini telah gue pendam. Gue akan berusaha untuk mendapatkan Cherly bagaimanapun caranya, karena lo sangat nggak pantas untuk mendapatkan dia." Perkataan Devan membuat Vincent mengeram pelan, ia mengepalkan tangannya menahan emosi agar tidak sampai menghajar pemuda di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forgive me, please!
Teen Fiction"Jangan bersikap seperti ini, lo boleh hukum gue tapi jangan tinggalin gue. Gue Mohon kembali!" Vincent menatap tubuh kaku tunangannya dengan tatapan memohon.