4. regret is useless

1.8K 129 6
                                    

Hai hello annyeonghaseyo
Semuanya selamat merayakan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus..

Ayo bahagia dan merdeka bersama hingga masa depan nanti.

Jangan lupa untuk menggapai kebahagiaan kalian sendiri dan kebahagiaan yang kalian inginkan..

Aku post di jam 21.44, karena kalau nunggu jam 12.00 tepat nanti aku takut ketiduran seperti kemarin saat hari Pramuka.

Sudah dua hari ini Vincent tidak menampakkan dirinya pada Cherly. Dia lebih sibuk di kantor bersama ayahnya dan berencana untuk mengambil jabatan sebagai CEO. Selama 2 hari ini dia benar-benar mengalihkan pikirannya tentang Cherly yang lebih memilih dekat dengan Devan pada pekerjaan. Meskipun tidak menampakkan diri di depan gadisnya, Vincent tetap rutin datang sehari tiga kali ke rumah sakit. Ia memandangi wajah Cherly dari luar kamar.

Seperti malam ini, Vincent menatap tunangannya dalam diam saat gadis itu tengah asyik bercanda dengan Devan. Meskipun ada rasa tidak rela melihat keduanya begitu dekat, tapi ia tetap akan memberikan kesempatan agar Cherly bisa lebih nyaman. Walaupun harus mengorbankan perasaannya, Vincent akan melakukan itu agar bisa membantu pemulihan pada Cherly. Setelah hampir satu jam berdiri di luar, Vincent memilih pergi dari sana. Malam ini ia akan tinggal di apartemen yang sering ia dan Cherly kunjungi untuk menghabiskan waktu bersama.

"Apapun yang akan membuat kamu sembuh dan nyaman, akan aku lakukan. Walaupun harus mengorbankan rasa sakit yang begitu dalam, aku akan anggap ini sebagai bayaran atas semua sikap burukku dulu." Batin Vincent.

Kini dia duduk sendirian di balkon kamar, tempat yang paling banyak kenangan bersama Cherly dulu. Di mana gadis itu sering datang untuk menenangkan diri atau hanya bersantai di balkon. Vincent duduk di kursi yang biasanya Cherly tempati. Ia masih bisa melihat bayang-bayang gadis itu yang selalu mengomel saat dirinya ingin berada di sana untuk menemani gadis itu.

Cherly menghembuskan nafasnya kasar, niatnya datang ke apartemen milik Vincent untuk bersantai sendirian sambil membaca novel. Tapi sang pemilik malah ingin tetap di sana karena dirinya datang.

"Pokoknya gue nggak mau tahu lo harus pergi dari sini!" Teriak Cherly, ia menarik pergelangan tangan Vincent agar segera beranjak dan meninggalkan dirinya sendirian di dalam apartemen itu.

"Gue mau di sini, gue mau nemenin lo." Tolak Vincent, ia masih tidak mau bergerak dan tetap duduk dengan santai. Karena tarikan Cherly pada tangannya tidak memberikan efek apapun.

"Aah, Vincent. Gue tuh mau me Time sama diri gue sendiri, pokoknya lo harus pergi. Atau setidaknya lu jangan ada di balkon ini, gue mohon." Cherly mengerucutkan bibirnya lucu. Cincin yang melihat itu langsung saja dengan jahil menarik bibir Cherly. Lalu tertawa keras saat gadis itu tampak lebih kesal dari sebelumnya.

Sebelum mendapatkan amukan, Vincent langsung berlari meninggalkan Cherly, sesuai keinginan gadis itu.

"Vincent!" Teriakan menggema Cherly membuat Vincent langsung meledakkan tawanya saat berhasil keluar dari kamar.

Vincent bernafas lega karena Cherly tidak mengejarnya, ia takut kembali terkena lemparan novel tebal yang gadis itu bawah seperti tempo hari.

Huh

Terdengar helaan nafas panjang Vincent yang kini menjadi galau setelah melihat bayangan dirinya dan Cherly dulu. Dia juga masih mengingat bahwa Cherly selalu ingin belajar di balkon ini saat malam hari sambil menikmati indahnya kota. Tak jarang dirinya menggerutu Karena kesal dengan Cherly yang lebih fokus pada keindahan kota daripada rumus matematika yang sedang jelaskan.

Forgive me, please!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang