IV. TRIAL

109 10 2
                                    

"Harry..." Ya. Orang itu Harry. Jangankan Nadine, Lily saja tak mempercayainya.
"Kenapa kau menghentikanku?! Apakah—"
"Dengar! Besok temui kami di halaman belakang sekolah tepat saat pulang sekolah. Kalau tidak, kau akan mendapatkan lebih dari ini"
Lily hanya diam setelah Harry  mengatakannya. Perasaan Lily benar-benar campur aduk saat ini. Ia tak tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini.
"Kenapa kau masih terdiam?! Kau ingin aku berubah pikiran?!"
Lily langsung tersadar dari pikiran dan perasaannya yang tak karuan. Ia langsung bergegas mengambil tasnya dan berlari dari hadapan mereka.
"Apa yang ingin kau lakukan, Harry?" Tanya Nadine dengan nada yang masih kesal namun nada suaranya tak sekeras sebelumnya.
"Kita lihat saja nanti, sayang".
***
Hati Lily masih saja merasa ketakutan akan apa baru saja ia alami tadi. Ia juga merasa sebagai korban teror karena ancaman Harry dan Nadine yang membuatnya tak habis pikir mengapa hal yang kecil bisa dibesar-besarkan seperti ini.
Jika diingat-ingat selama 4 bulan terakhir ini, baru kali ini Lily dibully di lingkungan barunya.Padahal, Lily baru saja merasakan bangku pertamanya di senior high school, tapi, lihat saja sekarang, ia sudah dibully habis-habisan oleh seniornya.

Ia tak tahu apa yang akan terjadi nantinya. Tapi Lily benar-benar tak ingin mengasihani dirinya sendiri, meskipun fakta berkata lain kalau ia merasa kasihan pada dirinya sendiri.

"Tidak! Aku tidak boleh seperti ini. Aku pasti bisa melewati ini semua. Aku harus berani!"
Kata Lily menyemangati dirinya sendiri di sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Ia terus mengelak pada kenyataan kalau nantinya ia tak ingin diperlakukan seperti ini. Ia harus berani!

Sekarang Lily sudah sampai di rumahnya. Rumahnya sangat gelap, mungkin tidak ada orang di rumah— batin Lily.
Lily memasukkan kunci untuk membuka pintu. Ternyata memang benar, kalau di rumah sedang tidak ada orang.
"Kemana Mom dan Dad?" Pikir Lily. Lily bingung, biasanya ayah dan ibunya biasa menyambutnya di meja makan untuk makan malam bersama, selain itu ayah dan ibu Lily juga jarang pergi tanpa meninggalkan pesan.

Tapi Lily berusaha mengusir pikiran buruk pada dirinya.
"Huft!  Cukup, Lily! Mungkin ini hanya perasaanmu saja karena terlalu emosional" Lily mengidikkan bahunya berusaha menstabilkan emosi dan pikiran agar ia kembali tenang.

Saat Lily baru saja masuk ke kamarnya, tiba-tiba saja ada suara pintu terbuka. Lily agak terkejut, namun bisa ia pastikan dari derap suara sepatunya adalah milik ibunya, sehingga ia keluar dari kamarnya hanya untuk memastikan.

Ia terkejut mendengar tangis sang ibu. Ia pun memutuskan untuk menghampiri ibunya yang kini tengah terduduk lemah di ruang tamu.
"Mom?" Mrs. Jill, ibunda Lily terlonjak mendengar suara putri tunggalnya itu. Ia langsung berdiri memeluk Lily yang kini berada di depannya.

Lily merasa bingung akan semua ini. Dimana ayahnya? Apakah masih bekerja di restoran milik keluarganya? Kenapa ibunya memeluknya sangat erat, seperti tak ingin kehilangannya? Akihrnya, dari semua rasa penasaran yang ia miliki, Lily memutuskan untuk bertanya pada ibunya.
"What's going on, Mom?"
Ibunya hanya menggelengkan kepala. Ibunya benar-benar menyembunyikan rahasia besar darinya, dan itu semua terlihat dari sorot matanya yang lemah.

Ibunya tak kunjung memberi jawaban, tapi malah semakin menangis tersedu-sedu.
Dari itu semua, akhirnya Lily mengerti jawabannya, dan kini, badannyalah yang terkulai lemas di atas sofa.
"Tidak! Tidak mungkin! Hiks hiks hiks!" Tangis Lily akhirnya pecah. Dan saat itu pula, semuanya seketika menjadi buram dan akhirnya menjadi gelap. Lily pingsan.

KIRA - KIRA ADA APA TUH SAMA LILY? BTW, MAAP YA GANTUNG SOALNYA BIAR GREGET.

OHYA, AKU TTP BUTUH VOMMENTS / KRITIK-SARAN YG MEMBANGUN DR KALIAN YA. Thx 4reading.
All the love, Mrs. Styles xD

SUDDENLY OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang