Rumah

543 63 1
                                    

"Bibi, aku pulang", sunyi itu yang William rasakan pada rumahnya saat ini.

"Mungkin keluar", gumamnya sembari berjalan menaiki tangga menuju kamar.

Ia rebahkan tubuhnya pada kasur,  menatap sendu langit langit kamarnya yang berwarna putih dengan lampu hias yang cantik terpasang diatas sana.

"Ah iya", ia mengingat sesuatu.

William duduk dipinggir kasurnya, meraih tasnya yang tergeletak di samping tempat tidur. Sebuah surat yang ia dapatkan dari sekolah tadi sudah berada tepat ditangannya.

Keraguan pada diri William kembali, hanya saja rasa penasarannya jauh lebih mendominasi. Ia menghela nafas.

"I hope it's good", William tarik perlahan pita yang mengikat amplop merah tersebut dan melemparnya keatas kasur.

Menghitung mundur dalam hatinya sembari membuka perlahan amplop tersebut.

"1"

"2"

"3"

Reflek tangannya menjauhkan surat tersebut, takut ada sesuatu melompat atau hal lain yang keluar. Tapi tak ada apa apa, hanya selembar kertas didalamnya.

William bingung bercampur kaget. Bulu kuduknya merespon, membuatnya merinding takut setelah ia membaca isinya.

Kata kata pada selembar kertas itu sama sekali tak banyak, tapi cukup membuat William kecil sedikit was was pada sekitarnya.

'I'm watching you, so don't be naughty William.'

(Aku mengawasimu, jadi jangan bertingkah nakal William)

"What the f-", William tak melanjutkan. Ia tutup lagi surat itu, membuangnya pada bak sampah.

"Kekanak kanakan sekali kerjaannya. Kasih surat kayak gitu!! apa apaan maksudnya?! Huhhh", ocehnya kesal sambil kembali berjalan menuju kasurnya.

Bantingan tubuh William pada kasur membuat per pegas didalamnya bersuara. William tenggelamkan mukanya pada bantal, menenangkan pikiran yang sedang campur aduk sekarang.

Kepalanya spontan terangkat, dengan cepat ia menoleh pada cctv kamarnya yang sedang aktif merekam.

"Dia tak mengawasiku dari cctv kan? No! Itu gak mungkin. Keamaan dirumah sudah jauh lebih baik akhir akhir ini, jadi gak mungkin dari sana", Matanya mengedar keseluruh sudut ruang kamar, mencari tempat kamera atau benda perekam lainnya diletakkan dimana.

"Apa dalam boneka? Tapi gak mungkin juga, aku membeli semua barangku sendiri. Jadi pasti aman", masih terus menelusuri dengan fokusnya sampai William tak sadar Bibinya sudah berdiri disampingnya.

Tepukkan dibahu mungil William dari sang Bibi beserta panggilan 'tuan muda' sontak membuatnya berteriak alias menjerit sangat keras.

(Kalian mungkin bisa bayangin jeritan Sunoo gimana😭)

"Wow tuan muda tenanglah. Astaga! Kuping Bibi bisa bisa pecah loh ini"

William terengah tengah seperti habis ikut lompat lari 500 km jauhnya. "La-lagian Bibi ngagetin! Masuk juga gak ngetok dulu lagi!"

"Eh Bibi udah ngetok tau, tuan muda aja yang gak denger. Ada mungkin 10 kali Bibi panggil dari luar tadi", bela Bibi pada dirinya karena tak mau disalahkan.

"Y-ya tapi jangan asal masuk juga lah Bi! Kalo aku lagi telanjang gimana?"

Bibi tertawa lepas setelah mendengar celetukan William yang menurutnya sangat lucu. "Haduh tuan muda perut Bibi jadi sakit hahaha", William menatap Bibi dengan sangat kesal.

Welcome Little One [Sunoo Harem] (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang