| Chapter 02 |

912 116 14
                                    

Di pagi hari yang cerah, sinar matahari yang memasuki celah jendela kamar Rosa membuatnya terbangun dan tersadar bahwa hari telah berganti. Namun, rasa kantuknya masih lengket di kedua mata Rosa.

"ya ampun udah pagi aja", ujar Rosa sambil menggosok matanya yang masih redup, meregangkan badan, dan sesekali menguap.

"ayo Rosa mandi habis itu prepare buat jualan nanti, semangat untuk hari ini", ucapnya menyemangati diri sendiri. Setelah mengumpulkan semua nyawanya, dia pun bangkit dari kasur dan bergegas untuk mandi.

15 menit berlalu...

Rosa mengeluarkan sepeda gayuh nya dan menaruh sebagian bucket bunga di keranjang sepedanya dan sebagian di totebag besar yang akan dia taruh di bagian belakang sepedanya.

"Let's do it, Rosa" lirih nya menyemangati diri dan mulai mengayuh sepedanya mengelilingi sebagian tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang-orang kota

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Let's do it, Rosa" lirih nya menyemangati diri dan mulai mengayuh sepedanya mengelilingi sebagian tempat-tempat yang ramai dikunjungi orang-orang kota.

_______________________________________

"Ayah... Bunda... Tristan berangkat dulu, udah telat soalnya", ucapnya sambil berlari tergopoh-gopoh meninggalkan rumah yang sederhana tapi elegan itu menuju kampus.

"Hati-hati ya nak, kamu ga mau makan dulu?", sahut bundanya yang sedang berada di meja makan menyiapkan makanan untuk suami dan anaknya.

"Nggak bund, nanti aku bisa beli di kantin sekolah, duluan ya bund titip salam sama ayah", balasnya dengan jarak yang semakin jauh dari Bundanya.

Tristan Leon Alvaro, anak dari orang sederhana keatas yang tercukupi lahir batin dari kecil. Hidup yang tak begitu banyak uang tetapi memiliki keluarga yang harmonis sampai sekarang. Ayahnya adalah seorang guru di SMA dan bundanya yang memiliki sebuah coffee shop yang kadang ramai dan kadang sepi. Namun terkadang Tristan lah yang membantu bundanya dalam mengelola coffee shop itu, saat waktu senggang Tristan juga membantu melayani pelanggan-pelanggan yang datang ke coffee shopnya.

Hidup yang disiplin dan tertata rapih sudah dia biasakan sejak kecil, baginya 'waktu itu berharga, jangan menyia-nyiakannya dengan hal yang tidak berguna dalam hidup sebelum menyesal'. Tristan tipikal cowok ambis dalam segala bidang, baik di akademik maupun non-akademik, berkat bimbingan ayahnya selama ini, Tristan tumbuh menjadi seorang pemuda yang tak terbawa arus dan termakan oleh pengaruh pergaulan bebas.

Setiap hari dia selalu belajar dan belajar untuk mendapat peringkat pertama, bahkan dulu dia tak memliki waktu untuk pergi bersenang-senang dengan teman-temannya. Selain itu, dia juga rajin berolahraga dan pergi gym untuk membentuk massa ototnya, katanya sih biar keren.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wound and MedicineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang