Chapter 8

0 0 0
                                    

Remy Atsuko


Melihat temannya terbaring di ranjang tak bernafas, Remy hanya melihatnya dengan tatapan kosong.

Dia merasa ada sesuatu yang menusuk hatinya. Ini pertama kalinya dia merasakan perasaan ini, jadi dia tidak tau bagaimana merespon situasi ini.

Jauh sebelum masuk ke Yuro, Remy mendapat pesan dari Gera yang menyuruhnya masuk ke Yuro

'jangan menyesal'

Itu juga yang dikatakannya.

Menyesal.

kata itu tidak pernah ada di kamusnya, terlebih lagi ini adalah pertama kalinya Gera meminta sesuatu dari Remy. lebih tepatnya ini pertama kalinya Gera memaksa Remy.

Biasanya Gera hanya memberikan saran, dan penentu terakhir selalu dipegang Remy. Karnanya Remy jadi penasaran kejutan apa yang akan ia dapat.

Dan benar saja. Dia menemukan Guru yang ia cari, Mylean.

Bagi Remy, Mylean adalah satu satunya Guru yang paling berkesan baik baginya. Karnanya saat Mylean pergi tanpa mengatakan apapun, dia berencana untuk mencarinya.

Lalu, tanpa di duga, dia mendengar secara langsung kalau Arvast ada di sekolah itu.

Di sekolah terakhirnya ia sangat yakin sudah menyampaikan perpisahan terakhir pada Arvast, dan Remy sama sekali tidak berencana mencari ataupun bertemu lagi dengan Arvast.

Remy tidak protes dengan pertemuan ini, lagipula dia menganggap Arvast dan Mylean 'aman' dan sangat menyenangkan.

Setelah sampai di Yuro yang Remy lakukan hanya bermain, tidak memperdulikan pelajaran dan semua hal yang berhubungan dengan pekerjaan.

Namun, dia mendapat pesan dadakan dari ayahnya. Jelas itu karna dia pergi tanpa pamit. Dengan kabar itupun dia bersiap untuk pulang dan menyiapkan mental untuk bekerja. Tapi sebelum itu, dia malah mendapatkan kabar kalau Arvast sedang dirawat.

Dan sekarang, dia malah menemukan Arvast tak bernafas di ranjang.

Tidak lama setelah Harin pergi, Remy juga ikut pergi.

Saat ia sadar, Remy sudah kembali ke hotelnya.

Dia merasa marah pada apa yang terjadi barusan

"mati?"

Dia mengingat Arvast. Tentang apa yang mereka lakukan dulu, tentang kesenangan dan kesulitan yang mereka hadapi saat sekolah dulu, dan banyak lagi.

Dengan ingatan itu, ekspresi yang ada dalam dirinya hilang sepenuhnya. Semua emosinya hilang.

Alasan Remy sangat tertarik dengan Arvast adalah karna wajahnya mirip dengan perempuan yang pernah ia temui di masa lalu. Masa dimana kepolosannya adalah hal yang biasa. Dengan kepolosan itu, dia tidak sengaja bertemu dengan perempuan yang ia anggap sebagai kakak.

"Verasia"

Mengingat Arvast yang terbaring, Remy menyebut nama perempuan itu. Dia membayangkan kalau perempuan itu yang terbaring di sana dan bukan Arvast.

. .

. . .

Dia mendekati kopernya. Namun bukannya menyimpan koper itu, dia malah membongkar isinya. Alhasil semua usaha yang ia lakukan untuk merapikan barang barang itu jadi sia sia.

Semua itu ia lakukan hanya untuk mencari sebuah kalung. baginya itu bukanlah kalung biasa, karna kalung itu menyimpan semua rahasia dari ibu kandungnya.

Remy memakai kalung itu. Dia tidak ingat kapan terkahir kali memakainya

[syarat terpenuhi]

[membuka file 77 : kematian]

Ekstra : Waktu dan HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang