duabelas

18 2 0
                                    

DUARR

"ANJING!!"

pagi menjelang siang dan chapter ini di buka dengan umpatan kasar pemuda tampan tampan lumayan.

"goblok,kalo gua punya riwayat penyakit jantung gimana!!"

"tinggal di kubur" ucap tia santai

"si anjing" umpat nya lagi.

siapa lagi klo bukan jeano orang yg pede narsis abiss.

"lagian kenapa si lo bengong mulu? utang yang mana yang lo pikirin?"

"ngutang ndas mu,ini gua lagi mikirin dimana si anne di sembunyiin sama si gavin sialan"

"oalah iya,kira kira lagi apa ya tu anak"

yang mendengar lantas langsung menengok menatap cewe disamping nya itu.

"lo sebagai teman nya bukanya khawatir"

"ini gua khawatir,lagi mikirin dia lagi apa"

"itu bukan khawatir jir,itu lo nanya bocah!"

"marah marah mulu,hamil ya?"

"ANJING TIA,GUA CEKEK LO"

"atuttt,kaburr"

"sialan,untung adek nya temen gua"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

berbeda dengan suasana dirumah reksa yang terasa sepi,ya walaupun memang dasarnya sepi hanya di huni 5 orang yaitu,bibi inah,Reksa,Anne, ayah dan mama nya,tetapi kini kedua orang tua Reksa sedang berada di luar kota sedang memperbaiki perusahaan nya.

sepi,semakin sepi karna hanya ada dua orang dirumah ini,dengan laki laki yang sedang menghisap nikotin.

dengan pikiran yang memikirkan jalan keluar dan mencari cara untuk menemukan sang adik.

"ARGHH!!"

"BRENGSEK"

"KALO GUA GA NANTANGIN, GUA GA BAKAL KEHILANGAN ADEK GUA!!"

prang
prang

suara pecahan bingkai foto dan kaca di kamar lelaki itu.

Tok
Tok
Tok

"den,buka pintunya den,aden kenapa!"ucap bibi inah yang khawatir.

Ceklek
[anggap aja suara pintu kebuka]

"astaghfirullah den,aden kenapa!!"

bi inah yang melihat kondisi reksa pun segera menghampiri dan segera mengecek keadaan nya.

"bi.." ucap reksa lirih.

"aden kenapa begini,cerita sama bibi"tanya bi inah dengan air mata yang bercucuran di pipi nya.

"duduk dulu ayo den,mau bibi buatkan minum dulu?" yang di tanya hanya menggelengkan kepala.

"aden..bibi ga pernah liat aden begini,kenapa den,ada apa?" masih dengan air mata yang bercucuran bi Inah masih menanyakan pertanyaan yang sama.

bi inah ga tega liat reksa yang keliatan lagi hancur segera memeluk nya. Reksa dan anne udah di anggap kaya anak sendiri sama bi inah,jadi reksa rasa bi inah udah kaya rumah ketiga nya.

kenapa ketiga?karna yang pertama rumah yang berbentuk bangunan,yang kedua mama nya,dan yang ketiga bi Inah.

reksa mulai terisak dan mulai menceritakan semua yang terjadi.


bi inah?dia udah banjir air mata.

"reksa bukan abang yang baik bi,reksa ga bisa jaga adek reksa. reksa salah,reksa ga becus jadi abang" ucap reksa dengan nada bergetar sambil nangis.

"aden udah jadi abang yang baik buat neng anne,aden cuma salah jalan,semua orang punya kesalahan den,aden nyesel sekarang juga percuma,semuanya udah terjadi. sekarang yang aden harus lakuin cuma nyari neng anne,cari sampai ketemu ya den?bibi bakal bilang ibu sama ba-"

"jangan bi,nanti reksa dimarahin dan dipisahin sama anne,reksa gamau" potong reksa sambil menangis.

bi Inah menatap sendu reksa yang ada di pelukan nya.

"yauda den,bibi gabakal bilang ke ibu sama ke bapak"

ntah harus berterima kasih dengan gaya seperti apa,reksa benar benar bersyukur memiliki peran ibu ke2 seperti bi Inah ini.




























maap kalo ga nyambung 😵😵☝️

SWEET STORY [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang