Jennie dan teman-temannya tiba di kampus jam 9 lewat 57 menit. Saat ini kampus mereka sedang mengadakan festival tahunan.
Disana sudah banyak yang berlalu lalang, banyak mahasiswa tidak sabar untuk festival itu dimulai.
Saat ini Jennie dan keempat temannya sedang berjalan menuju taman kampus itu yang kebetulan panggung besar berdiri disana.
Mereka duduk di kursi panjang dengan santai dan mengobrol ringan.
"Kalian harus tahu, putra bungsu dari keluarga Manoban'Bruschweiler akan berkuliah disini. Aku dengar, dia sangat tampan." Seru wanita yang diketahui bernama Niki.
Teman-temannya melihat ke arah Niki dengan geli, "Kau sangat terkemuka jika tentang hal-hal seperti itu." Jawab yang satunya lagi. Dia adalah Joy.
Seulgi dan Jisoo hanya menyimak obrolan teman gadis mereka. Sedangkan Jennie hanya diam tanpa tertarik sedikit pun dengan berita yang di sampaikan oleh Niki.
"Joy, kau tunggu saja sampai kau melihat orangnya. Pastikan mulutmu kering dari air liurmu. Takutnya menetes tanpa kau sadari. Dan Jennie, hari ini kenapa kau seperti mayat? Kaku tanpa suara?"
Teman-temannya yang lain juga ikut menatap Jennie. Mereka mengerutkan alis karena melihat wajah Jennie yang tanpa kehidupan. Kosong dan gelap.
"Dia tidak banyak bicara sepertimu Niki. Apakah waktu keluar dari rahim ibumu, mulutmu yang keluar terlebih dahulu? Kenapa cerewet skali." Sarkas salah satu pria di antara mereka yang bernama Jisoo.
"Pffttt…" Joy menahan tawa yang hampir keluar karena ucapan Jisoo. Sedangkan Niki hanya memutar bola matanya dengan malas.
Ketika mereka sedang asik melanjutkan obrolan, mereka mendengar suara bising seperti menyambut selebriti besar yang masuk ke kampus itu.
Kelima orang bersahabat itu melihat ke arah suara yang tidak terlalu jauh dari mereka.
Mereka mengerutkan alis karena yang mereka lihat hanya seorang pria yang tinggi, berbadan sedikit kekar dan memakai kacamata hitam di wajahnya.
Pria itu sedang berjalan menuju panggung yang berada disana.
"Omo, itu dia putra bungsu keluarga Manoban'Bruschweiler. Look, bukankah dia sangat tampan?" Seru Niki dengan heboh. Joy tidak mengalihkan pandangan dari objek yang sedang berjalan menuju panggung itu.
Sedangkan Jisoo dan Seulgi juga melakukan hal yang sama tapi tidak lama, "Kau terlalu berlebihan Niki. Dia memang tampan tapi aku juga tidak kalah darinya." Sarkas Seulgi.
Jisoo mengangguk menyetujui ucapan Seulgi, "Hm benar. Kenapa kalian para wanita tidak bisa melihat kami berdua? Aku semakin percaya jika mata kalian itu di penuhi kabut hitam."
"Dia sangat tampan. Bukan hanya tampan, dia sangat manis." Seru Joy tanpa mengalihkan pandangannya dari pria yang sudah mencapai panggung itu.
Apa kabar Jennie? Mata kucing yang indah nan tajam itu, tidak berkedip melihat pria yang dibicarakan oleh teman-temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GROWN-UPS (JENLISA)
Fantasy- Kau membawaku keluar dari kegelapan menuju terangmu.- Jennie. . . . - Kegelapan tidak bisa menghalangiku untuk melihatmu. - Lalisa. . . . . Story ke² setelah BEAUTIFUL LOVE.