EPISODE 5 🍒

3 0 0
                                    

...HAPPY READING....



"Cemen loh, kelamin doang batang tapi kelakuan kaya binatang"

"Lo gak usah ikut campur" teriak Adelia mendorong tubuh Enzi membuat Enzi mundur beberapa langkah kebelakang, untung tubuh Enzi di tahan oleh Shara kalau tidak mungkin tubuh Enzi sudah terjatuh menyentuh tanah.

Enzi membalas mendorong tubuh Adelia
" sekarang lo pergi, sebelum gue buat Lo pada terkapar di ranjang rumah sakit" tunjuk Enzi pada geng Adelia, bukan nya takut mereka malah tertawa seakan ancaman Enzi cuma gertakan semata.


Enzi memalingkan wajah kedua sahabatnya dan memberikan kode lewat tatapan mata. Mereka yang paham akan tatapan Enzi segera melaksanakan tugas dimana Raya akan membantu melepaskan ikatan Nadin dan Shara juga Enzi bakal memberantas semut kecil dihadapan mereka.


Bugh..

Bugh.

A

gh..

Krek..

Terjadi baku hantam, suasana semakin mencekam. Sepertinya dari mereka akan pulang dengan luka—entah di wajah atau tangan yang keseleo. Penampilan mereka kini berantakan, mirip pemulung jalanan, dengan baju compang-camping dan debu yang menempel di kulit mereka.

"Sekali lagi gue liat kalian gangguin anak ini, gue bakal buat kalian lebih menderita dari ini, atau mungkin bikin kalian berkumpul di neraka jahanam!" Enzi berteriak dengan suara penuh amarah, membantu memapah tubuh Nadin yang terlihat lemah, wajahnya pucat dan matanya setengah tertutup.

Geng Srek terkapar lemah di tanah, tubuh mereka dipenuhi luka, membuat penampilan mereka semakin mengerikan. Beberapa dari mereka terjatuh pingsan, sementara Adelia masih berjuang mempertahankan kesadarannya. Dengan tatapan tajam, ia menatap kepergian Enzi, penuh rasa dendam dan kebencian.

"Awas lo..." cicitnya, suaranya hampir tak terdengar sebelum ia pun terjatuh, menyusul sahabat-sahabatnya dalam kegelapan.

Ketegangan di udara semakin berat. Enzi menatap ke belakang, merasakan campuran antara kemenangan dan penyesalan. Dia tahu bahwa tindakannya ini tidak hanya meninggalkan luka fisik, tetapi juga bisa menyisakan bekas emosional yang dalam. Dalam hati, ia berharap kejadian ini bisa menjadi pelajaran bagi semua, meskipun ia sadar tidak semua orang akan melihatnya demikian.

Suasana di sekitar mereka penuh dengan keheningan yang mencekam, seolah dunia berhenti sejenak menyaksikan pertempuran ini. Angin berhembus pelan, seakan ingin menghapus jejak kekerasan yang baru saja terjadi.

Ruang UKS


Raya sedang fokus membersihkan luka teman-temannya. "Raya, pelan-pelan, cok! Ini sakit banget!" teriak Shara, suaranya penuh keluhan. Raya tampak santai, terus melanjutkan tugasnya.

"Diem! Dari tadi lo teriak terus. ga capek apa? Enzi aja bisa tenang saat diobatin. Sedangkan Lo udah kayak orang diperkosa," balas Raya, sedikit kesal sambil menekan kapas pada sudut bibir Shara.

"Heh! Lo nggak tahu aja rasanya" kesel Shara melepas tatapan tajam pada Raya.

Enzi berbaring, memejamkan mata sambil menunggu Nadin yang masih pingsan.

“Aww... sakit,” Nadin merintih, membuka matanya perlahan saat ia mulai sadar.

Setelah sadar dari pingsan, Nadin merasakan campuran emosi yang sangat kuat. Awalnya, dia merasa bingung dan tidak tahu di mana dirinya berada. Saat kesadaran kembali perlahan, rasa sakit di kepalanya menyentak ingatannya akan kejadian yang mengerikan. Ketakutan dan kecemasan membanjiri pikirannya, membuatnya sulit untuk bernafas.

Dibawah Gerimis RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang