Aku yang tengah lupa, jika nyatanya harus sejauh ini untuk membangun diri agar tidak kembali terluka.
Begitu terlena akan delusi yang sejenak mendekap namun lalu mencekik.
Pahit harus terus berulang,
Seakan perlahan membunuh afeksi yang ada.
Nafas yang tersengal-sengal kala pekik tiada terhirau.
Serta lidah yang kelu tuk terus terisak.
Hati mana yang bisa kembali dirangkai? Jika rekahannya saja tiada bersisa.