•
•
•
•
••
•
•
•
•[Tandai typo]
🦋🦋🦋
Pak Amir berjalan tergesa-gesa sambil berkacak pinggang. Matanya menatap penuh amarah ke arah sosok murid yang sedang duduk santai sambil makan di bawah Tiang Bendera.
"Siapa yang ngasih ijin kamu makan, Enzai..!." Cowok dengan nametag Muzicheng itu menghentikan acara makannya lalu mendongak demi melihat Pak Amir yang berdiri tepat di hadapannya.
"Kena "
"MU ZICHENG...!" enzai terjengkit kaget lantaran Pak Amir membentaknya cukup keras. Hingga kotak makan berwarna pink berbentuk Sapi itu melayang di udara dan semua isinya berjatuhan layaknya hujan.
"Bisa-bisanya kamu makan dengan sangat santai. Setelah merobohkan sepeda motor para murid yang sudah terparkir rapi!" Omelnya dengan napas memburu sampai wajahnya memerah.
Jika tanduk Pak Amir sudah keluar maka keringat dingin pun menyerang enzai. Sekuat tenaga enzai berusaha untuk sesantai mungkin walaupun jantungnya sudah berdetak tidak karuan.
"Pak, setiap masalah itu harus di hadapi dengan santai biar ada solusinya." Jawabnya tanpa beban, bahkan enzai tersenyum manis. Keempat sahabat enzai yang berdiri tak jauh darinya dengan nametag Razka Yudhistira Emilio, Kenzie Alvaro Devanka, Dirga Grahana Abhiseva, dan Juna Alfarizi Giandra pun menoleh ke arah enzai dengan tatapan tajam.
Pak Amir mengusap wajahnya kasar. Sebagai guru BK yang selalu menangani kasus enzai dari kelas X sampai kelas XII la benar-benar di buat pusing tujuh keliling. Hampir setiap hari enzai erbuat ulah dan ulahnya itu benar-benar menguras otak, kesabaran, dan tenaganya yang tidak lagi muda.
"Sebenernya apa tujuan kamu dan teman-teman kamu itu merobohkan kendaraan murid-murid yang sudah di susun rapi?" tanya Pak Amir. Matanya menatap tajam enzai dan keempat murid yang sedari tadi diam sambil hormat menghadap Tiang Bendera.
"Gabut Pak." Jawab enzai terlalu santai. Sedangkan keempat sahabatnya memilih diam sambil menjalankan hukuman.
Rasanya Pak Amir ingin mencak-mencak di tengah lapangan dan berteriak kencang karena sudah bosan mengurus kasus enzai. Selama ini jawaban enzai selalu sama jika ditanya alasannya membuat ulah. Pasti jawabannya karena gabut.
"Astaghfirullah hal'adzim," ucap Pak Amir sembari mengelus dada.
Kening enzai mengerut. "Bapak kenapa?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.
Pak Amir menghembuskan nafasnya kasar. Berada di dekat enzai benar-benar menguji kesabarannya dan juga jantungnya.
"Udah nggak usah banyak tanya. Sekarang kamu sama teman-teman kamu itu ke kelas sana!" Senyuman manis enzai terbit mendengar ucapan Pak Amir barusan.