DR • 08

1 0 0
                                    

Happy reading





[Tandai typo]

🦋🦋🦋

Cipa berlari terbirit-birit sepanjang koridor tanpa menoleh ataupun menjawab sapaan orang-orang yang menegurnya. Gadis bertubuh mungil serta berwajah imut itu melesat dengan sangat cepat menuju ke toilet.

Keadaannya sekarang sudah sangat genting karena sedari jam pelajaran pertama dimulai la sudah menahan panggilan alam sampai bel istirahat berbunyi. Karena sudah di ujung, maka dari itu Cipa meninggalkan sahabat-sahabatnya.

"Astaga, nggak tahan lagi gue, "gumam Cipa mempercepat langkah kakinya demi sampai tepat waktu sebelum hal yang tidak diinginkan keluar begitu saja.

Cipa berbelok ke lorong dimana toilet disediakan. Karena tidak tahan dan buru-buru, gadis itu sampai tidak melihat kalau di depannya ada orang.

Bruk!

Benturan tubuh antara dua anak manusia tidak terelakkan, yang satunya buru-buru dan satunya lagi tidak fokus ke jalan, maka terjadilah tubrukan itu.

"ADUH! GARA-GARA LO GU-" Cipa tidak bisa melanjutkan kemarahannya saat menyadari posisi jatuhnya. Raut wajahnya yang merah padam karena marah seketika jadi pucat pasi.

Bagaimana tidak gadis itu pucat kalau yang tadi bertubrukan dengannya itu gebetannya sendiri. Seketika jantung Cipa berdetak tidak normal seperti biasa, nafasnya tersendat-sendat, dan keringat dingin mulai membanjiri pelipisnya.

"Astaga! Gue nabrak Razka. Mampus pasti kena semprot mulut pedesnya!" Cipa makin meringis kala menyadari posisinya yang jatuh tepat berada di atas tubuh Razka. Ingin bergerak tapi kakinya tiba-tiba jadi loyo melebihi jelly.

Razka menatap tajam Cipa yang masih betah di atas tubuhnya, harusnya gadis itu segera menjauh tapi malah diam. Disaat-saat seperti Ini, tiba-tiba saja geng Razka keluar dari toilet. "Ngapain kalian main tindihan gitu?!" tanya Juna ngegas melihat pemandangan yang sangat membagongkan di depan toilet. Cowok itu langsung menghampiri dua remaja yang masih terdiam.

Cipa yang sudah mendapatkan kekuatannya kembali segera menyingkir dari tubuh Razka. Dengan cepat gadis itu berdiri sembari merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan akibat jatuh tadi.

Sedangkan Razka berdecak kesal, lalu beridiri dengan wajah datarnya. Cowok itu menepuk-nepuk celana abu-abunya yang sedikit kotor.

"Kalian ngapain main tindihan disini? Untung aja kita kita yang lihat, coba yang lain bisa heboh nih sekolah!" cerccos Dirga yang berdiri

tepat di tengah-tengah enzai dan Kenzie. "Tanya aja sama tuh anak! Ngapain dia nabrak gue!" sentak Razka dengan tatapan tajamnya

membuat nyali Cipa menciut. Gadis itu reflek menundukkan kepalanya takut.Mata Cipa memanas bahkan sekujur tubuhnya jadi dingin, dia akui memang salahnya karena lari-larian dan tidak fokus. "Maaf, " cicitnya menahan tangis.

Sekuat tenaga Cipa menahan air matanya untuk tidak terjun bebas, tapi sialnya suaranya yang serak serta bergetar itu tidak bisa disembunyikan. Gadis itu ingin pergi ke toilet tapi tidak mampu menggerakkan kakinya lagi kala merasakan atmosfer yang sangat menegangkan serta menyeramkan akibat kehadiran Razka serta tadi baru saja ia mencari gara-gara dengan cowok itu.

"Aduh jangan sampe tuh anak nangis, bisa-bisa pengawalnya ngamuk!" desis Kenzie.

"Bener juga, bisa kena tendang kita kalau sampe dia nangis," balas enzai lirih. Cowok itu sudah membayangkan bagaimana Zea, Raya, dan Nayla yang akan mengamuk.

𝗘𝗡𝗭𝗔𝗜Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang