24. CRUSH RUSH HUSH

19.6K 1.5K 20
                                        

Tiba-tiba 3k, double up ga nih?

***

Demi kerang Neptunus, Danisa sebal setengah mati ketika Samudera dengan penuh kejutannya menelepon pagi tadi. Awalnya, Danisa ingin mengabaikan lelaki itu dan kembali tidur, tetapi tak lama, suara berisik dari ruang tengah membuat Danisa mendesis. Kakaknya kembali membawa kompeninya dan suara tawa itu tak akan berhenti mengganggu tidur Danisa. Jadi, Danisa memutuskan untuk mandi dan bangun saja sekalian.

Tepat ketika ia selesai mempersiapkan diri, suara ketukan pintu berlanjut dengan suara lembut ibunya membuat Danisa sadar, Samudera sudah datang. Gadis itu buru-buru mengambil tas lalu membuka pintu.

"Teman kamu udah nungguin di luar. Dia pacar kamu?" tanya si ibu tanpa basa-basi.

Danisa meringis. "Nggak juga."

Si ibu mendesis kecil. "Kamu jarang didatangi teman. Sekalinya ada yang datang, ngagetin."

"Hum?"

"Dia Samudera, kan? Teman seangkatan kakakmu? Anak ketua yayasan?"

Danisa nyengir kuda mendengar ibunya yang langsung tahu siapa lelaki yang datang itu. "Kok tahu?"

"Gosip ibu-ibu. Lagian, siapa yang nggak tahu kalau sudah menyangkut anak ketua yayasan? Banyak ibu-ibu lain ingin anaknya dekat dengan Samudera, baik itu jadi sahabat karib atau pacar."

"Tukang jual anak," sinis Danisa cepat yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari ibunya.

"Tapi, kenapa dia sekarang? Katanya sekolah di Amerika? kok balik ke Indonesia terus kakinya pakai tongkat?"

Danisa mengangkat bahu. "Dia cuma bilang kecelakaan, aku juga baru kenal dia sebentar, jadi, belum berani tanya-tanya." Ia mengintip ke arah raung tengah. "Aku keluar dulu, Ma. Nanti nggak enak ditungguin lama-lama."

Danisa buru-buru keluar ke ruang tengah. Matanya bertumbuk dengan Samudera namun ketika menengok, ia bisa melihat teman-teman Daniel yang sedang berkumpul. Termasuk, Kiano di sana.

"There you are, Babe."

Danisa berencana protes, tetapi, melihat teman kakak-kakaknya berada di sana, termasuk Kiano, ia akhirnya tersenyum lebar. "Hai, sorry, gue lama, nggak?"

Samudera menggeleng. Ia merangkul Danisa lalu membawa gadis itu pergi. Sialnya, ketika Danisa bertanya ke mana Samudera akan membawanya, Samudera tak tahu.

"Yang jelas, bisa handicapped friendly, Sa." Samudera terkekeh. "Gue tadi kepikiran banyak hal, terus baru sadar, gue-nya yang nggak bisa ngelakuin itu."

Suara bernada lemah dari Samudera membuat Danisa tercekat. "Sam..."

"Jangan pakai nada kasihan gitu, dong!" Samudera tertawa. "Gue nggak mau dikasihanin. Mending lo sekarang tentuin, mau ke mana, oke?"

Danisa diam. Ia mengulum bibir. Ia tak punya ide kencan. Sebenarnya, bukan tidak punya. Danisa punya sebuah daftar tempat dan aktivitas untuk berkencan yang ia impikan. Tetapi, daftar itu... semua untuk Kiano.

Ah, Kiano lagi.

"Sa, jadi ke mana?"

Danisa hening. Ia membuang jauh-jauh Kiano dari dalam kepalanya. Berusaha melupakan lelaki itu. Persetan dengan Kiano! Rencana kencan itu boleh dilakukan dengan siapa saja, kan?

"Lo... suka ngelukis?" tanya Danisa ragu.

Dari sudut mata Danisa, ia melihat Samudera mengangkat alis. "Ngelukis?"

Danisa terkekeh kecil. "Wine and paint? Gimana?"

"Maksudnya, melukis sambil minum wine?"

PERFREAKTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang