Perpisahan seperti senja, namun berbeda.
Senja datang membawa senyuman,
Perpisahan datang membawa air mata.
Senja akan selalu diingat,
Perpisahan dipaksa untuk segera dilupakan.
Dan aku berada diposisi "perpisahan"...'Altair Aquila', seseorang seperti bintang yang memiliki pribadi baik. Aku tersenyum. Foto seorang bayi kecil terselip di dalam sebuah album keluarga. Lelaki dewasa yang berada di dalam satu angle foto tersebut, menggendong dan mendekapnya dengan erat sembari tersenyum lebar. Tak terasa pipiku telah basah. Aku menangis menatap selembar foto itu.
Andai dunia magic itu benar adanya, aku hanya ingin meminta waktu supaya terputar kembali sebelum tahun 2008.
Aku menyeka air mataku. Ku tutup album keluarga itu dan meletakkan kembali pada rak lemari. Langkahku terasa berat, seluruh tubuhku tiba-tiba terasa lemas. Aku kembali terduduk dalam diam, menatap udara kosong didepanku.
****2005
Suasana pasar hari ini cukup ramai. Banyak orang berlalu lalang dengan cepat seakan mengejar waktu, padahal waktu berjalan lambat hari ini. Siang semakin panas, keringat mengucur deras pada pelipisku.
"Ayah, ibu.. Altair haus"
"Kamu mau minta Ayah belikan minum apa, Air?"
"Es krim!"Pria dewasa itu sontak tertawa kecil.
"Es krim bukan minuman, sayang"
Tangannya mengelus lembut puncak kepalaku. Bibirku mengerucut ke depan, aku merajuk. Pria itu kembali tertawa.
"Baiklah, Ayah belikan es krim untukmu"
****2006
"Hadiah ulang tahun untukmu, Tuan Putri"
"Apa ini, Ayah?"
"Buku cerita para nabi, wajib dibaca. Oke?"Aku memandangi buku bersampul ungu muda itu dengan saksama. Mencoba membaca perkata pada judul buku tersebut.
"Kisah-kisah Pilihan untuk Anak Muslim seri 4"
Pria dewasa itu tersenyum hangat. Tampak dari senyumannya sudah sangat jelas, jika dia ingin putri semata wayangnya bisa menjadi seseorang yang berguna suatu hari nanti.
"Kalau kamu bisa membaca selesai buku ini, Ayah janji akan mengajakmu jalan-jalan nanti. Bagaimana?"
Manik cokelat kelamku menatapnya cukup lama. Tak ada kebohongan sedikitpun terlihat pada manik berwarna sama denganku itu. Aku mengangguk sebagai balasan dari penawarannya itu.
****"Altair"
"Ya, bu!"Aku tersadar dari lamunanku. Dengan segera kubereskan film-film foto yang belum sempat dicetak oleh si empunya-nya dulu. Kemudian aku bergegas berlari menuju kamar mandi guna membasuh muka sembabku.
"Ya, bu.. Altair turun kebawah sekarang"
Sedikit berteriak supaya ibu mendengar suaraku. Langkahku terayun menuruni tiap anak tangga.
"Pagi, bu. Hari ini menu sarapannya apa nih?"
"Oseng kangkung sama tempe goreng"Mataku langsung berbinar senang melihat tempe yang digoreng super kering oleh ibuku.
"Sambalnya ada di mangkuk kecil itu"
Aku tersenyum hangat sembari menganggukkan kepala menanggapi ucapan wanita paruh baya itu. Dengan suasana hening, kami menghabiskan makanan di piring masing-masing.
****HAI!!! Altair here🙌🏼 Ada yang rindu aku? Aku memutuskan untuk mengganti nama penaku menjadi "Altair Aquilan". Karna menurutku Altair lebih bagus aja, hehehe... Oiya, untuk memperkenalkan nama pena baruku, aku juga berpikir untuk menulis cerita baru juga. Jeng jeng jenggg!!! Ini dia, "ALTAIR AQUILA" adalah cerita baruku. Kok sama dengan nama penaku? Ya karna ada satu kisah hidupku yang ingin aku perkenalkan dan ceritain ke kalian, biar kita bisa semakin dekat, hehehe🥰❤️
Salam Hangat,
Altair Aquilan ☻︎
KAMU SEDANG MEMBACA
ALTAIR AQUILA
Teen Fiction"Are you serious?" "Seratus persen serius" Altair menatap mata seseorang di hadapannya begitu dalam. Mencoba mencari celah kebohongan di dalam mata itu. Tetapi sedikit pun tak terlihat. Serangan keraguan mulai menyelimuti dirinya. (Altair Aquilan...