STAR🌟

8 1 0
                                    

"Kamu tahu tidak, barang apa yang paling aku sukai?"
"Kamera. Kenapa? Karena dengan kamera, aku bisa mengabadikan momen bersamamu melalui foto yang sudah tercetak.
Akan selalu bersamaku, sampai masa foto itu tiba♥︎ (rusak)..."

Suara pintu terbuka, berderit. Seseorang melangkahkan kakinya memasuki sebuah ruangan dengan pencahayaan minim. Tas ransel yang ia gendong, ia letakkan pada sembarang tempat.

Sebuah kamera analog, tampak terpajang manis pada rak bukunya. Sudah lama sekali dirinya tidak menggunakan kamera itu. Kemudian, dengan keinginan yang kuat, ia meraih kamera tersebut. Dibawanya menuju ke sebuah kursi yang menghadap langsung pada pemandangan indah bintang buatan manusia perkotaan.

Jemarinya membidik sekali pada pemandangan dibalik jendela itu.

"Aku memutuskan untuk mendalami dunia fotografi"

Sekelebat ingatan tentang masa lalu, lewat begitu saja di dalam nalarnya. Raut sendu langsung menghiasi wajahnya. Ia memegang erat kamera tersebut. Banyak kenangan yang tersimpan pada benda mati itu.

"Kamu suka aku dengan gaya dua jari atau jempol atau hanya pose biasa saja seperti foto KTP?"

Tawa kecil lolos pada bibirnya. Lelaki itu menatap kosong udara didepannya. Senyuman samar terlukis.

"Kau selalu cantik dengan gaya foto apapun"

Ia bergumam pelan pada udara kosong. Kilas balik tentang gadis itu, terputar kembali seperti kaset rusak di dalam pikirannya. Senyum dan tawa gadis itu, tercetak jelas dalam ingatannya. Begitu manis, begitu memikat hatinya. Hingga membuat pandangannya kepada gadis-gadis di luar sana menjadi berbeda, tidak sama seperti kepada gadis itu.

"Andai kau masih bersamaku, mungkinkah sekarang kita sudah menikah?"
"Haha.. maybe bukan?"

Kembali ia bergumam sendiri. Ia memutuskan untuk meletakkan kembali kamera analog itu pada rak buku.

Bintang; lelaki dengan balutan kaos putih oblong merebahkan tubuhnya pada kasur kebesarannya. Ia memutuskan untuk menenangkan kembali isi kepala dan kegundahan pada hatinya saat ini.
****

Sebuah buku berada pada pangkuanku. Terlihat sedikit lusuh dengan noda kuning yang menghiasi di setiap halamannya. Serta penuh dengan coretan tulisan yang sedikit sulit untuk kubaca. Tertera tanggal, bulan, dan tahun pembuatan perlembar pada tulisan tersebut.

14 Februari 2016
Teruntuk Damar Prassetia,

Hari ini adalah hari valentain, selamat hari cokelat untuk seseorang semanis cokelat

Ada cokelat spesial buat kamu. Sengaja aku taruh dilaci meja kamu. Semoga kamu suka ya..

Oiya, pst.. kubeli cokelatnya pakai uang tabungan dari uang saku ku lho, hehehe...

Selamat menikmati cokelat manisnya

Tertanda,
Altair Aquila

Ternyata buku surat. Aku tersenyum kecil. Buku ini berisi tulisan tentang perasaanku kepada lelaki itu ternyata. Sudah lama sekali aku tidak membuka dan membacanya. Masih ada sisa halaman kosong pada buku itu.

13 September 2023,
Salam hangat untukmu.

Hai, apa kabar? Kuharap kabarmu selalu baik dan selalu sehat di luar sana. Aamiin..

Bagaimana kuliahmu? Lancar? Aku dengar kau melanjutkan kuliah di perkuliahan teknik. Sesuai passion kamu banget ya, hehehe...

Aku hanya ingin memberi tahu, perasaan ini masih sama seperti dimasa SMP dulu.

ALTAIR AQUILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang