DAMAR

17 1 0
                                    

Sunset memang indah,
tapi lebih indah lagi senja
Sang rembulan memang cantik,
tapi lebih cantik lagi bintang

Seorang lelaki dengan jaket jeans birunya, tampak melangkah menyusuri sebuah ruangan dengan dinding penuh beraneka jenis lukisan. Tas ransel ia sampirkan pada bahu kirinya.

"Permisi, dengan mas Damar?"

Lelaki itu mengangguk sembari tersenyum hangat kepada seseorang yang menyambutnya. Lantas seseorang itu membalas dengan anggukan pula. Ia melangkah mendahului Damar. Menunjukkan letak sebuah ruangan yang hendak di pakai oleh Damar nantinya.

Pada dinding putih di setiap ruangan, tertempel sebuah bingkai yang terhias lukisan-lukisan yang menarik minatnya. Di setiap lukisan itu terdapat sebuah pesan-pesan tersirat. Langkahnya terhenti pada sebuah lukisan dengan corak monokrom. Terlukis seorang perempuan berambut panjang membelakanginya. Seorang perempuan itu menengadahkan kepalanya ke angkasa lepas dengan beberapa bintang disana. Tampak lukisan itu menggambarkan suatu tempat; entah taman atau sebuah sabana kecil dengan suasana gelap gulita. Hanya setitik cahaya temaram yang terpancar dari taburan bintang di angkasa luas itu. Damar mencoba memahami pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh pelukisnya. Namun, tetap saja ia tak bisa menangkap pesan tersebut. Disamping bingkai lukisan itu, hanya tertulis sebuah nama sang pelukisnya tanpa menyertakan pesan dari lukisan tersebut.

 Disamping bingkai lukisan itu, hanya tertulis sebuah nama sang pelukisnya tanpa menyertakan pesan dari lukisan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cekrek! Cekrek!

Sebuah suara kamera membuat lelaki itu terusik sedikit. Ia mencari sumber dari suara tersebut. Seorang fotografer wanita berdiri tepat di seberangnya, dengan posisi tubuh membelakanginya. Damar terdiam sejenak. Postur tubuh fotografer itu seperti tidak asing baginya. Terlihat familiar sekali. Ia mencoba melangkah mendekati gadis itu, namun belum sempat langkahnya sampai pada tempat gadis itu berada, seseorang menepuk bahunya pelan.

"Mas Damar saya cari kemana, ternyata berhenti disini. Mari, tempatnya ada di sebelah sana, mas"

Damar kembali tersenyum kepada pegawai galeri itu. Ia menurut saja mengikuti kembali langkah dari pegawai itu. Nalarnya masih mencoba menerka-nerka siapa fotografer itu.

"Permisi, mbak. Boleh saya bertanya?"

Damar mencoba mensejajarkan langkahnya dengan gadis pegawai itu. Seseorang tersebut menolehkan kepalanya sedikit ke arah Damar.

"Boleh. Mau tanya apa?"
"Kalau saya boleh tahu, fotografer wanita tadi siapa ya, mbak? Lebih tepatnya, siapa namanya?"

Langkah pegawai itu terhenti sejenak. Tampak dia sedang mencoba mengingat sesuatu.

"Kalau gak salah, nama panggilannya Quila"

Damar menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mempersilakan seseorang itu untuk melanjutkan langkahnya.
****

Seorang lelaki dengan style kaos oblong putih dipadukan celana hitam, tampak sedang keluar dari mobil jeep birunya. Ia melangkah memasuki sebuah pekarangan rumah bercat merah maroon.

ALTAIR AQUILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang