KAMU #2

14 1 0
                                    

Dunia memiliki berbagai warna,
Warna merah berarti berani atau luka,
Warna kuning persahabatan atau kebahagiaan,
Warna putih kesucian atau kepolosan,
Warna merah jambu berarti cinta
atau kasih sayang,
Dan warnaku adalah abstrak...

Sebuah lukisan baru tercipta berkat tangannya. Ruangan yang tidak terlalu besar itu, penuh dengan warna-warna yang tertempel pada dinding dan lantainya. Seorang lelaki tengah sibuk menuangkan segala isi pikirannya pada sebuah kanvas putih. Warna-warna yang tertuang pada paletnya, saling beradu menjadi satu pada permukaan kanvas tersebut. Menjadi sebuah kesatuan yang memiliki arti tertentu. Hitam dan putih, serta merah yang beradu dengan kuning.

"Raka"

Seseorang melangkah pelan mendekatinya. Ada sedikit keraguan yang merayapi diri seseorang itu. Dengan pelan, seseorang itu menepuk bahunya.

"Jangan ganggu aku. Tinggalkan aku sendiri, Yura"
"Tapi..."

Yura, gadis bermata sipit itu tampak sedikit memundurkan langkahnya.

"Baiklah jika itu maumu. Tapi mama menunggu kamu di ruang makan. Dia sangat ingin menemuimu, Raka"

Gadis itu berlalu meninggalkan Raka seorang diri. Jemarinya berhenti menggoreskan kuas pada kanvas tersebut. Ia meletakkan palet warnanya pada meja kecil di sebelah tempat duduknya. Manik hitam kelamnya menatap hasil lukisan yang ia ciptakan itu. Gambar seorang lelaki dengan warna monokrom yang terduduk pada ruang hampa, cahaya kuning hanya menerangi sebagian pada diri lelaki itu, sedangkan pada kaki serta beberapa pada tubuhnya terlukis warna merah seperti bercak.

Senyuman samar terbit pada bibir Raka. Ia beranjak dari duduknya dan meninggalkan lukisan itu seorang diri. Lukisan itu memiliki arti tersirat dari seorang Rakaditya Adi Surya.
****

"I don't like her! Please mom, don't talk about her anymore"

Sambungan telepon ia putuskan secara sepihak. Lelaki itu membanting handphone-nya ke atas tempat tidur. Dia mengacak kasar rambutnya. Rasa kesal bercampur frustasi menghampiri dirinya. Zaman telah berganti menjadi modern, namun kenapa wanita paruh baya itu masih saja memaksa untuk menjodohkannya. Bahkan dengan gadis yang sama sekali tidak di kenali olehnya.

Malam semakin jatuh pada palung kegelapan. Penghuni angkasa pada malam hari mulai bermunculan. Sang rembulan tampil perkasa menggantikan sang surya. Cahayanya yang temaram mampu menyinari celah-celah pada bumi tersempit sekalipun.

Hai bintang, dapatkah kau mendengarku? Aku merindukanmu. Bahkan kata rindu saja sudah tak mampu lagi menggambarkan bagaimana perasaanku saat ini. How are you today? I hope you are always happy and healthy.

Manik cokelat kelamnya menerawang jauh pada angkasa. Ada sendu yang menyelimuti tatapan mata itu. Ia terduduk di atas lantai yang dingin. Mendekap kedua kakinya rapat pada dadanya.
****

Suasana pagi hari ini begitu riuh. Banyak lukisan-lukisan yang tertempel pada tiap dinding bernuansa putih itu. Seorang gadis dengan kamera yang terkalung pada lehernya, tampak sibuk mengarahkan beberapa orang untuk meletakkan sisa-sisa lukisan pada sebuah meja di ujung ruangan.

"Quila, harus kita apakan sisa lukisan ini?"
"Letakkan pada meja disana. Tolong posisikan lukisan itu seperti layaknya bingkai foto yang berdiri"

Beberapa orang itu menganggukkan kepalanya paham. Aku; gadis yang berkalung kamera itu, terserang sakit kepala karena deadline pengambilan gambar sebuah studio lukisan baru yang akan dilakukan dalam beberapa menit lagi.

"Teman-teman, lebih cepat sedikit lagi. Waktunya gak banyak"

Aku merasa resah dan gelisah, bisakah tepat pada waktunya untuk pengambilan gambar ini. Aku takut jika klien marah, setelah mengetahui cara kerjaku yang terbilang lamban ini.

15:30 PM

Seseorang menepuk bahuku pelan. Aku memalingkan wajahku ke arahnya.

"Sudah waktunya"

Aku menghela napas panjang, kemudian menganggukkan kepala.

"Baiklah teman-teman! Kalian boleh istirahat sekarang, terima kasih atas bantuannya"

Aku membungkukkan badanku ke arah beberapa orang yang telah membantuku memasang semua lukisan pada tempatnya masing-masing tersebut. Dan mereka pun juga balik membungkukkan badannya kepadaku. Lega rasanya semuanya beres tepat waktu. Kupersiapkan kamera yang terkalung pada leherku. Aku memilih posisi yang bisa mengambil gambar hampir keseluruhan pada sudut ruangan tersebut. Pembukaan galeri pun dimulai.

Seorang lelaki dengan setelan kemeja putih dan jas berwarna hitamnya, mulai memasuki studio galeri. Wajahnya yang tampan dengan hidung mancung dan kulit putih; dia sangat memukau. Aku hampir melupakan dunia yang kupijaki saat ini. Seperti terjerat oleh sihir dari dunia fairy tale.

"Quila!""Ah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Quila!"
"Ah.. iya, saya!"

Sontak beberapa pasang mata semua mengarah kepadaku. Aku yang seperti seorang maling tertangkap basah, hanya bisa memandangi beberapa pasang mata itu dengan tatapan polosku.

"Kau ini kenapa?"

Seorang gadis yang berada tepat disampingku, berbisik pelan pada telingaku. Aku dibuatnya tergagap. Dengan cepat ku arahkan kamera pada sebuah lukisan yang menggambarkan pemandangan hijau yang begitu asri; kubidik lukisan itu. Aku malu. Sangat malu.

Suara kekehan kecil, lolos dari bibir seseorang. Kamera itu kuturunkan dari penglihatan sebelah mataku. Seorang lelaki menatapku dengan tatapan yang penuh arti di dalamnya. Senyuman tipis terlukis pada bibirnya. Ia tersenyum. Lelaki dengan setelan kemeja putih dan jas hitam itu, tersenyum padaku. Aku kembali goyah. Sialan, senyuman tipisnya seperti ranjau yang ia tanam untuk menjebakku dalam pesonanya.
****

"Raka"

Seorang gadis dengan dress putih selututnya, melangkah mendekati seorang lelaki yang membelakanginya.

"Sudah waktunya berangkat"

Lelaki itu menganggukkan kepala. Dia berlalu begitu saja tanpa melihat keberadaan gadis itu. Raut sedih tergambar pada mimik wajah gadis itu. Hatinya terasa sakit. Sejak saat itu, Raka menjadi dingin kepadanya. Salahkah bila ia meminta waktu untuk diputar kembali. Dia lelah menjalani kehidupannya yang saat ini.
****



Altair disini!!! Sudah seminggu berlalu yaaa... gak sabar ketemu kalian, hehehe...🤭
Hari ini ku spill salah satu foto yang akan jadi calon visual di dalam ceritaku ini!!! Bagaimana, bagaimana?? Kalian ada yang kenal sama doi tidak? Hehehe🤭❤️❤️ Baiklah, selamat berkhayal-khayal riaaa, Love You olll❤️❤️🥰

Salam Hangat,
Altair Aquilan ☻︎

ALTAIR AQUILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang