11. Home

1.7K 193 11
                                    

Jeongwoo menikmati makan malamnya dengan tenang begitupun dengan haruto, tidak ada suara selain suara yang berasal dari peralatan makan yang beradu. Haruto tidak suka berbicara saat sedang makan, sedangkan jeongwoo merasa sedikit canggung duduk berdua dengan haruto di meja makan besar yang bisa menampung belasan orang ini.

Selesai makan malam, haruto menyuruh jeongwoo untuk kembali ke kamar miliknya. Sedangkan haruto sendiri bergegas pergi karna ada sesuatu yang katanya harus di selesaikan terlebih dahulu. Dan disinilah jeongwoo, berdiri bersandar pada pagar balkon kamar haruto, menikmati angin malam yang menyejukan.

Jeongwoo memperhatikan sekitar, dapat dilihat dibawah sana ada sebuah taman dengan kursi, ayunan dan bunga-bunga yang sepertinya cantik. Jeongwoo tidak bisa melihatnya begitu jelas karna lampu penerangannya pun tidak begitu baik.

"Sedang apa?" Tanya haruto. Terlihat tubuh jeongwoo terperanjat karna kaget, pasalnya jeongwoo sedang melamun dan tidak mendengar suara haruto saat memasuki kamar.

"Tidak ada" jawab jeongwoo pelan.

"Masuk, angin malam tidak baik bagi tubuh" ucap haruto lembut dengan suara bartionnya yang langsung dituruti oleh jeongwoo. Memang jeongwoo sudah merasakan kedinginan dari tadi, tapi dia enggan beranjak dari sana. Memandang langit malam dengan bulan dan taburan bintang cukup menenangkan hati jeongwoo yang sangat kalut beberapa hari terakhir.

🦋🐺🦋🐺🦋

Matahari mulai menampakan dirinya, diikuti oleh suara kicauan burung. Jeongwoo mulai merasa terganggu dengan adanya tangan besar yang melingkar pada pinggang ramping miliknya. Mencoba menyingkirkan tangan tersebut tapi hasilnya nihil, malah pria di belakangnya ini semakin erat memeluknya.

Ya itu tangan milik haruto, jeongwoo ingat semalam dia sempat berdebat dengan haruto karna tidak mau tidur di tempat yang sama. Jeongwoo memaksa untuk tidur di kamar lain atau sofa, tapi yang ada malah memancing amarah haruto. Haruto mengancam apabila jeongwoo tidak menurut maka jeongwoo tidak akan bertemu lagi dengan keluarganya, tentu saja jeongwoo tidak mau. Untuk apa jeongwoo mengikuti haruto kalau bukan untuk bertemu dengan ibu dan keluarganya.

Sebenarnya jeongwoo tidur memunggungi haruto dengan sebuah bantal yang di letakan di tengah untuk menjadi batas, namun yang terjadi ketika jeongwoo bangun adalah haruto yang tidur memeluknya.

"Awas! aku mau bangun" ucap jeongwoo ketus sembari terus berusaha menyingkirkan tangan haruto.

"Diem!" Ucap haruto dengan suara serak khas bangun tidurnya. Haruto makin merapatkan tubuhnya dengan jeongwoo, membuat jeongwoo makin tidak nyaman.

"Bisa minggir sebentar ngga?! aku pengen pipis" ucap jeongwoo yang mana tidak didengar sama sekali oleh haruto, haruto tau itu pasti akal-akalan jeongwoo saja. Jeongwoo kan seperti itu, selalu punya cara agar menjauh dari haruto.

Tok tok

Suara ketukan pintu terdengar diikuti oleh panggilan yang ditujukan untuk haruto, mendengar itu membuat haruto kesal. Mau tak mau akhirnya haruto melepaskan jeongwoonya dan berjalan menuju pintu kamar untuk melihat siapa yang menganggu dipagi hari seperti ini dan ternyata itu adalah jihoon, salah satu orang kepercayaannya.

Jihoon membisikan beberapa informasi yang dapat merubah ekspresi kesal haruto menjadi senyuman, lebih tepatnya mungkin smirk. Setelah selesai dengan informasi yang harus disampaikan pada bossnya, jihoon berpamitan pergi dan tentunya meminta maaf karna telah menggangu kegiatan paginya dengan jeongwoo.

Dimana jeongwoonya? Itulah yang dipikirkan haruto saat dia berbalik dan tidak menemukan jeongwoo ditempat tidurnya. Jeongwoonya menghilang lagi padahal hanya haruto tinggal sebentar untuk mengobrol dengan jihoon. Selang beberapa detik, jeongwoo muncul dari pintu kamar mandi, kan sudah jeongwoo bilang bahwa dia ingin pipis tapi tidak di dengar oleh haruto, jadi saat haruto bangkit dan mengobrol, maka jeongwoo langsung berlari menuju kamar mandi.

The Red ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang