Happy reading
Harusnya lima menit lagi bel istirahat berbunyi, tapi sudah ada beberapa siswa yang mulai memasuki kantin. Mungkin itu beberapa siswa yang sudah bosan berada di dalam kelas dan beralaskan keluar kelas untuk ke toilet namun nyatanya mereka malah melipir ke kantin.
Nalendra mengacak rambutnya kasar. Baju olahraga bagian bawahnya ia kibas-kibaskan. Panas matahari ini membuat Nalendra kegerahan. Sekarang Nalendra dan kedua sahabatnya sedang ada di kantin. Mereka bertiga memilih membeli somay dan air mineral dingin. Setelah mendapat makanan yang mereka inginkan, mereka langsung segera mencari tempat duduk yang masih kosong.
Selang beberapa menit kantin langsung ramai di serbu puluhan murid yang menjerit kelaparan. Kantin seketika berubah seperti pasar di pagi hari. Sangat ramai.
Nalendra menghiraukan bisingnya kantin, yang ia inginkan perutnya segera terisi. Nalendra meletakkan piring berisi somay miliknya di meja. Kemudian ia membuka tutup botol minum yang tadi ia beli, lalu meminumnya hingga habis setengah.
Baru satu potong somay masuk ke mulut Nalendra, tapi tak sengaja pandangan terfokus pada seseorang yang sangat ia kenali. "Gazza, lihat tuh cewek lo centil banget!" Nalendra menatap lekat perempuan berambut lurus yang sedang merayu penjualan bakso yang penjualannya adalah seorang laki-laki. Pacar Gazza itu sangat mudah di kenali walau sedang ada di dalam keramaian, tubuhnya yang ramping dan rambut hitamnya bergelombang dengan suaranya yang cempreng itu mampu membuat siapa saja mengenali jika itu kekasih Gazza.
Gazza menghentikan makanya. "Mana?" tanya Gazza sembari mencari perempuan yang di sebut oleh Nalendra.
"Itu lagi ngerayu Pak ucok, pasti lagi cari yang gratisan." beritahu Nelendra sembari menunjuk pacar Gazza.
Gazza mengikuti arah pandang Nalendra. Memang benar apa yang di katakan Nalendra tadi, di ujung kantin sana terlihat seorang gadis yang tengah tersenyum centil ke penjual bakso. Gazza sama sekali tak marah ia malah memanggil kekasihnya.
"NAURA..." Panggil Gazza kencang agar terdengar sampai ke sang empunya. Jika tak berteriak mungkin suaranya kalah oleh murid murid yang sedang berdesakan.
Naura yang merasa tak asing oleh suara itu dia langsung sedikit menjauh dari Pak Ucok. Naura segera mencari keberadaan Gazza, setelah melihat Gazza melambaikan tangannya Naura langsung menghampiri kekasihnya itu.
"Sini duduk sebelah aku" ucap Gazza lembut sembari tersenyum manis kepada Naura. Ardan yang melihat itu reflek bergaya seperti akan muntah. Bagi Ardan, Gazza itu bucin sekali kepada Naura.
Naura menuruti Gazza ia duduk di sebelah sang kekasih, dan tanpa tak berperasaan Naura mengambil alih piring somay milik Gazza lalu mulai memakannya. Naura menghiraukan dua orang laki-laki yang sedari tadi memberikan tatapan sinis pandanya. Siapa lagi jika bukan Nalendra dan Ardan.
"Kamu tadi ngapain senyum-senyum ke Pak Ucok?" tanya Gazza sambil membenarkan letak rambut Naura yang menghalanginya saat sedang makan. Gazza senantiasa memegangi rambut panjang Naura yang tidak diikat.
"Hehe... biasa, biar ada diskon dikit." Naura tertawa cengengesan di depan Gazza.
Tangan Nalendra saling menyilang di depan dada. "Nah, apa gue bilang, cewek lo carinya yang gratisan mulu." ucap Nalendra.
"Suka-suka Naura dong!" sewot Naura. Begitupun Naura ia memang ceplas-ceplos.
"Gazza kan banyak duitnya lo tinggal minta ke dia aja. Kenapa malah cari yang gratisan? Malu-maluin aja lo. Gazza kan kaya, lo tinggal manfaatin aja." saran Ardan.
"Enggak ah, aku gak enak kalau minta ke Gazza terus." ucap Naura sungkan.
"Idih, najis lo! Terus tadi apa coba? Lo dateng-dateng langsung ambil somay si Gazza. Itu yang dinamakan gak enakan?" Nalendra menatap perempuan sebayanya yang duduk tepat di depannya. Nalendra tak habis pikir kenapa Gazza, mau saja pacaran dengan gadis aneh itu. Dan lebih lagi hubungan mereka terjalin sudah lumayan lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only You
Teen FictionIni bukan kisah asmara yang berati. Kisah ini hanya menceritakan sepasang remaja yang baru mulai merasakan cinta. Bukannya tak berani mengungkapkan perasaannya, Nalendra hanya tak mau Edrea malah menjauh karena ungkapan rasa sukanya. Setiap hari Na...