eins

1.5K 81 5
                                    

Di rekomendasikan untuk baca dari awal yaa! Karena ada beberapa perbaikan kecil di beberapa chapter, juga ada beberapa perubahan di urutan chapternya.

Terimakasih, happy reading!

Terimakasih, happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📍Bandung, 2014

Jam istirahat sudah berbunyi 15 menit yang lalu. Tetapi gadis pemilik surai hitam legam itu masih setia duduk di bangku miliknya. Gadis itu menunduk sembari Menarik-narik kulit disekitaran kukunya hingga tak sadar melukai dirinya sendiri. Masih melamun, seseorang dari luar kelas masuk dan menghampiri si gadis, kemudian menduduki kursi kosong disebelah gadis itu.

"Kenapa gak istirahat keluar? Gue nungguin lo, Awan." Awan menoleh menatap lelaki disampingnya sendu. Melihat hal itu, Langit segera melihat ke arah tangan si gadis dan melihat banyak luka disekitaran kulit kuku nya.

Setelah menggenggam tangan Awan lembut, tanpa berkata apapun lagi Langit segera membawa Awannya pergi menuju UKS.

.

.

.

.

"Kenapa narik-narik kulit disekitaran kuku? Kalo lukanya lebih parah dari ini gimana?" Tanya Langit, Awan hanya terdiam sembari memperhatikan gerakan lelaki yang tengah mengobati tangannya itu.

"Ini cuma luka kecil, Langit. Lagian aku udah biasa begini karena memang udah jadi kebiasaanku dari kecil." Mendengar itu Langit mendongak dan menghela nafasnya. Sebelum kemudian kembali memfokuskan perhatiannya kepada luka yang tengah ia obati.

"Kebiasaan buruk itu harusnya dijauhi bukan dibiasakan, Awan." Ucap si lelaki Juni. Hingga keduanya terdiam karena sepi yang menghampiri. Sampai 5 menit kemudian, Awan membuka suaranya dengan suara lirih.

"Hari ini temen-temen yang duduk didekat kursiku ngebahas anak haram lagi, Langit. Mereka bahasnya selalu sambil liat ke arah aku. Aku gak suka, aku bukan seperti apa yang selalu mereka bahas." Ucap Awan sembari menunduk melihat ke plaster luka yang telah Langit tempelkan di lukanya.

"Lain kali kalo mereka bahas-bahas hal buruk lagi, ambil airpods atau earphone gue yang ada di tas lo. Pake buat dengerin playlist yang udah kita buat."

"Dipake ya, Awan." Ucap Langit lagi yang tak kunjung mendapat balasan dari Awan. Awan mengangguk kecil.

"Iya, Langit." Langit tersenyum kecil mendengar jawaban gadis dihadapannya.

"We can't always control the bad things they say, right? Dan mau dengan cara apapun kita menjelaskan hal yang sebenarnya, if they don't like it maka akan tetap begitu adanya,

Satu-satunya cara untuk mengatasi hal itu adalah jangan di dengar, jangan di telan, lalu abaikan. Yang tau baik burukmu ya cuma kamu dan Tuhanmu. Juga perasaan sedih dan marahmu karena mereka bilang hal buruk tentang kamu itu valid, ocean." Ucap Langit sembari menunjukkan senyuman lembutnya.

"Sini." Ucap Langit yang membawa Awan ke dalam dekapnya.

Awan memajukan tubuhnya hingga berada di dekapan hangat milik si lelaki. Langit pun mengusap lembut punggung dan tengkuk kepala gadisnya. Sembari merapalkan dalam hati, berdoa kepada tuhan agar Awannya selalu mendengarkan hal-hal yang baik.

"Terimakasih dan maaf untuk hari ini, Awan." Ucap lelaki itu.

Setiap chapter waktunya berbeda yaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setiap chapter waktunya berbeda yaa.

Cerita ini dibuat karena satu momen dimana aku lagi scroll timeline twitter ku, dan ketemu short au yang pakai lagu nya Nadin Amizah yang berjudul 'Semua Aku Dirayakan' ini sebagai judul short au nya. Dan karena itu, aku mau buat juga. Aku tau kemampuan menulis ku belum baik, bahkan jauh dari kata baik. Tapi aku harap kamu bisa menghargai tulisanku ya. Dan kalau ini selesai dalam waktu yang lebih cepat maka short story atau book ini akan jadi book pertama ku di akun jaunejenna ini. Mohon dukungannya dengan vote dan beri komen yang positif yaa. Terimakasih.

Tertanda, J

Semua Aku Dirayakan - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang