haeselle short story by jaunejenna
"terimakasih," katanya.
Maka sejak saat itu, Awan selalu berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan untuk semua kebahagiaan yang diberikan Tuhan untuknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- Alnilam Auriga Ocean -
•••
Apapun yang dilakukan si mungil Nilam memang akan selalu menjadi perhatiannya Ayah dan Abang.
Seperti pagi ini, ketika Awan yang hendak memasak sarapan mengerahkan Langit, Sabiru, dan Laut untuk menjaga Nilam. Takut-takut gadis kecil itu terbangun dan tak ada satupun orang disekitarnya. Maka dengan sigap Langit dan Sabiru segera menuju kamar Nilam yang memang sudah tidur terpisah sejak umurnya menginjak 5 bulan beberapa hari yang lalu. Sementara Laut lebih memilih untuk turun dan membantu Bundanya dengan membereskan piring-piring untuk sarapan.
Keduanya menunggu Nilam terbangun, memperhatikan bibir mungil Nilam yang sesekali bergumam, atau kepalan tangan mungil Nilam yang sesekali bergerak, atau tendangan kecil dari kaki mungil Nilam.
Tepat setelah Awan dan Laut menghampiri Keduanya di kamar Nilam, Nilam terbangun dengan sesekali mengerjapkan netranya.
"Good morning princess-nya Ayah." Ucap Langit.
"Morningggg adek kecillll."
Awan tersenyum sembari memperhatikan interaksi ketiganya di ambang pintu.
"Ayah, Abang, sarapannya udah jadi tuhh ayo sarapan." Ucap Awan sembari menghampiri Langit dan Sabiru. Awan mengelus pundak Langit kemudian bergantian mengelus pucuk kepala Sabiru.
"Haloo, selamat pagi adekk Nilam. Bobonya nyenyak nakk? Hmm? Ayoo adek Nilam juga bangun sayang." Ucap Awan lembut sembari mengangkat tubuh mungil Nilam perlahan.
Kini kelimanya segera turun dan menuju ruang makan untuk melakukan sarapan bersama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebenarnya hari ini Langit dan Awan berencana untuk membawa keluarga kecil mereka untuk pergi ke kebun binatang. Namun, sepertinya rencana itu diurungkan keduanya sebab matahari yang amat sangat terik walaupun jam yang masih menunjukkan pukul 10 pagi itu.
"Bunda Bunda! Biru mau jus, Bunda!"
"Hm, memangnya Abang Biru mau jus buah apa, sayang?" Tanya Awan lembut, sembari mengusap pucuk kepala Biru.
"Biru mau jus alpukat, is that okay?" Ucap Biru, Awan tersenyum dan mengangguk.
"of course, anything else, Abang?"
"Dengan susu kental manis coklat dipinggiran gelasnya, boleh Bunda?"
"Huum,Noted! Kalo Abang Laut, sama Ayah mau jus apa?"
"Laut mau yang seperti Biru saja, Bunda."
"Ayah juga yaaa, samain aja sama kaya jagoan-jagoan Ayah." Ucap Langit sembari mengusap lembut kedua pucuk kepala milik Laut dan Sabiru.
"Okeyyy, jus nya siap 25 menit yaa. Selama itu, tolong jaga adek Nilam yaa Ayah, Abang. Terimakasih yaa." Ucap Awan lembut.
"Sama-sama Bunda!" Awan tersenyum lembut kemudian membawa dirinya pergi menuju dapur.
25 menit sudah dirinya bergulat dengan peralatan dapur, Awan kemudian kembali dengan 4 gelas jus alpukat dengan susu coklat dipinggiran gelasnya. Tak lupa juga membawa buah pisang untuk Alnilam sebab gadis kecil itu sudah boleh memakan asupan lain selain ASI.
"Yeayy! Jus nya datang! Jus nya datang! Terimakasih Bundaa!" Ucap Sabiru antusias.
"Sama-sama, sayang."
"Terimakasih jus nya, Bunda." Laut ikut memberikan ucapan terimakasih.
"Sama-sama, abang sayang."
"Terimakasih untuk jusnya hari ini, Bunda."
"Terimakasih kembali, ayahh."
"Adek Nilam, say thank you to Bunda." Ucap Langit sembari mengangkat gadis mungil itu dan menaruh Nilam diatas pangkuannya.
"Bu! Bu! Awawawarhuuuu ayyi!" Awan terkekeh mendengar gumaman Nilam namun kemudian tersenyum.
"Sama-sama adekk. Ayo adek juga mam buahh. Siapa suka pisang adekkk! Sini-sinii ayoo kiiitaaa mamm buahhh."
Awan kemudian mengambil alih Alnilam dari Langit dan mulai menyuapi gadis itu dengan pisang yang sudah dihaluskan.
Langit tersenyum lembut, melihat keempat dunianya di depan mata membuat hatinya menghangat.
Bahagianya sederhana, bahagianya hanya ingin hidup lebih lama untuk selalu menjaga Awan, Laut, Sabiru, Nilam, selalu melangkah bersama mengarungi lika-liku dunia yang melelahkan, melangkah bersama seiring berjalannya waktu yang sangat cepat berlalu.
Dan doa itu akan selalu menjadi doa yang Langit amin kan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
a few facts about 'Alnilam' Alnilam sendiri ku ambil dari nama bintang biru besar atau raksasa yang ada di rasi bintang orion. Rasi bintang orion sendiri punya 3 bintang. Yaitu Alnilam, Mintaka, dan Alnitak. Dan Alnilam ini adalah Bintang yang paling besar dan terang.
Aku sendiri punya 4 kandidat nama karakter yang akhirnya kuberi nama Alnilam. - Kandidat pertama yaitu Alnilam sendiri - Kandidat kedua ada Luna (dari bahasa latin atau spanyol yang berarti bulan) - Kandidat ketiga ada Faye (diambil dari nama komet atau bintang berekor dari planet Jupiter) - Kandidat terakhir ada Helene (Diambil dari nama salah satu bulan atau satelit di planet Saturnus)
Dari keempat kandidat nama, aku Memilih Alnilam sebagai nama yang kemudian kalian baca di bonus Chapter kali ini.
Sekian few facts nyaa, ketemu lagi kapan-kapan!
(Kotak kritik, saran, dan kotak bercerita bisa diisi di tellonym yang ada di bio akuu!)