enjoy your extra chapter!
Isak tangis yang semula tidak terdengar kini semakin kencang. Kini Awan bersama Sabiru dan Laut tengah berada di kamar baru milik Sabiru dan Laut. Kedua jagoannya tengah tertidur pulas di atas ranjang baru dengan sprei berwarna soft blue. Kedua netra indah yang sudah berlinang air mata itu terus menatap Sabiru dan Laut.
Berakhirnya Awan terisak di kamar kedua jagoannya itu tidak lain karena perkataan beberapa ibu yang tengah mengobrol saat dirinya tengah membawa Sabiru dan Langit jalan-jalan pagi.
"Eh, istrinya mas Langit ya? Wahh ini anaknya?" Tanya salah seorang Ibu yang tengah mengobrol santai.
Awan yang tengah mendorong stroller milik si kembar segera berhenti dan tersenyum. Kemudian mengangguk.
"Iya bu. oh iya betul, ini anak kami." Ucap Awan sembari senantiasa tersenyum ramah.
"Ini dua jagoan umur berapa? Maaf Bunda, agak kurus yaa? ASI nya jalan kan ya Bun?" Tanya seorang Ibu dengan daster berwarna oranye.
"Umur enam koma lima bulan. Untuk ASI masih berjalan, Bu." Ucap Awan.
"Belum dikasih MPASI?" Tanya seorang ibu yang lain.
"Sedikit-sedikit sudah diberi makanan pendamping, bu." Jawab Awan. Awan masih menunjukkan senyum lembutnya.
"Ah memang begitu ya, tumbuh kembangnya agak lambat ya?" Mendengar itu Awan menggelengkan kepalanya.
"Nggak, Bu. Mereka tumbuh sesuai dengan panduan berat badan bayi normal."
"Oh iya-iya, soalnya dulu anak saya lebih gembul dari ini Bunda. Jadi saya agak kaget." Ucap seorang Ibu yang memakai daster berwarna oranye.
Awan tetap tersenyum hingga perjalanan ketiganya kembali berakhir dirumah mereka.
Isakan tangis milik Awan bertambah sedikit lebih kencang. Ia memikirkan perkataan beberapa Ibu yang ia temui saat membawa Sabiru dan Laut berjalan-jalan.
Apakah Sabiru dan Laut tidak bertumbuh kembang dengan baik?
Apakah dirinya tidak merawat Sabiru dan Laut dengan baik?
Apakah dia tidak menjalankan tugasnya sebagai Ibu dengan baik?
Pertanyaan-pertanyaan yang terus menyalahkan diri itu selalu berputar dikepalanya. Pertanyaan-pertanyaan yang terus saja bermunculan dan menyudutkan dirinya sendiri.
Awan merebahkan dirinya sendiri di samping Sabiru dan Laut. Menatap langit-langit kamar kedua jagoannya sembari menenangkan diri.
Lumayan lama dirinya melamun, Awan sampai tidak menyadari bahwa Sabiru tengah berusaha berdiri dengan berpegangan pagar yang diletakkan di segala sisi ranjang milik Sabiru dan Laut.
Mendengar sedikit suara yang ditimbulkan dari pagar di samping ranjang, Awan kemudian menoleh dan menemukan Laut yang tengah berdiri sembari berusaha melepas pegangan tangannya dari pagar, berusaha menyeimbangkan diri. Sementara Sabiru yang berada di samping sang Kakak tengah berusaha mendudukkan dirinya sendiri.
Awan segera mendudukkan dirinya. Melihat sebuah proses baru dalam tumbuh kembang kedua jagoannya. Dengan tergesa pula, Awan mengambil telepon genggamnya dan membuka sebuah fitur kamera. Dan mengirimkannya kepada Langitnya.
Meski tau Langitnya tidak akan langsung melihat pesan yang ia kirim, tapi Awan tetap mengirim pesan tersebut. Berharap pesan itu bisa membuat Langitnya mendapatkan energinya kembali.
"Nahh jadi gituu, tadi tuhh aku lagi rebahan samping mereka. Padahal tadinya mereka tidur pules, Langit. Eh tau nya pas aku denger suara pager samping ranjangnya anak-anak bunyi ada abang lagi berdiri sama adek yang lagi berusaha duduk. Kaya video yang aku kirimin ke kamu ituu." Langit tersenyum lembut melihat Awannya yang begitu antusias menceritakan kedua jagoan mereka.
"Kalo Awan ku? Gimana harinya sayang?" Tanya Langit sembari menatap dan mengusap lembut surai hitam legam milik Awan.
"Senengg! Karena Abang sama Adek."
"Beneran? Terus matamu kenapa bengkak begini?" Tanya Langit sembari mengusap kedua netra milik Awan yang tertutup sebab elusan lembutnya.
Netra indah milik Awan kembali terbuka dan menatap netra milik Langit. Tatapan menenangkan itu, membuat hatinya menghangat.
Nafas Awan mulai tidak teratur, air matanya mulai berlinang di pelupuk mata indahnya. Awan kemudian masuk kedalam dekapan Langit dan menumpahkan tangisannya didalam dekapan hangat milik Langitnya.
"Sssttt, maaf yaa karena gak bisa bantu jaga dan rawat dua jagoan, maaf yaa karena harus dengar hal yang nggak baik hari ini. Dan terimakasih karena sudah menjadi Ibu yang hebat buat Sabiru dan Laut." Ucap Langit sembari mengusap-usap surai hitam milik Awan.
Pun juga dengan Awan, yang selalu berterimakasih kepada Tuhan karena mengirim Langit untuknya dan tak lupa berterimakasih kepada Langitnya karena selalu berada di sisinya.
Sedikit ucapan terimakasih dari Nawanda Ocean untuk Langit Auriga, Sabiru Auriga Ocean, dan Laut Auriga Ocean.
semoga suka ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Semua Aku Dirayakan - Selesai
Fanfichaeselle short story by jaunejenna "terimakasih," katanya. Maka sejak saat itu, Awan selalu berterimakasih dan bersyukur kepada Tuhan untuk semua kebahagiaan yang diberikan Tuhan untuknya.