🗂️ - in a world of boys he's a gentleman.

332 38 4
                                    

Selamat membacaaa, happy reading!

Selamat membacaaa, happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul 19.00 WIB. Tubuh Awan terkulai lemas di atas sofa. Sementara si kembar yang sudah terlelap masih berada di karpet bulu tebal dengan selimut tebal berwarna biru yang menyelimuti mereka.

Sudah sejak sore tadi Awan merasa tubuhnya dalam keadaan yang tidak baik. Suhu tubuhnya naik, netranya terasa panas, tubuhnya lemas, serta beberapa kali bersin. Beruntung Laut dan Sabiru tidak rewel hari ini.

Awan kemudian berusaha bangkit untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering dan gatal, namun kemudian sedikit oleng membuat dirinya kembali terduduk di atas sofa.

Sampai pada pukul 19.15, Awan mendengar pintu utama terbuka. Membuatnya menoleh dan mendapati Langit yang baru saja pulang dari penerbangan hari ini.

"Ayah pulang." Ucapnya sembari melihat sekitar rumah yang sedikit berantakan.

Netranya mencari keberadaan tiga orang tersayang. Setelah itu mendapati Awan yang terkulai lemas di atas sofa.

"Bunda? Sayang?" Ucap Langit sembari menghampiri Awan.

"Ayah, bunda haus. Pusing, tolong ambilin air." Langit mengangguk dan segera mengambil segelas air minum untuk Awan.

Setelah membawa segelas air minum tersebut, Langit segera membantu Awannya untuk minum.

"Badanmu panas sayang. Sebentar, Ayah pindahin Laut sama Sabiru ke kamar dulu ya." Awan mengangguk kecil mendengar itu. Sementara Langit segera memindahkan

Langit kemudian kembali dan menggendong Awan menuju kamar mereka. Setelah sampai segera menidurkan tubuh Awannya.

Langit kembali turun menuju dapur untuk mengambil handuk basah dan air dingin, membuat bubur instan, dan membawa kotak P3K menuju kamar mereka.

"Sini aku lap badannya ya, sayang." Ucap Langit yang kemudian membantu membersihkan tubuh Awan agar tubuhnya terasa lebih nyaman. Langit melakukannya penuh dengan hati-hati dan perlahan. Memastikan tidak ada yang terlewat olehnya.

Setelah itu membantu Awan mengganti pakaiannya menjadi piyama tidur. Kemudian mengikat rambut Awan dengan cantik.

Langit membuka segel perekat plester demam kemudian iya tempelkan ke dahi milik Awannya.

"Makan bubur ya? Sedikit aja, biar bisa minum obat." Ucap Langit lembut sembari mengusap pucuk kepala Awan lembut. Sementara Awan hanya mengangguk sebagai jawaban.

Langit menyuapi Awannya pelan-pelan dan menunggu wanita itu dengan sabar. Hingga di suapan kelima, Awan menolak untuk makan lebih banyak. Langit kemudian membantu Awan untuk meneguk air putih beberapa kali. Sebelum kemudian memberikan wanitanya sebuah obat dan kembali membantunya untuk minum.

Langit kemudian membawa wadah air, handuk, piring kotor dan gelas menuju dapur. Setelahnya kembali ke kamar dengan membawa gelas dan poci berisi air minum untuk ia simpan di dalam kamar.

Semua Aku Dirayakan - SelesaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang