5

3 2 0
                                    

Halaman depan rumah Milo sore ini terisi oleh canda tawa Freya dan Sasha. Kedua gadis itu tengah bergosip di tengah-tengah acara jamuan teh kecil-kecilan yang mereka adakan. Hanya Freya, Sasha juga topik obrolan yang tak pernah habis.

Kak! Kenapa abang bisa manggil kakak Mola? Kenapa ga Moli aja? Kan Moli kedengernya lebih lucu. Sasha bertanya suatu hal yang tidak Freya ketahui. Masalahnya Freya tak pernah menanyakan hal itu pada Milo, bahkan gadis itu tak pernah begitu sadar bahwa Milo memberinya nama panggilan.

Ya ga tau Ca, kamu tanya abang kamu aja. Jawab Freya.

Tanya apa? Milo yang tak sengaja mendengar namanya disebut-sebut pun keluar untuk mengetahui apa yang sedang Freya dan Sasha obrolkan.

Abang kenapa manggil kakak Mola? Sasha mengulang kembali pertanyaannya, kali ini ia tujukan kepada sang pembuat nama.

Kamu mau tau? Milo mulai berjalan mendekati kursi di mana kedua perempuan itu duduk. Apa mau tau banget? pemuda itu malah terkesan seperti mempermainkan ucapan Sasha.

Abang kalau ga niat buat jawab mending ga usah, abang juga ga usah duduk di sini, pergi sana! ada saja tingkah laku Milo dan Sasha yang membuat Freya tertawa.

kok ngambek sih! Ga asyik. Milo membela diri. Hey! Asal kamu tahu, ada yang lebih menarik dari pada kamu harus tahu kenapa aku panggil dia Mola. Milo berusaha menukar topik. Tanpa persetujuan dari keduanya Milo berucap. Kakak kamu itu lagi di deketin orang ganteng.

Mendengar apa yang Milo ucapkan Sasha mengerutkan dahi, sementara Freya mencoba memutar otaknya mencari tahu apa maksud dari ucapan Milo. Lha, memang abang ganteng? sarkas Sasha bertanya.

Tak kuat mendengar apa yang Sasha ucapkan tawa Freya pecah. Kamu bisa ga buat ga terlalu jujur di depan Aa kamu? Freya dibuat sibuk dengan tawanya.

Niat Milo untuk membongkar rahasia Freya malah berujung dengan dirinya yang disudutkan. Kalau tau bakal kayak gini padahal tadi aku ga usah nguping, ga usah duduk di sini. Kedua gadis itu kembali tertawa saat melihat Milo yang merajuk.

Ya lagian memang ga ada yang nyuruh aa buat duduk di sini. Entah kenapa Sasha tak pernah berkata lembut pada Milo dan Milo tak pernah mempermasalahkan benar hal tersebut.

Tapi seriusan Ca, disekolah ada yang deketin aku. Freya membuka suara dengan menyetujui ucapan Milo, alih-alih dia meerai pertengkaran tipis antara kakak beradik itu. Ga tau juga sih ini bener apa bohong. Tapi Hanna pernah ngomong gitu ke aku.

Merasa mendapat aba-aba bahwa Freya akan menceritakan hal yang membuat Milo penasaran, pemuda itu memberi isyarat pada Sasha dengan memutar bola mata, seolah berkata bahwa apa yang dia ucapkan tidaklah bohong. Sasha yang menangkap isyarat dari Milo hanya menatap kakaknya itu dengan pandangan tak suka.

Emang kak Hanna ngomong apa ke kakak? Sasha mulai mengabaikan Milo.

Ga tau sih, aku juga ga terlalu inget, tapi intinnya ada anak kelas sebelah yang suka sama aku. Aku aja baru inget mukanya kemarin-kemarin, itu juga aku ga akan tau orangnya kalau Hanna ga nunjukin yang mana. Jelas Freya samar membuat Milo semakin penasaran dengan nama pemuda yang tengah menaruh hati pada Freya.

Namanya? Milo bertanya.

Samudra? Iya ga sih? Freya menjawab petanyaan Milo tak yakin. Milo tau ga?

Ooo dia, namanya Fasya Samudra, kelas IPS 2 kan? Milo mencoba membantu Freya.

Kayaknya, Freya tak begitu yakin. Lagi pun dia tak terlalu memikirkan hal itu. Dia tuh yang katanya jago main bola bukan sih? tapi meski pun begitu, terkadang Freya sedikit penasaran dengan orang yang katanya tengah mencintai dirinya.

To The Fat Cute Boy I Ever MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang