7

4 1 0
                                    

Semenjak pertemuan pertama antara Freya dan Samudra sore itu, keduanya semakin dekat dan semakin dekat, mulai dari pesan teks, pesan suara hingga panggilan telfon tak pernah terlewatkan di setiap harinya, terlebih malam hari sebelum mereka perdua pergi ke alam mimpi, Samudra pasti mengabari Freya sesingkat-singkatnya ia berucap selamat malam tuan putri. Hal-hal kecil yang sering Samudra berikan pada Freya seperti itu cukup membuat gadis itu terbang tinggi.

Tapi terkadang Freya membiarkan Samudra ketika pemuda itu menyapa atau mengajaknya bicara. Terkadang ada hal yang membuat Freya kesal sehingga membuat dirinya tak ingin berkomunikasi dengan Samudra, contohnya ketika ada seseorang yang berucap bahwa sebenarnya Samudra tengah mendekati Amanda, jelas Freya kesal. Tapi jika Samudra benar mencintai Amanda, lalu mengapa pemuda itu mendekati Freya juga di waktu yang sama? Entahlah.

Bel berbunyi tanda memasuki jam istirahat, otak Freya dibuat lelah untuk mengerjakan hitungan senyawa alkimia yang tak pernah ia fahami maksudnya. Bersama Hanna gadis itu pergi ke kantin sekolah yang terletak dua lantai di bawah lantai kelasnya. Amang, aku mau batagor 5 ribuan dua, dua-duanya pakai pedes. Pesan Freya pada amang penjual batagor.

Tak memperhatikan yang lain, Freya hanya menunggu pedagang itu menyiapkan pesanannya sampai setelah itu Freya mendapatkan 2 bungkus batagor, namun saat hendak memberikan uang, Ini aja mang, saya yang bayar. Seseorang menyodorkan uang pada si amang membuat Freya spontan menoleh.

Samudra? Freya melongo, tak percaya dengan kehadiran Samudra yang secara tiba-tiba juga membayarkan jajanannya.

Samudra memberikan Freya sebuah senyuman manis khas miliknya. Makan jajanannya, aku yang bayar soalnya. Freya tersenyum mendengar kalimat yang Samudra ucapkan. Aku mau tanding minggu depan, abis istirahat aku mau bolos kelas, mau latihan. Samudra bergumam di dekat telinga Freya.

Euh cik atuh jang, jangan ngehalangin yang mau beli, pacaran mah silahkan asal jangan bikin rezeki amang kesumbat. Sang penjaga gerai batagor keras menyindir Samudra dan Freya yang tengah berbincang dan masih berdiri di depan kedainya. Keduanya tertawa dan meminta maaf, setelah itu pergi dengan tangan Freya yang ditarik pelan oleh samudra. Hanna? Freya lupa jika dirinya datang dengan Hanna bukan Samudra.

Eh, Hanna? sampai setelah keluar kantin Freya sadar. Hanna! kali ini Freya berlari kembali masuk ke dalam kantin, meninggalkan Samudra yang hendak berbicara. Hannaa mata Freya menjelajah mencari keberadaan Hanna hingga mat aitu menangkap sesosok gadis yang tengah berjalan keluar kantin. Hanna!

Seruan Freya membuat Hanna berhenti melangkah dan mulai mencari keberadaan sang pemilik suara. Sementara itu Freya berjalan mendekati Hannah.Eh Fey, sorry ya tadi aku beli es dulu, sorry bikin kamu nyari. Hanna meminta maaf. Bukannya menjawab permohonan maaf Hanna, Freya malah bengong.

Umm bukannya aku yang ninggalin? Freya bertanya-tanya.

Hah? keduanya malah dibuat bingung.

Dah, dah, jangan dipikirin, kita ke kelas aja. Freya menarik lengan Hanna. Nih, dijajanin kak Samudra. Ucap Freya seraya memberikan sebungkus batagor pada Hanna di tengah-tengah perjalanan mereka.

Mendengar nama Samudra terucap dari mulut Freya, mata Hanna spontan membulat, tak percaya dengan apa yang Freya katakan, gadis itu menghentikan langkahnya. Samudra? Seriusan? Kirain aku dia jadian sama Amanda.

Hah? jika apa yang dikatakan Hanna adalah hal yang benar, saat ini juga Freya ingin tenggelam saja ke dasar laut dan memilih berubah menjadi dugong.

Eh, ga tau deh, kayaknya aku berlebihan. Mereka deket wajar ga si? Soalnya mereka temenan udah lama juga. Hanna merasa bersalah telah membuat Freya kebingungan. Ah, lupain aja, mending sekarang kamu temenin aku lihat Atlas lagi main bola. Pasti ada Samudra juga. Ajak Hanna yang disetujui oleh Freya.

To The Fat Cute Boy I Ever MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang