"A-Alena. Ma-maaf, aku gak sengaja." Citra menutup mulutnya dengan kedua tangannya seolah syok melihat kondisi Alena akibat perbuatannya. Kemudian Citra buru-buru meraih tempat tisu, akan tetapi tisunya malah tidak ada.
Bagus. Ini ngedukung banget. Citra bersandiwara semakin cemas.
Alena menggeram kesal. Ingin membalas, tapi ini Citra. Sepengetahuan Alena, dia adalah gadis polos, mana mungkin dia sengaja melakukannya. Alena mendengus napasnya berat sembari menarik seragamnya yang basah agar tidak menyentuh bagian dadanya.
Alen yang melihat keadaan Alena yang basah kuyup seperti itu ditambah sekarang mereka menjadi tontonan, langsung melepaskan seragamnya. Alen membiarkan lekukan otot-otot tubuhnya terpampang oleh publik sebab Alen tidak memakai kaos dalam dan yang menyita perhatian para siswi adalah roti sobek yang dimiliki oleh Alen. Seketika semua siswi di kantin membutuhkan pasokan oksigen lebih banyak.
Alen menghampiri Alena dan menyelimuti gadis itu dengan seragamnya. "Kamu gapapa?" tanya Alen yang khawatir. Alena hanya mengangguk mengiyakan.
Setelah itu, Alen menuntun Alena untuk keluar dari kantin. Alen membiarkan tubuhnya makin terekspos di luar kantin. "Cantik, kita ke UKS aja dulu, ya?"
"Iya."
Di sisi lain, sepeninggalnya Alen dan Alena dari kantin, Citra langsung menitihkan air matanya.
"Cit, lo kenapa?" tanya seorang siswi yang sekelas dengan Citra.
"A-aku takut."
"Takut kenapa?"
"A-aku beneran gak sengaja numpahin minuman ke seragam Alena, ta-tapi Alena kayaknya tadi marah banget sama aku."
Sial, kenapa Alen ngebawa Alena untuk keluar dari kantin segala, sih?
***
Di UKS, Alena baru saja mengganti seragamnya menggunakan seragam Alen. Walau kebesaran, tapi bagi Alena ini lebih baik. Sementara Alen hanya senyum-senyum melihat Alena.
"Lo kenapa?" tanya Alena yang terheran-heran melihat tingkah Alen.
"Gak kenapa-napa. Cuma, kamu makin cantik aja pakai seragam aku."
"Hm, makasih," balas Alena. Alena tidak bisa marah pasalnya dirinya baru saja dibantu oleh Alen.
"Em, anu ... Itu ..." Alena menatap Alen yang bertelanjang dada. Sebenarnya, mata Alena lebih tertarik memandang roti sobek milik Alen.
Alen yang bingung langsung menurunkan pandangannya ke bawah melihat tubuhnya. Alen baru sadar, dirinya lagi tidak memakai baju. Pantas saja sedari tadi di UKS Alen merasa hawanya agak dingin.
Alen menyentuh roti sobeknya. Kemudian mengangkat wajahnya menatap Alena. "Kenapa? Kamu mau nyentuh roti sobekku? Boleh, kok kalau kamu yang nyentuh," cakap Alen dengan polosnya.
Duarrr! Mata Alena dalam sekejap langsung melotot tidak percaya disertai dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Otak Alena tidak habis pikir mendengar perkataan Alen yang sebegitu gampangnya dia ucapkan.
Semburat merah seketika berpusat pada kedua pipinya. Alena dapat merasakan dengan jelas wajahnya yang mulai memanas. Alena kemudian langsung membalikkan badannya untuk menenangkan diri. Alena menarik oksigen banyak-banyak.
"Cantik, kenapa? Kamu marah sama aku?" Alen lalu melangkah untuk mendekati Alena.
Alena yang mendengar langkah kaki Alen yang mendekat langsung berkata. "Jangan ngedekat dulu. Lo diam aja di situ," suruh Alena dengan jantungnya yang semakin berdebar kencang.
"Ha? Kenapa?"
"Gu-gue lagi mikirin cara lo buat pulang sebentar. Gak mungkin banget kalau lo balik dengan telanjang dada kek gitu." Alena bahkan sampai gagap sendiri dibuatnya. Alena menutup wajahnya yang malu dengan kedua telapak tangannya.
Mendengar itu, Alen jadi senyum-senyum tidak jelas. Alen sangat senang bisa mendapatkan perhatian sekaligus berbicara dengan Alena seperti sekarang ini. Alen mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Em, oke."
Lima menit kemudian setelah membisunya percakapan diantara mereka berdua dan juga Alen yang masih berdiam saja di tempat, tiba-tiba pintu UKS dibuka seseorang.
"Alena, lo gapapa?" Nathan masuk ke UKS dengan napas terengah-engah. Nathan melihat Alen yang berdiam mematung menatap Alena dan Alena yang duduk di ujung kasur sambil memandang ke arah luar. Nathan bisa datang ke UKS karena permintaan tolong dari Alena.
Nathan melangkah masuk. Di genggaman tangan kanannya ada paper bag yang berisi seragam untuk Alen.
Ketika berada dekat Alen, Nathan langsung menempelkan paper bag itu kasar ke dada Alen. "Untuk lo!" Nada suara dan tatapan Nathan begitu dingin ke Alen.
Alen pun menerima saja pemberian dari Nathan. Alen memakai seragam itu di tempat dirinya berdiri.
"Na, pulang sekolah bentar lo, gue antar balik, ya?" pinta Nathan. Merasa kondisi jantungnya sudah aman, Alena membalikkan tubuhnya menghadap kedua cowok di belakangnya.
"Emang ... " Belum selesai Alena menyelesaikan kalimatnya, Alen langsung memotong.
"Gak, Alena gue yang antar."
Nathan menghempaskan napasnya dan melirik Alen dengan remeh. "Gue mau ngantar Alena make mobil. Ko mau nganter dia pake apa?"
Mendengar pertanyaan Nathan, Alen terdiam membisu. Alen membuang pandangannya ke arah lain ketika Alena menatapnya. Alen merasa malu kalau harus mengatakan akan mengantar Alena pakai motornya.
"Pakai motor butut lo?" Nathan menyindir, menyayat hati Alen dan Alen hanya bisa diam.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari Alen, Nathan kemudian menghampiri Alena dan membawa gadis itu keluar dari UKS. Meninggalkan Alen seorang diri.
...
3 Capther dalam sehari. Yuhu, ternyata aing bisa juga ngetik banyak.
Jangan luka vote dan komen demi membangun cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUTUS LIMA MENIT
Teen Fiction[CERITA WP VIBES 2016] "Kita putus sekarang, ya cantik? Aku udah gak cinta lagi sama kamu," kata Alen dengan raut wajah serius. "Hm, terserah lo deh," jawab Alena tidak peduli. Lima menit kemudian. Alena yang lagi menyantap makanannya di kantin, tib...