banding

1.1K 67 2
                                    


Guru matematika yang bernama Bu Ema menatap anak kelas 11 IPS sebalah mata. Beliau yakin kalau mengajar anak-anak nakal ini tidak ada gunanya. Jadi Bu Ema hanya mengajar asal-asalan saja pada anak kelas 11 IPS .Sementara Arsenio mengernyit heran saat gurunya keluar jalur dari yang seharusnya.

"Maaf Bu bukannya logika matematika begini _" kata Arsenio yang saat itu sudah gondok pada ajaran sang guru.

"Disini saya atau kamu gurunya?" Tanya Bu Ema dengan sinis. Ia benar-benar tidak tahu kalau muridnya yang dulunya pendiam dan bo*oh ini ternyata pintar.

Ternyata banyak sekali yang di sembunyikan oleh sosok Arsenio ini. Arsenio tersenyum miring melihat guru yang kelakuannya ajaib ini. Jangan lupakan kalau sebenarnya Arsenio sudah kelas 12 dan jaura pararel di sekolahnya tanpa orang tuanya tahu.

Andai orang di depannya bukan gurunya pasti Arsenio akan bersikap lebih dari ini. Karena wanita di depannya ini adalah gurunya membuat Arsenio masih bersikap sopan.

"Kenapa anda mengatakan itu Bu? Berarti apa yang saya katakan barusan benar dong." Kata Arsenio dengan bersedekap dada menatap gurunya tersenyum tipis.

"Kamu!!!" Geram Bu Ema.

"Apa Bu? Saya bisa loh melaporkan anda kepada pak kepala sekolah kalau anda mengajarvdi kelas kami asal-asalan. Dan saya ada buktinya."Kata Arsenio seraya memainkan ponsel di tangannya.

Bu Ema yang masih menjunjung tinggi harga dirinya walaupun salah malah menantang Arsenio

"Lakukan kalau kamu berani." Ucap bu Ema dengan menatap tajam Arsenio.

Arsen yang ditatap tajam oleh Bu Ema
bukannya merasa takut tapi malah tersenyum lebar.

" Baik seperti perintah ibu." Kata Arsenio dengan tegas.

Amara menatap Arsenio yang saat ini berubah menjadi tegas dan tidak pecicilan lagi. Amara suka Arsenio yang seperti ini. Membuat Arsenio kelihatan lebih keren dan ketampanannya bertambah berkali-kali lipat di matanya.

Amara langsung menggelengkan kepalanya agar fikiran absurt yang bersarang di kepalanya segera pergi.

Sementara semua teman-teman Arsenio menatap ketar-ketir pada sikap Arsenio seperti ini.VTapi tidak di pungkiri kalau mereka cukup bangga akan sikap berani Arsenio yang secarabtidak langsung mementingkan hak kelas mereka.

Bu Ema mendengus kesal, walaupun
pelajaran belum selesai Bu Ema langsung meninggalkan kelas 11 IPS 3. Kelas menjadi hening setelah kepergian Bu ema.

"Gue tahu kok kalau gue tampan, tap jangan di tatap terus seperti itulah gue jadi gerogi loh ra." Ucap Axelio seraya mengerakkan tangannya seolah-olah dirinya gugup sekaligus gemetar karena gerogi.

Amara sontak menendang kaki Arsenio di bawah meja. Yang di balas cekikikan oleh Arsenio walaupun tidak dipungkiri kalau kakinya nyeri karena tendangan Amara.

"Arsen apakah tidak apa-apa?" Tanya Agnes sedikit cemas.

"Tidaklah, gue yakin kalau kita melakukan banding pasti kita yang menang. Apalagi kita memiliki bukti kalau tuh guru memang asal-asalan mengajar di kelas kita." Jawab Arsenio dengan tegas.

"Tapi yang gue heran kenapa lu tiba-tiba pinter?" Tanya Revo.

"Kalian baru tahu kalau gue pinter?"
Sombong Arsenio.

"Cih, kenyataannya lu itu dulunya memang bo*oh Ar." Ceplos Cakra.

"Wah nih anak ngajak gelut ya." Tantang Arsen pura-pura marah. Cakra malah tertawa melihat itu.

"Tapi kalau lu pinter kenapa lu gak milih di kelas IPA saja sih?" Tanya Selly, pertanyaan Selly juga mewakili teman-teman sekelas Arsenio.

"Kalau di IPA paling banter jadi dokter atau profesor tapi kalau di IPS bisa jadi presiden. Oleh sebab itu gue milih IPS walaupun gue pinter biar nanti gue bisa jadi presiden." Kata Arsenio yang di jawab gelak tawa oleh teman-temannya.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang