persiapan

532 38 103
                                    

"Cepat bangun ya sayang, jangan tidur terus. Nanti kalau kamu tidur begini, siapa coba yang akan aku gombali." Ucap Arsenio tersenyum tipis.

Jemari tangan Arsenio mengusap lembut kepala Amara. Ingin sekali Arsenio mengecup sayang pelipis gadisnya tapi diurungkannya karena masih ada orang tua Amara di sini.

Mangkanya sebagai gantinya Arsenio hanya mengusap lembut kening Amara.

Setelah puas melihat gadisnya, Arsenio langsung menghampiri Agam yang sedang duduk dengan Viona.

"Om," ucap Arsenio pelan.

Agam menaikkan sebelah alisnya menatap Arsenio.

"Saya ikut ya penyerangan nanti malam." Kata Arsenio tegas.

"Penyerangan itu bukan maianan
perang-perangan waktu kecil Arsen. Itu bahaya, dan ilmu kamu masih belum cukup untuk ikut nanti malam." Ucap Agam dingin.

"Tapi om, aku pasti bisa jaga diri. Aku janji om tidak akan merepotkan om dan yang lain. Tapi aku mohon om, izinkan aku untuk ikut. Hitung-hitung sebagai latihan untuk menjaga Ara kedepannya. Aku tahu pasti kalau di masa depan akan terjadi seperti ini lagi." Kata Arsenio dengan tegas.

"Izinkan saja kak, tapi taruh Arsen di bagian yang tidak terlalu berbahaya." Viona menengahi.

Agam menghela nafasnya dengan berat, "jangan menjadi beban." Peringat Agam.

"Pasti om," ucap Arsenio semangat.

"Sekarang kamu temui Gilang dan minta pada Gilang untuk di tempatkan di sebelah mana nanti malam. Karena yang tahu kemampuanmu adalah Gilang. Sekalian kamu juga latihan untuk nanti malam." Perintah Agam.

"Baik om," ucap Arsenio semangat. Setelah berpamitan pada Agam dan Viona, Arsenio langsung pergi dari ruang rawat Amara.

"Kenapa kamu mengizinkannya sayang? Kalau anak orang kenapa-napa bagaimana?" Gerutu Agam.

"Tinggal kamu perketat saja penjagaan untuk anak itu kak. Lagian Vi tidak tega melihat Arsen begitu. Kamu tidak lihat, kalau di mata arsen itu ada dendam untuk orang yang membuat putri kita seperti ini. Sekaligus untuk Arsen belajar dan melihat sendiri betapa kejamnya dunia kita." Kata Viona panjang lebar.

Agam hanya mengangguk pasrah saja
mendengar ucapan Viona, Agam langsung menghubungi Gilang untuk mengatakan tentang keterlibatan Arsenio nanti malam dalam hal penyerangan dan juga untuk memperketat penjagaan Arsenio.

Sementara itu, Arsenio pulang ke mansionnya dulu untuk meminta izin pada mamanya sekaligus ambil pakaian.

"Ma, boleh ya cuma satu hari doang kok." Ucap Arsenio dengan memelas.

"Mama bilang enggak ya enggak dek." Tegas mama Yasmine.

"Yah, mama kok gitu sih." Ucap Arsenio dengan nada sendu.

"Ma, teman Arsen lagi dirawat di rumah sakit karena kecelakaan. Arsen sebagai teman yang baik harus bantu menjaga dong, hanya hari ini saja ma, besok gantian sama temen." Ucap Arsenio pelan.

"Teman kamu sakitnya parah?" Tanya mama Yasmine.

"Iya ma, tadi pagi waktu berangkat sekolah teman Arsen kecelakaan ada yang menabrak mobil teman Arsen ma." Kata Arsenio lemah.

Mama Yasmine menghela nafas berat, "baiklah, jaga diri baik-baik ya." Kata mama Yasmine yang dengan berat hati memberikan izin.

Entah kenapa saat Arsenio meminta izin rasanya berat. Tidak seperti biasanya.

Arsenio mengngguk semangat.

****

Arsenio langsung saja menuju markas yang BLACK SHADOW yang sudah diberi tahu oleh Gilang.

Arsenio masuk dengan mudah, semua orang yang melihat kedatangan Arsenio langsung menunuduk hormat. Karena semenjak Arsenio mulai latihan dengan Gilang, Agam sudah memberi tahu tentang Arsenio adalah orang terdekatnya. Jadi semua anggotanya wajib menghormati Arsenio dan menghafal wajah  Arsenio.

"Tuan muda Arsen, anda audah di tunggu oleh tuan Gilang." Kata seorang pria berbadan besar pada Arsenio.

Arsenio mengngguk paham dan langsung mengikuti pria itu.

Tidak lama kemudian Arsenio telah tiba di tempat Gilang.

"Kamu sudah datang?" Tanya Gilang datar.

"Sudah uncle." Jawab Arsenio sopan.

"Untuk bela diri kamu sudah lumayan Arsen, kamu yang masih kurang adalah soal menembak. Jadi, latihanmu saat ini belajar menembak sebelum kamu praktek langsung nanti malam. Dan ingat satu hal Arsen. Dalam dunia kita, membu*uh atau terbu*uh. Jadi kalau kamu mau hidup, maka jangan sungkan-sungkan menghabisi mereka." Kata Gilang datar.

"Tapi uncle, aku tidak pernah bu"uh orang." Ujar Arsenio pelan.

"Kalau kamu takut, silahkan pulang Arsen. Pintu keluar masih terbuka lebar-lebar," tegas Gilang.

"Bukan begitu maksudku uncle. Bagaimana caranya agar aku bisa bu*uh mereka." Kata Arsenio pelan.

"Tinggal tembak kepalanya saja, pasti
lawanmu akan langsung mati." Celetuk Daren yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Arsenio.

Tidak lupa tawa kecil yang menghiasi bibir merahnya.

Gilang menghela nafas lelah, waktunya cukup terbuang karena meladeni dua anak kecil di depannya ini.

"Saat kamu menembak musuh, ingatlah nona muda, Arsen. Ingatlah bagaimana kejinya mereka mulukai seorang gadis." Ucap Gilang sabar.

Kobaran api di mata Arsenio yang sebelumnya redup, kini mulai membara lagi. "Baik uncle." Tegas Arsenio.

"Sudah ayo, gue ajari caranya membunuh orang dalam satu kali tembakannya." Ajak Daren menyeret tubuh Arsenio agar ikut dengannya.

Selama hampir dua jam, Daren mengajari Arsenio menembak dengan sabar. Sampai Daren merasa cukup karena Arsenio cepat belajar.

"Istirahatlah, kita perlu tenaga extra untuk nanti malam."kata Gilang yang tiba-tiba datang.

Dua remaja itu mengangguk, Arsenio dan Daren segera membersihkan dirinya.

******

Tepat pukul 8 malam semuanya sudah siap tinggal berangkat ke markas kelompok mafia yang menyerang Amara tadi pagi.

Malam ini Arsenio bernafas lega saat
mendengar kabar Amara sudah siuman.

Semangatnya semakin berkobar untuk membalas perbuatan kelompok mafia yang menyerang Alsava tadi pagi.

Arsenio di bekali pistol merk Colt M19xxx oleh Gilang, yaitu salah satu pistol paling mematikan di dunia.

Malam ini, Arsenio yang biasanya tampil bad boy, tengil dan mode buaya. Kini tampil beda dengan pakaian serba hitamnya yang dilengkapi oleh rompi anti peluru. Dan ada pistol di pinggang kanan dan kirinya, tidak lupa pisau lipat yang sudah di beri racun khusus dan diberikan oleh Gilang pada Arsenio.

Tidak ada Arsenio yang biasanya, adanya sekarang Arsenio dengan perawakan tegas yang menggambarkan ketua geng sekaligus mafia masa depan. Dengan tatapan tajam dan dingin Arsenio berjalan keluar kamarnya dan bersiap menuju lapangan belakang mansion yang terdapat banyak hely kopter di sana.

Agam, Joy, Daren dan Arsenio datang
belakangan. Sementara Gilang sudah siaga dengan pasukan khususnya yang memang sudah berangkat duluan untuk mempelajari kandang lawan.

"Bagaimana Gilang?" Tanya Agam saat Gilang menyambut kedatangannya.

"Anak buah kita sudah di sebarkan di
beberapa titik tuan, dan kabar baiknya tuan Aron, pemimpin mafia ini sedang ada di sini." Kata Gilang dengan senyum smirknya.

"Bagus sekali dayung dua tiga pulau
terlampaui, kita tidak perlu susah-susah mencari bos mereka." Kata Agam dengan senyum menyeringai.

"Kamu atur anak-anak Gilang, sementara saya dan Joy akan langsung menyerang bagian depan." Kata Agam lagi.

"Baik tuan," Gilang menunduk hormat lalu mengajak Arsenio dan Daren kebagian khusus yang tidak terlalu bahaya bagi dua remaja itu.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang