bertemu mama Diana

730 49 0
                                    


"Maaf om, tante saya tidak melihat." Kata Arsenio yang langsung balik badan.

Sontak Agam dan Viona yang saat itu lagi nostalgia bibir langsung kaget dan seketika menjauh.

Sementara Amara hanya melipat tangan di dada dan menggelengkan kepalanya. Sudah kebiasaan bagi kedua orang tuanya itu kalau mesra-mesraan tidak tahu tempat.

Wajah Agam dan Viona langsung datar walaupun masih ada semburat merah dipipi kedua paruh baya itu.

"Udah selesai tuh, balik badan lu." Kata Amara.

Dengan perlahan Arsenio membalikkan badannya di dengan sedikit takut. Takut kalau orang tua Amara akan tidak suka padanya.

"Sore om Tante." Kata Arsenio seraya
berjalan ke arah ke dua orang tua Amara dan langsung mencium tangan dua patuh baya itu walaupun sedikit canggung.

Viona dan Agam memberikan nilai plus pada Arsenio yang sopan pada orang tua.

"Silahkan duduk, nak siapa?" tanya Viona.

"Arsen Tante." Jawab Arsenio sopan.

"Oh iya, silahkan duduk nak Arsen." Lanjut Viona.

"Ada apa?" Tanya Agam datar.

"Oh itu om, saya mau minta maaf karena mengantarkan Amara agak sorean. Tadi kami mampir ke taman kota dulu." Kata Arsenio.

"Wah kamu sopan sekali ya. Terimakasih sudah mengantar putri Tante dengan selamat." Kata Viona, yang entah kenapa langsung suka pada sikap sopan santun remaja di depannya ini.

Arsenio mengangguk dan tersenyum ramah.

"Sudah sore om, tante saya pamit dulu." Kata Arsenio lagi yang hendak berdiri.

"Tunggu." Kata Agam datar.

"Y-ya om." Arsenio langsung dah dig dug, takut-takut kalau orang tua amara marah padanya soal ketidak sopanannya tadi.

"Kapan kamu mulai berlatih dengan Ara dan daren?" Tanya Agam.

"Hari ini boleh om." Kata Arsenio dengan semangat.

"Izin dulu pada orang tuamu. Kalau orang tuamu sudah mengizinkan kamu boleh berlatih mulai besok sewaktu pulang sekolah." Kata Agam.

"Baik om, terimakasih. Kalau begitu Arsen pamit pulang dulu." Kata Arsenio dengan senyum merekah.

Setelah itu Amara mengantarkan Arsenio untuk ke depan.

"Sepertinya kamu suka sama anak itu
sayang." Kata Agam seraya merangkul mesra pundak sang istri.

"Suka, dia sopan, baik dan ramah. Pasti cocok dengan putri kita yang sehari-hari hidupnya flat saja." Kata Viona dengan berbinar.

"Ya, kakak juga suka dengan kepribadiannya. Tinggal kita melatihnya sedikit agar dia bisa kuat untuk melindungi putri kita." Lanjut Agam.

"Apakah kakak sudah menyelidiki latar belakang keluarga anak itu? Jangan sampai kalau dia salah satu putra dari musuh kita." Kata Viona.

"Sudah kakak selidiki, dan dia bersih dengan keluarga yang baik-baik. Apakah kamu tahu kelurga William sayang?" Tanya Agam lagi.

"Tahu, keluarga yang kekayaannya hampir setara dengan kaluarga kita itukan?" Kata Viona.

"Benar dan anak itu adalah putra dari
keluarga William. Tapi ada satu hal yang sedikit mengganjal." Lirih Agam.

"Apa kak?" Viona menaikkan sebelah alisnya.

"Keluarga William adalah keluarga yang lurus-lurus saja. Tidak seperti keluarga kita yang merupakan anggota mafia. Apakah kira-kira mereka merestui hubungan putri kita dengan putranya." Kali ini Agam sedikit pesimis.

ARSENIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang