Trailling

116 27 1
                                    

Pria paruh baya memijat dahinya yang sudah berkerut dimakan usia.

Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam namun Ketua Kim masih setia di kantornya dengan kertas-kertas bertebaran di meja kerja, lampu belajar lah satu-satunya teman di ruang temaram tersebut.

Sang detektif tidak bisa tidur tanpa memikirkan korban-korban ruang patung yang sebenarnya tidak hanya ditemukan di ruang patung saja. Foto-foto korban yang begitu eksplisit sudah dipandanginya tanpa ngeri sejak beberapa jam yang lalu, membuatnya terlihat seperti ialah psikopatnya.

"Nggak ada jejak sepatu atau jejak sidik jari, ini pasti udah berpengalaman."

Tak hanya foto korban, tapi juga beberapa orang yang memiliki catatan kriminal. Beberapa foto disingkirkan seiring Ketua Kim mencocokkan gaya pembunuhan kasus ruang patung dengan para kriminal tersebut.

"Dia juga gak pake senjata api, pasti menghindari pelurunya dilacak."

Singkirkan lagi.

Merasa tidak menemukan apapun, sang detektif kembali memeriksa kertas bukti-bukti dari TKP. Lalu memutar ulang rekaman kamera keamanan yang pertama kali berhasil menangkap figur pembunuh itu ketika menyeret perempuan malang bernama Olivia Hye ke ruang patung.

Satu langkah lebih maju bagi pihak berwajib karena sebelumnya pembunuh itu selalu lolos dari kamera keamanan maupun saksi, sungguh definisi dari hantu.

Namun satu langkah itu tidak akan berarti jika pembunuhnya mengambil sepuluh langkah lebih jauh dari pihak berwajib. Mereka harus bertindak cepat.

Click!

Rekaman diulang dan diulang, sampai setiap frame nya meresap kedalam otak Ketua Kim.

"Tubuhnya tinggi besar, gak mungkin dibawah seratus tujuh puluh senti, kuat banget juga, tapi keluarnya gak keliatan lewat mana hm..."

Layarnya menunjukkan seseorang mengenakan jubah seperti jas hujan hitam panjang, wajahnya tentu sama sekali tidak terlihat karena ia berjalan berlawanan dari kamera keamanan. Rambut panjang si perempuan malang diseret tanpa ampun, tampak jelas Olivia menangis meronta-ronta namun tubuhnya sangat lemas.

Tak lama setelah pembunuh itu masuk ke ruang patung, seorang pemuda bermotor berhenti dan masuk dengan hati-hati. Dia adalah Mark Lee, satu-satunya saksi dalam kasus itu. Lalu dia dengan panik keluar menggendong perempuan yang sudah berdarah-darah, menelepon ambulan seperti dalam kesaksiannya.

Tapi sekali lagi, pembunuh itu tidak tampak kemana perginya.

"Harus nanya saksinya lagi, tapi dia masih belum stabil buat ditanya-tanya." Ketua Kim menggaruk kepalanya bingung.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk."

Seorang anggota tim sesama penyelidik kasus ruang patung itu masuk dengan sebuah map. Dan percayalah, perasaan Ketua Kim sangat tidak enak setiap melihat map-map baru datang ke mejanya.

"Kabar buruk, Pak. Olivia Hye baru saja meninggal dikarenakan komplikasi dan kebocoran organ dalam. Tim forensik mengirim ini kepada kita."

Sang detektif menerima map yang disodorkan, membaca tiap halaman dengan seksama.

Ketu Kim menghela napas, "kirim bela sungkawa buat keluarganya. Semua bukti-bukti ini udah kita liat tapi tetap bakal saya simpan, terima kasih."

"Sudah tugas saya, Pak. Saya pamit undur diri."

Setelah anggota itu keluar, ketua Kim kembali menyandingkan foto korban, foto ukiran angka diatas tubuh mereka lebih tepatnya. Kemudian milik korban terbaru, Olivia Hye, juga ikut diletakkan diatas mejanya.

FlawlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang