#1 Dunia Asing

43 5 0
                                    

Hai semuanya, namaku vay! Ini adalah cerita perdana yang saya tulis, harap semuanya memaklumi jika ada kesalahan. 

Cerita ini adalah fiktif, tidak menyinggung ras, suku, atau agama apapun.

Selamat membaca semoga suka:)

*
*
*

Gemuruh langit mengiringi hujan yang melanda seluruh jalanan kota, bisingnya kota metropolitan mulai di dominasi oleh derai hujan, semua orang yang berlalu lalang mulai berlarian dengan cepat, menyebarkan percikan air di setiap langkahnya. Mereka berlari mencari tempat berteduh untuk menghindari derasnya hujan dan kegelapan yang menyelimuti langit. Sementara petir mulai menyelinap mengikuti irama hujan yang menghantam bumi berkali-kali.

Aku duduk termenung di sebuah kafe kecil, menemani diriku dengan secangkir kopi hangat yang sudah disajikan, berusaha mengusir rasa kedinginan yang menyelubungi tubuhku. Namaku Selena Lioria, seorang wanita berusia 20 tahun yang merasa hidupnya membosankan, dipenuhi dengan kesendirian dan kekosongan. Kehidupan yang seolah damai namun menyimpan kesedihan yang dalam.

Kini pandanganku terpaku pada jendela kafe, menatap jalanan kota yang mulai sepi sambil menyesap kopi perlahan-lahan dengan setiap tegukannya membawa pikiranku mengembara jauh, gemercik hujan yang sama bisingnya dengan isi kepalaku itu mulai menjadi lantunan di benakku, membawa banyak kenangan dan berbagai macam pemikiran yang menghantuiku, rasa gelisah dan khawatir menjadi pion utama dalam bisikan penuh perdebatan yang memenuhi kepalaku.

Suara dering ponsel tiba-tiba membuyarkan lamunanku, menarik perhatianku pada layar ponsel yang menampilkan pesan dari seseorang yang tak bisa kulupakan.

Mama
15.47

Selena, mama mau pergi, kamu cepat pulang ya!

Sebuah pesan yang menuntutku untuk segera pulang, ku pejamkan mataku sembari menyesap kopi dan buru buru menghabiskannya. Kini pandanganku beralih menatap gelapnya langit, hujan mulai melembut tidak sekeras awal turun, meski menyisakan genangan air yang merebak di jalanan.

Aku mulai bangkit, singgah di pinggir jalan, menghentikan angkutan umum dan menaikinya. Terlihat banyaknya penumpang duduk berjejer membuatku merasa sedikit pusing, bergegas aku mencari tempat yang sesuai dan pilihanku jatuh pada bagian paling belakang yang terlihat kosong. Orang-orang mulai sibuk dengan pikirannya masing masing menciptakan keheningan yang menjalar sepanjang perjalanan membuatku menatap bagian jendela menghilangkan perasaan bosan, mengamati setiap kehidupan manusia yang berlalu lalang.

"Manusia bernafas dan menjalani kehidupan bukan berarti mereka hidup, bisa saja jiwa mereka telah lama mati dan mereka hidup hanya untuk menjalani sebuah cerita yang telah di tetapkan," batinku kembali berbisik, tak henti menatap semua orang yang kulihat di jalanan.

Aku menghentikan laju angkutan umum dan memilih melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, menikmati setiap angin yang menerpa, menemaniku berjalan menuju rumah yang tentunya kehadiranku telah di nanti oleh seorang perempuan paruh baya yang telah bersiap untuk pergi.

"Aku pulang!" Seruku menatap sosok perempuan yang hanya mengangguk.

Bergegas aku mengisolasi diri dengan masuk ke dalam kamar, mengganti pakaian yang basah, dan kemudian menjatuhkan tubuhku ke ranjang. Aku memandang langit-langit putih kamar, tapi pikiranku terus bergelora. Perdebatan kecil dalam benakku kembali menghantui, memenuhi ruangan dengan kebisingan pikiran.

Berbagai pikiran berkecamuk dalam benakku: hidup yang tampak damai namun diselimuti oleh kesepian yang mendalam, dihantui oleh ketakutan akan kegagalan dan kekecewaan yang terus berulang. Aku merasa terjebak dalam fase depresi yang membebani pikiran, membuatku merasa seperti kepala ini akan meledak kapan saja.

Come To Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang