mett bacaaa uwiww🛸🛸
🍃🍃🍃
Mentari melangkahkan kakinya masuk kedalam kelas. Namun dirinya terdiam kala melihat teman-teman sekelasnya yang justru fokus pada kegiatannya masing-masing.
Bahkan saat Mentari duduk dikursinya, Abel tak sedikitpun menoleh bahkan menyapa seperti biasa.
"Eum.. Abel? Ada tugas ya?" tanya Mentari ragu-ragu.
Sebetulnya dia was-was. Takut tanpa sadar ada ucapan atau tindakannya yang menyakiti hati Abel sampai-sampai gadis itu jadi pendiam saat ini.
Dan yang Mentari dapat hanya gelengan Abel. Suara gadis itu tak terdengar sedikitpun. Matanya masih terfokus pada buku dihadapannya. Mengabaikan kehadiran Mentari yang hanya menatapnya bingung sejak tadi.
"Heh Mentari! Pimpin do'a sana, ketua kelas lagi gamau pimpin do'a tuh," ucapan ketus Dira--teman sekelasnya--membuat Mentari menatap penuh pada sosok Fadil yang hanya diam ditempatnya.
Dan dipagi ini, tanda tanya besar muncul dibenak Mentari atas keanehan teman-temannya.
"Kenapa mereka kayak marah gitu sama aku?"
🍃🍃🍃
Dijam istirahat, Mentari memilih pergi kegedung OTKP. Gedung jurusan Pilzerata. Mengalihkan pikirannya yang sejak tadi bercabang. Memikirkan penyebab pasti tentang sikap aneh teman sekelasnya hari ini.
Mereka nampak menunjukkan ketidakpedulian dan acuh tak acuh padanya. Bahkan, Feza yang biasanya menyempatkan untuk menyapanya pun memilih melengos pergi begitu saja.
Mentari bingung.
Sepertinya menemui Pilzerata bukanlah hal yang salah. Dia ingin sedikit bercerita pada Pilzerata.
"Woy Pier! Cepet dong jalannya!"
Mata Mentari nampak berbinar kala menangkap suara cempreng milik Pilzerata dalam pendengarannya. Namun sedetik kemudian, bahunya melemas saat melihat Pilzerata yang nampak sibuk dan pergi terburu-buru menuju ruang OSIS bersama sosok kakak kelas yang menjadi incaran Abel. Javier Zeen.
"Kak Tata pasti lagi sibuk, aku nggak usah ganggu dulu deh," monolog Mentari yang mulai melangkahkan kakinya, meninggalkan gedung OTKP dengan wajah lesu.
🍃🍃🍃
"Heh! Punya mata nggak sih kamu? Jangan mentang-mentang kamu deket sama Pilzer kelakuan kamu jadi seenaknya!" sentak Zebrya--teman dekat Pilzerata.
Mentari menatap kakak kelasnya itu dengan tatapan menyesal. "Maaf ya, kak, aku tadi bener-bener nggak sengaja."
"Tcih, makanya kalo jalan tuh pelototin jalannya, jangan bengong!"
Itu kata terakhir yang diucapkan Zebrya sebelum pergi meninggalkan Mentari yang masih termenung ditempatnya.
Ada apa dengan hari ini? Kenapa rasanya kesialan selalu mendatangi Mentari?
Padahal tadi Mentari hanya tak sengaja menyenggol lengan Zebrya, yang mana hal itu membuat es dalam cup milik Zebrya tumpah sedikit. Mentari sungguh tidak tau jika teman dekat kakak kelasnya itu ternyata sangat pemarah.
Namun apa daya? Itu juga salah Mentari yang malah melamun saat berada dikantin ramai seperti ini. Konsekuensi.
Namun saat hendak berjalan keluar kantin, seseorang menepuk pelan pundak Mentari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mentari
Teen Fiction"Bukan manusia yang jahat, tapi keadaannya." ⑅˖。•๑•。˖⑅ Rumit. Hanya satu kata itu yang bisa Mentari Anachelo Alvorious berikan setelah dirinya mengenal dan 'dekat' dengan salah satu sosok terkenal disekolahnya. Zarhaneo Aaron. D. Remaja laki-laki...