00. Awal

99 24 6
                                    

selamat bacaaaa uwiwwww💃🏻💃🏻

🍃🍃🍃

"Uncle Ed yakin ini sekolahnya?"

Mentari, gadis dengan mata yang memandang ragu pada bangunan sekolah lewat kaca mobilnya itu pun kini menatap penuh pada pria yang sejak tadi duduk dikursi kemudi.

Edril.

Pria berkepala tiga yang memang ditugaskan oleh orang tua Mentari untuk menjadi pengawal pribadi nona mudanya itu pun mengangguk yakin. "Iya, nona, tuan dan nyonya memang mendaftarkan nona disekolah ini."

Mentari berdecak. "Yaudah deh, Uncle nanti jangan lupa jemput Riri, soalnya Riri sama sekali nggak tau jalannya."

Edril tersenyum mendengar penuturan nona mudanya. Lalu mengangguk faham. "Baik, nona, semoga hari nona menyenangkan."

Mentari tersenyum tipis. "Terima kasih, Uncle, semoga hari Uncle juga menyenangkan."

🍃🍃🍃

Mentari berjalan mendekati gerbang sekolah barunya. Dirinya tersenyum canggung kala melihat ada satu remaja perempuan yang sudah rapih dengan almamaternya kini menyapa dengan senyum ramah.

"Pagi, kamu ruangan berapa?"

Mentari tersenyum kikuk. "Ruang dua kak, kira-kira letaknya dimana ya, kak?"

Mentari tau jika remaja perempuan didepannya itu lebih tua darinya. Jadi tidak salah kan dia memanggilnya dengan embel-embel 'kak' agar sopan?

"Oh kamu ruang dua? Kelasnya selisih satu kelas dari ruang lab ya dek, dilantai dua," jawabnya dengan semangat. Dan jangan lupakan senyuman ramahnya itu.

"Oh gitu ya, kak? Terima kasih!"

"Iya, sama-sama!"

Wah, apa iya disekolah ini semuanya memiliki sikap ramah seperti remaja tadi? Jika iya, Mentari yakin dia akan betah bersekolah disini.

🍃🍃🍃

Mentari memilih berfokus pada handphone ditangannya. Mengabaikan kericuhan dari para penghuni 'ruang dua' yang saat ini dirinya tempati.

Sedikit melirik kearah teman barunya yang duduk tepat disebelahnya itu, Mentari memberanikan diri untuk bertanya. "Na? Menurut lo sekolah ini gimana?"

Canala Venezila.

Gadis cantik itu terlihat mengetuk-ngetuk jarinya didagu. Nampak berfikir. "Bagus sih, apalagi ini sekolah kejuruan terfavorit, emang kenapa, Ri? Lo nggak suka sekolah disini?" tanya Canala terlihat bingung.

Mentari menggeleng. "Sebenernya ini sekolah pilihan nyokap gue, cuma.. mungkin karena gue nggak tau apa-apa soal sekolah ini makanya gue agak kurang suka gitu."

Canala menganggukkan kepalanya faham.

Tok! Tok!

"Halo, selamat pagi semua!"

Walau bingung dengan kedatangan tiba-tiba dari 5 remaja didepan sana, seisi ruangan sontak balik menyapa dengan lantang.

"Pagi!"

Salah satu dari mereka terlihat tertawa seolah sedang mencairkan suasana.

"Baik, disini saya dan rekan saya selaku perwakilan dari anggota OSIS akan memperkenalkan dirinya masing-masing."

"Selamat pagi semua, perkenalkan, saya Teo Urethgo sekaligus Wakil Ketua OSIS, kalian bisa panggil saya Teo."

"Perkenalkan saya Maretha, kalian bisa panggil saya kak Retha, salam kenal semua!"

Dia MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang