02. Misterius

50 18 4
                                    

mett bacaa uwiww🛸🛸

🍃🍃🍃

Sudah satu minggu Mentari menjalani hari-hari bersekolah di SMK Aksara Bangsa. Dan selama seminggu itu pula, Mentari mencoba menghapal siapa saja teman-teman sekelasnya serta memperhatikan Feza. Sesuai apa yang dikatakan oleh Fadil padanya.

Tapi sejauh ini, Mentari tak menemukan keanehan apapun dari Feza. Dia sama seperti remaja laki-laki normal lainnya. Tidak berbuat ulah atau kerusuhan dikelas.

Malah sepertinya, yang harus dicurigai itu adalah hatinya.

Karena belakangan ini, setiap kali dirinya tertangkap basah sedang memperhatikan Feza oleh sang empu, jantungnya selalu berdegup dengan kencang. Lengkap dengan semburat rona merah dipipinya.

Dan hal itu tidak terjadi sekali atau dua kali. Melainkan sudah berkali-kali. Bahkan Abel yang menyadari itu pun belakangan ini suka sekali menggodanya.

Berkata jika Mentari ternyata sudah besar dan mulai menyukai laki-laki. Hell.. memang Abel pikir selama ini Mentari penyuka sesama jenis? Yang benar saja!

Tapi jujur, merasakan debaran jantungnya yang selalu menggila setiap mengobrol singkat dengan Feza atau sekedar bertatap mata dengan remaja laki-laki itu kini terasa seperti candu. Mentari menyukai itu semua.

Bahkan gadis cantik itu seolah lupa jika Fadil saja menaruh curiga pada Feza yang nantinya berpotensi menjadi anak nakal disekolah ini.

🍃🍃🍃

"Riri, dipanggil Fadil, dia ada didepan kelas."

"Oke."

Feza Nicholas. Remaja laki-laki yang sejak tadi diam-diam memperhatikan Mentari pun mengernyit heran saat salah satu teman sekelasnya memberitahu jika Fadil memanggil Mentari dan menyuruh gadis itu menemuinya saat ini. Apa hubungan keduanya sedekat itu walau sekedar ketua dan wakil ketua kelas?

Sebenarnya, Feza memang tak seharusnya heran. Karena memang beberapa hari ini pun kedua remaja itu kerap kali terlihat akrab. Terlihat mengobrol atau sekedar berbincang singkat.

Tapi.. rasanya ada yang mengganjal dihati Feza. Dia merasa sedikit tak suka dengan kedekatan Mentari dan Fadil. Mungkin?

Tak lama, kepalanya tertoleh. Menatap kearah teman semejanya yang sejak tadi hanya diam dengan mata yang terfokus pada sebuah buku tebal diatas meja. "Neo, menurut lo kalo gue nggak suka ada cewek yang deket sama cowok lain itu artinya apa?"

Zarhaneo Aaron. D.

Itulah deretan nama yang terpasang apik dipin nama milik remaja laki-laki itu. Mata tajamnya segera membalas tatapan Feza. "Gue nggak faham," tuturnya jujur. Dengan gelengan kecil dikepalanya.

Dialah Neo. Sosok remaja laki-laki paling pendiam dikelasnya. Remaja laki-laki yang hanya akan mengeluarkan suaranya saat ditanya dan memilih diam jika tak ada yang perlu dibicarakan.

Selama seminggu duduk satu meja dengan Neo, Feza sedikit paham bagaimana kepribadian remaja laki-laki itu.

Neo itu tipikal orang yang akan bicara to the point dan akan mengabaikan orang yang menurutnya terlalu basa-basi. Neo juga sosok yang ambis. Tak ayal remaja laki-laki itu lebih memilih memperbanyak waktunya dengan membaca buku-buku tebal dan mengabaikan kericuhan dikelasnya kala ada kesempatan jam kosong untuk mereka.

Dan satu lagi. Neo adalah sosok yang dikenal paling misterius dikelasnya. Remaja laki-laki itu seolah menyembunyikan identitas aslinya dari teman-teman sekelasnya sendiri. Seolah tak memberikan siapapun celah untuk masuk kedalam lingkup kehidupannya.

Dia MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang