met bacaa sayanggg
🍃🍃🍃
"RIRI! HUAA AKHIRNYA GUE BISA SATU KELAS SAMA LO!"
Mendengar teriakan heboh itu, Mentari yang sedang memperhatikan ruang kelasnya pun terperanjat kaget. Gadis cantik itu segera berbalik badan dan memelototi pelaku yang membuat telinganya terasa berdengung saat ini.
Abella Clairin Adhesta, gadis cantik bermata bulat cerah itu segera memeluk Mentari dengan erat. Mengabaikan pelototan dari Mentari Anachelo. Sahabatnya.
Mentari dan Abel adalah teman sejak masa putih biru. Dan mereka baru saja bertemu lagi setelah pengambilan ijazah saat hari terakhir MPLS. Lebih tepatnya setelah acara lomba yel-yel kemarin.
Sebenarnya Mentari agak kaget saat mengetahui jika Abel mendaftar sekolah di SMK ini. Padahal sebelumnya, Abel berkata akan bersekolah diluar kota mengikuti kedua orang tuanya yang bekerja disana. Tapi ternyata, gadis cantik itu lebih memilih mandiri dengan tetap tinggal disini dengan sang nenek.
Ah, Mentari bersyukur. Setidaknya ada Abel yang dirinya kenal disekolah ini selain Canala dan Pilzerata. Terlebih saat ini, dirinya juga mendapat kelas yang sama dengan Abel.
Kringgg!!
Mendengar suara bel masuk, Mentari melepas paksa pelukan keduanya. Mengabaikan Abel yang mencebikkan bibirnya kesal, Mentari memilih untuk menarik Abel agar segera memasuki kelas dan memilih tempat duduk yang pas untuk mereka tempati.
🍃🍃🍃
Mentari menatap bingung sekitarnya. Tidak tau akan melakukan apa.
Terlebih lagi setelah acara perkenalan dengan wali kelas serta pemilihan ketua kelas beserta antek-anteknya, mereka dibebaskan. Kata wali kelasnya sih mereka diberi ruang untuk bersosialisasi dulu dengan teman sekelas karena guru-guru pun harus menghadiri rapat dadakan. Entah ada masalah apa.
Tapi saat ini, Mentari benar-benar tak tau harus apa.
Dia bosan.
Moodnya pun rusak karena terpilih menjadi wakil ketua kelas.
Huft, kenapa Mentari tidak bisa jadi murid biasa saja?
"Cie wakil ketua kelas," goda Abel sambil mencolek dagu Mentari. Membuat sahabatnya itu mendelik kesal.
Baru saja akan membalas perkataan Abel, Mentari tersentak kaget saat ada seseorang yang memanggil namanya tiba-tiba. Huh, Mentari jadi kagetan sekarang..
"Mentari?"
Fadileo Greldine.
Remaja laki-laki berwajah datar yang menjabat sebagai ketua kelas itu kini berdiri tepat disebelah meja yang ditempati Abel dan Mentari. Remaja laki-laki itu kini terlihat menatap penuh pada Mentari.
Mentari mendongak. Menatap wajah flat Fadil dengan bingung. "Kenapa?"
"Bisa ikut gue sebentar? Ada yang mau gue omongin."
Mentari melirik Abel yang duduk disebelahnya. Bertanya lewat tatapan mata seolah berkata 'ikut atau nggak nih?'.
Abel yang memang sejak tadi mendengarkan mereka pun hanya mengangguk. Meyakinkan Mentari untuk ikut dengan Fadil.
Mentari menghela nafas. "Yaudah ayo."
🍃🍃🍃
"Nama gue Fadileo Greldine, lo bebas panggil gue apapun."
Mentari mengangguk. "Gue Mentari Anachelo, lo bisa panggil gue Riri."
Kini, kedua remaja berbeda gender itu sedang duduk disebuah kursi pada taman yang disediakan disekitar gedung jurusan mereka. AKL.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mentari
Novela Juvenil"Bukan manusia yang jahat, tapi keadaannya." ⑅˖。•๑•。˖⑅ Rumit. Hanya satu kata itu yang bisa Mentari Anachelo Alvorious berikan setelah dirinya mengenal dan 'dekat' dengan salah satu sosok terkenal disekolahnya. Zarhaneo Aaron. D. Remaja laki-laki...