mett bacaaa uwiww🛸🛸
🍃🍃🍃
"Lo.. berantem lagi, ya?"
Mentari memandang sendu luka-luka baru diwajah Feza. Tadi, setelah bel masuk berbunyi, Feza memasuki kelasnya bersamaan dengan Neo. Dan yang membuat heboh adalah, keadaan Feza dengan wajah lebam-lebamnya juga Neo yang sudut bibirnya memar seperti sehabis ditinju seseorang.
Dan mumpung saat ini sedang jam kosong, Mentari segera menyusul Feza kedepan kelas dan ikut mendudukkan dirinya disebelah Feza. Tepatnya dikursi yang tersedia didepan kelas mereka.
Feza mengangguk pelan. "Namanya juga cowok, Ri."
Mentari menghela nafas. Dirinya yang memang sudah membawa P3K mini miliknya pun segera mengobrak-abrik isinya.
Setelah mendapat semua yang dia inginkan, Mentari segera mengobati luka-luka Feza dengan telaten.
Feza tak meringis sedikitpun. Dirinya hanya diam. Mengamati wajah cantik Mentari dari dekat.
Feza tak sebodoh itu untuk tak menyadari perasaan yang Mentari punya untuknya. Gadis cantik itu tertarik padanya. Benar bukan?
Lagipula, sepertinya satu kelas pun sudah tau perasaan yang gadis ini punya untuknya. Dibuktikan sendiri oleh teman semejanya yang dikenal pendiam itu. Neo.
"Peka, Za, ya kali sejelas itu masih nggak paham."
Belakangan ini, remaja laki-laki itu selalu saja merecokinya. Bahkan sesekali, Neo menggoda Feza dengan wajah datarnya. Bayangkan, bisa-bisanya remaja laki-laki kaku seperti Neo berlaku seperti itu padanya.
Tapi tak masalah juga sih. Feza jadi tak canggung dan bersyukur Neo mau menerimanya menjadi teman sekalipun dirinya belakangan ini terlibat kasus dengan bagian kedisiplinan sekolah.
Padahal, teman-teman sekelasnya saja sudah menggunjing Feza diam-diam. Berkata bahwa Feza memang seperti yang sudah mereka duga-duga diawal.
Entah apa yang mereka pikirkan tentangnya. Yang jelas, dia tak akan peduli kecuali mereka mengusik sendiri ketenangannya. Karena Feza tidak akan tinggal diam jika ada yang berani mengusik ketentraman hidupnya disaat Feza sendiri tak mencari masalah dengan orang itu.
"Udah selesai, nih makan dulu, lo pasti belum makan 'kan?"
Feza tersentak. Dirinya menatap bingung pada kotak bekal yang Mentari sodorkan dihadapannya. Kapan gadis ini mengambilnya?
Tak mau membuat Mentari sedih, Feza segera mengambil kotak bekal itu dan membukanya. "Thanks," ucap Feza dengan senyum tipis yang begitu menawan.
Mentari yang melihat hal itu pun mengulum bibirnya. Menahan sudut bibirnya agar tak naik. Sungguh, hatinya saat ini terasa sangat berbunga-bunga.
Feza menerima bekal darinya dan tersenyum!
Astaga, astaga, astaga, lihat saja wajah cool Feza yang saat ini sedang fokus memakan roti selai strawberry yang katanya menjadi favorit laki-laki itu. Membuat hati Mentari rasanya seperti es krim yang diletakkan diatas aspal panas!
Mungkin setelah ini Mentari akan tantrum dihadapan Abel.
🍃🍃🍃
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Mentari
Fiksi Remaja"Bukan manusia yang jahat, tapi keadaannya." ⑅˖。•๑•。˖⑅ Rumit. Hanya satu kata itu yang bisa Mentari Anachelo Alvorious berikan setelah dirinya mengenal dan 'dekat' dengan salah satu sosok terkenal disekolahnya. Zarhaneo Aaron. D. Remaja laki-laki...